Aku melajukan sepeda sekencang mungkin. Sebelum laki-laki dari kota itu datang, aku harus menemui Teh Sha terlebih dulu. Bang Gaza adalah kunci dari lunaknya hati Baba menerima laki-laki itu. Jadi Aku harus bertanya pada istri tercintanya. Haihhh.
"Teh, ni sepeda ga ada suspensinya. Pelan-pelan sih."
Kuabaikan suara menggerutu di boncengan belakang. Suspensi, suspensi, kebanyakan bergaul sama Mang Oding kamu ya Lif.
"Teh, Alif ga mau nyebur ke sawah. Pelanin dikit kek."
Sekarang suara Alif, adik laki-lakiku, terdengar menghardik. Duh ga ada waktu ngelayanin kamu Lif.
"Udah teh, Alif berhenti di sini aja."
Bertahap kukurangi laju sepeda, persis di perempatan menuju rumah Teh Sha Aku berhenti. Masih di atas sepeda Aku berbalik menengok ke belakang. "Ga jadi ke Mang Oding, Lif?"
"Ga ah, masih ada balong yang harus kita lewati. Alif ga mau nyebur sia-sia." Alif bersungut dengan sebal.
Aku terdiam sejenak menatap tampang Alif yang memberengut, anak ini kadang lebay.
"Mending ke Mang Oding aja Lif, siapa tau ada Bang Gaza, bisa minta ajarin modif sekalian."
"Udah ga minat teh, minatnya udah tercecer di jalan barusan, gara-gara Teteh ngebut."
"Dih lebay, bilang aja Kamu mau main sama geng alay kamu itu."
Alif makin merengut. "Teteh yang ratu lebay, mereka bukan geng alay. Mereka geng produktif teh. Kreativitas tak berbatas adalah ciri remaja berprestasi."
Aku mencebik dengan pol, adiknya siapa sih ni anak. Bisa aja jawabnya. "Inget Lif, Baba udah larang kamu ke markas mereka kan."
"Iya, iya ... Alif cuma mau ke A yusuf."
Mataku memicing melihat ekspresinya. Alif tak suka berbohong, sejak kecil kami dididik untuk tak berbohong. Baba akan memuji kami jika jujur dan kebiasaan itu terbawa sampai sekarang. Saking senangnya dipuji Baba, Alif akan sengaja kentut dan mengakuinya. Yang penting Baba muji, urusan bau menyengat itu soal nanti. Hadeeuuuhh.
Dari ekspresi kesalnya sepertinya Alif jujur. "Bener?" tanyaku sekali lagi untuk memastikan.
"Iya."
"Jangan mampir ke rental PS ya!"
"Iyah, teh Bee," jawab Alif gemes. Kalau Alif sudah memanggilku dengan Teh Bee, itu artinya Alif sudah gemes. Arti Teh B itu berasal dari huruf B, yaitu kepanjangan dari 'berisik'. Alif ni memang....
Markas geng Alay gang Damai dan rental PS adalah dua tempat yang terlarang bagi Alif. Alif adalah adik yang baru baligh beberapa bulan lalu, bergabung dengan teman yang kelewat bebas dalam berekspresi Baba bilang akan membawa pengaruh buruk bagi ketaatan Alif pada aturan-Nya. Maka Baba membatasi, kenal boleh tapi untuk bergaul akrab dan mendukung, nanti dulu.
Begitu pula dengan PS. Bagi Baba-- menafikkan efek adiktifnya--berjam-jam di depan layar dengan stik di tangan adalah menyia-nyiakan waktu. Ketika hari hisab nanti Baba tak mau dimintai pertanggung jawaban akan Alif dewasa yang hobi nongkrong depan PS dibandingkan melakukan amalan-amalan sunah. Karena Alif dewasa adalah cerminan didikan Baba pada Alif cilik dan remaja.
Baba kolot? Kenapa tidak. Kalau harus dengan kolot Baba bisa melindungi istri dan anak-anaknya dari api neraka, maka kolotnya Baba membanggakan. Oh, makin cinta dah sama Baba.
Selepas punggung Alif tak nampak di belokan depan, Aku melanjutkan mengayuh sepeda ke arah bengkel. Tiba di bengkel, Mang Oding kusapa sekadarnya. Kalau Mang Oding bilang Aku berisik, maka kubilang Mang Oding kepo. Tak ada waktu melayani kekepoannya sekarang.