< D U A P U L U H S A T U >

120 18 6
                                    

Happy reading~

°°


Aku menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Ya, BEN memutuskan untuk menyekapku di sini lagi. Yah setidaknya ia tidak menyekapku di ruangan gelap itu.

Hahh, aku masih khawatir soal ibu. Apa yang tengah ia lakukan sekarang? walau ia jarang berada di rumah, ia masih peduli tentangku kau tahu. Aku mengerti ia tidak punya waktu karena bekerja terus, tetapi hei! ia melakukan itu demi aku juga bukan? dan juga...., aku tidak pernah bisa jujur dengannya. Aku tidak pernah mengatakan kata terima kasih atau semacamnya atas apa yang ia lakukan demi membesarkanku. Ayah telah meninggalkan aku serta ibu ketika aku berusia 4 tahun. Ia memilih wanita lain dibanding ibu. Aku tidak mendengar kabarnya lagi semenjak itu, dan aku sama sekali tidak ingin tahu tentangnya.

Ini benar-benar membuatku depresi, ah aku sudah cukup depresi semenjak bertemu dengan BEN. Tidak pernah terpikir olehku bahwa akan menjadi seperti ini. Diam-diam aku menyesal telah menerima game itu. Jika saja aku tidak memainkan game itu maka..., maka semua ini tidak terjadi. Aku pasti sekarang tengah berada dirumah atau melakukan kegiatan membosankan lainnya. Tapi aku tidak peduli, lebih baik daripada disekap di sini.

Lagipula, aku adalah mainan baginya. Aku masih sedikit takut berada didekatnya walau tidak kutunjukkan. Yang paling tidak bisa kuhiraukan adalah kedua matanya itu. Ia benar-benar kelihatan seperti monster.

"Hei, kau tengah memikirkan apa?"suara BEN membawaku kembali ke realiti. Aku tidak sadar betapa dekatnya wajah kami hingga ia membuka suara.

SEJAK KAPAN IA DI SINI?!

Otomatis aku memundurkan tubuhku, menjauh darinya. Aku masih tidak nyaman berada terlalu dekat dengannya. BEN yang melihat ini menatapku dengan tatapan terlihat 'sakit'? entahlah, hei dia itu menyeramkan tentu saja aku tidak ingin berada terlalu dekat dengannya!

"Kau masih tidak terbiasa didekatku huh?"kata BEN tiba-tiba. Apa ia baru menyadarinya sekarang?

Aku tidak menjawab, hanya menundukkan kepalaku. Aku mendengar BEN menghela napas.

"Kau juga masih tidak menatap mataku."

"Matamu itu menyeramkan."

Oh shit. Aku harus bisa mengendalikan mulutku! stupid stupid!!! ok, walau itu memang benar aku tidak ingin menyinggung perasaannya. Walau memang aku terlihat gadis yang menyebalkan dan mungkin sedikit bitchy tapi aku masih peduli dengan perasaan orang lain! hanya saja...., argh aku terlalu jujur. Tapi tidak semua....masih ada sisi lainku yang tidak bisa jujur.

Aku mengintip dari sela-sela helai poniku, melihat ekspresi BEN yang kupikirkan ia akan terlihat sedih atau tersinggung, tetapi ia malah tertawa kecil. Aku menatapnya bingung, dia tidak marah?

"Mataku memang keren kok, ini langka di sini hahaha!!"kata BEN sarkastik. Sebenarnya ia memang kelihatan tersinggung tetapi ia berusaha menutupinya dengan bersikap sok keren. Aku menghela napas. Apakah aku harus minta maaf?

Aku mendongakkan kepalaku, hanya mempertemukan mata milikku dengan milik BEN. Seketika aku tercekat. Satu-satunya alasan mengapa aku sulit berbicara dengannya karena mata itu. Mata itu seakan-akan menelanjangi jiwaku, tidak sih hanya..., rasanya sedikit aneh.

"Ada apa?"BEN membuka suaranya kembali, ekspresinya kembali ke datar. Sebenarnya aku lebih suka jika ia tersenyum, ia terlihat tampan...,tunggu apa? aku langsung menampar pipiku membuat BEN terkejut dengan aksiku yang tidak diduga-duga.

MENGAPA AKU MEMIKIRKAN ITU?! APAKAH AKU GILA?!

"Um...kau baik-baik saja?"tanya BEN terdengar khawatir dinada bicaranya. Aku mengelus pipi kananku yang kini memerah akibat perbuatanku sendiri.

"Y-ya, aku baik-baik saja..."jawabku mengalihkan pandanganku ke arah lain.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang berat di pundakku, hanya menemukan kepala BEN. DIA TERLALU DEKAT!!!

Aku hanya bisa diam mematung,tidak tahu harus berkata apa. Suasana canggung menghampiri kamar ini, bahkan sulit bagiku untuk menelan salivaku sendiri. Tubuh BEN sangat dingin, seperti ia baru saja keluar dari kulkas. Wajar saja, ia 'kan hantu? namun aku tidak begitu terusik, mengingat aku suka dengan dingin. Ok itu adalah hal yang aneh yang pernah kupikirkan.

Bukan berarti aku tidak masalah berada didekatnya, aku masih waspada andai sja ia beringin melukaiku lagi. Namun terkadang, aku sedikit bingung dengan tingkah laku BEN. Ia melukaiku lalu selang waktu kemudian mengobati luka yang ia buat sendiri. Apakah ia benar-benar berencana membunuhku? entahlah, ia sangat sulit untuk ditebak.

Suasana canggung ini langsung dipecahkan oleh suara BEN,

"Hei, apakah aku ini monster?"

••

Yo guys! We meet again~ don't forget to leave vomment ;)

Gracias

Author Zero

@Zee_Lavisha

M A S K  •×B.DוTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang