< S E B E L A S >

131 20 10
                                    


Happy reading~

°°

Entah jam berapa sekarang, aku masih menatap langit-langit kamar ini. Di sini tidak ada hal yang menarik sama sekali. Mencoba untuk kabur? sudah aku lakukan. Aku bahkan berusaha mencoba mendobrak pintu kamar ini, namun tidak membuahkan hasil. Mengingat aku perempuan, tidak memiliki kekuatan yang cukup kuat seperti laki-laki.

"Hahhh.."

Aku menghela napas, menoleh keluar jendela yang dibatasi oleh jeruji besi. Sepertinya telah memasuki waktu malam, di luar gelap.

Krieet.

Bunyi derit pintu yang berasal dari pintu tua itu membuatku otomatis bangkit beranjak duduk.

Dia.

BEN berjalan memasuki kamar ini dengan gaya sarkastiknya seperti biasa, kali ini ia membawa nampan berisi sepiring nasi dan segelas air putih.

"Kau memang tawananku, tapi seorang tawanan butuh makanan bukan? aku tidak ingin tawananku mati kelaparan."

Aku hanya mendengus, menatapnya meletakkan nampan itu di hadapanku.

"Makan."ujarnya sembari menunjuk sepiring nasi kari dengan dagunya. Namun, aku hanya diam. Hanya menatap nasi kari yang terlihat lezat itu. Siapa tau ia meletakkan sesuatu ke dalam makanan itu. Aku tidak bisa mempercayainya.

"Makan."katanya lagi, kali ini dengan ekspresi kesal. Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.

"Tidak."

"Tidak? Ku bilang makan,"

"Kubilang tidak!"

BEN menatapku dengan tatapan tajam, membuatnya terlihat lebih mengerikan. Tidak, tidak. Jangan tunjukkan kalau kau takut Bella.

BEN mengambil nampan berisi sepiring nasi kari itu kembali sebelum menjatuhkannya ke lantai.

PRANG!!

"Aku sudah mengatakan kepadamu Bella, aku tidak suka penolakkan dan aku tidak menerima kata 'tidak' untuk jawaban,"BEN mendorongku hingga aku jatuh ke atas kasur dengan ia berada di atasku. Langsung saja aku membelalak melihat betapa dekatnya jarak antara ia dan aku. Ini kelewat batas zona nyamanku.

"Orang yang berani menolak perintahku akan bernasib sama dengan lainnya, kau tidak ingin itu terjadi bukan?"ujarnya mengunciku dengan mengenggam kedua pergelangan tanganku dengan erat, membuatku meringis.

Tanpa sadar, setetes buliran bening muncul dari kedua pelupuk mataku. Dan itu benar-benar buruk, ia akan beranggapan bahwa aku lemah. Aku hanya takut okay?!?

"Lepas..."pintaku dengan nada bergetar. Aku belum pernah merasa setakut ini dalam hidupku. Bahkan lebih dari rasa takut waktu kecil, ketika bibi Alice memaksaku untuk belajar berenang.

"Awwee lihat wajah itu. Apakah kau takut denganku?"

Aku hanya diam, masih menatapnya dengan wajah takut. Ia terlihat sangat menyeramkan sekarang. Tiba-tiba aku berteriak kesakitan ketika merasakan suatu yang menyengat di lenganku. Rasanya seperti ketika kau disentrum dan dibakar. Aku tidak tahu kata apa yang dapat mendeskripsikan rasa sakit ini. Aku menolehkan kepalaku dan melihat lenganku yang kini ada tanda bentuk huruf 'B'.Apa yang ia lakukan kepada lenganku!??

BEN akhirnya beranjak dariku, senyuman sarkastiknya telah memudar. Berganti dengan wajah serius dan datar.

"Jangan pernah menolak perintahku, jika kau tidak ingin terluka. Aku tidak segan-segan melanjutkan kata-kata itu dilenganmu."katanya tidak mempedulikan aku yang meringis kesakitan serta menangis. it freaking hurt like hell!!

Setelahnya, BEN pergi meninggalkanku sendirian lagi. Lihat, kataku benar. Ia sangat berbahaya. Sekarang ia telah melukaiku, apalagi selanjutnya?

Kriet.

Perhatianku kembali ke arah sumber itu. Dia kembali. Aku menatapnya takut. Apa yang akan ia lakukan lagi??

BEN berjalan ke sisi tempat tidur di mana aku duduk sembari menahan rasa perih dilenganku. Aku beranjak menjauh darinya, takut jika ia berniat untuk melukaiku lagi.

"Berikan tanganmu."

Aku menatapnya bingung plus takut. Mau apa dia?! ap-apa dia beringin memotong lenganku?!!

Aku mendengar BEN berdecih. Ia lalu menarik tanganku yang satunya tidak terluka untuk menarik diriku ke dekatnya.

"Lepa--"

"Aku ingin mengobati lukamu, jangan takut tsk."

Kau itu menakutkan bagaimana aku tidak takut?!

Ragu-ragu aku menunjukkan luka itu kepada BEN. Ia mengeluarkan sesuatu seperti botol kecil terbuat dari kaca berisi cairan merah.
Aku tidak tahu apa itu.

BEN menuangkannya ke lukaku sedikit. Reflek aku meringis, rasanya seperti ketika kau menuangkan alkohol ke luka.

"Tahan sebentar."ucap BEN. Aku mengigit bibir bawahku menahan sakit. Beberapa detik setelah rasa perih itu menyeruak, perlahan aku tidak merasakan lukaku lagi. Aneh. Apa ini semacam sihir atau??

"..kenapa tandanya tidak menghilang juga."gumamku. BEN langsung buka mulut ketika mendengar gumamanku.

"Karena itu tanda kalau kau itu tawananku."

"Apa!?"Jadi ia serius dengan berkata aku akan menjadi budak atau tawanannya.

"Jangan kaget begitu, kau masih hidup berkat menjadi tawananku. Jika tidak, aku sudah membunuhmu ketika di hari pertama kita bertemu."jawab BEN menatapku dengan pandangan sinis juga senyuman sarkastiknya.

Aku menghela napas, aku tidak punya pilihan lain bukan?


••

Yo guys! Come back with Author Zero. Jangan lupa tinggalkan vomments guys
:). Btw ada yang nanya gender author XD haha maaf saya tidak bisa menjawab karena itu rahasia ;) #sokmisterius
Readers boleh menebak kalau saya laki-laki atau perempuan. Oh ya, cerita BEN Drowned kali ini memang berkesan Dark romance atau yandere, semacam itu. Pecinta cerita yandere angkat kakinya (^-^)/ [1 dari 10 orang akan benar-benar mengangkat kakinya]

Gracias

Author Zero

@Zee_Lavisha

M A S K  •×B.DוTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang