< D U A B E L A S >

130 18 4
                                    

Happy reading~

°°

"Kenapa kau tidur di sini!?"pekikku kaget ketika terbangun menemukan BEN tidur di sampingku. BEN hanya menampilkan smirk menyebalkannya.

"Pagi little cat~"kata BEN lalu ia menarikku kembali ke pelukannya. Langsung saja aku mendorongnya untuk menjauh dariku.

"Menjauhlah dariku--"

"Kau tidak bisa memerintah tuanmu, lil' cat."

Aku menghela napas, menatapnya tajam setajam pisau, seakan-akan aku bisa menusuk wajahnya itu lewat tatapanku.

"BEN aku tidak bisa bernapas jika kau memelukku seerat ini."Aku mendengar BEN mendengus kesal. Akhirnya ia melepaskanku dan beranjak bangun. Aku baru sadar ia tidak mengenakan topi konyolnya itu. Rambut pirangnya terlihat berantakkan.

"Hoaamn, baru kali ini aku akhirnya bisa tidur senyenyak ini."

Aku hanya diam, apakah ia memiliki masalah tidur? Tunggu, Buat apa aku peduli.

BEN berdiri, ia menatapku sembari tersenyum ala villainnya.

"Apa."kataku jutek, melihatnya menatapku dengan tatapan aneh itu.

"Tidak hanya saja..."

Ia membungkukkan tubuhnya, mendekatiku yang masih duduk di atas kasur. Langsung saja aku memundurkan kepalaku, agar tidak begitu dekat dengannya.

"Aromamu familiar."

Hah?

"Apa maksudmu."

"Aku seperti pernah menciumnya sebelumnya, entahlah. Itu membuatku ingin menciumnya selalu."kata BEN melanjutkan, aku menatapnya dengan pandangan horror. Dia lebih mesum dari dugaanku. Kemudian tiba-tiba ia tertawa, seperti baru saja mendengar lelucon paling lucu di dunia.

"Haha!! Kau seharusnya melihat ekspresimu di cermin!!! Hahaha sangat menggemaskan!"

Aku masih menatapnya dengan ekspresi menjijikkan.

BEN berhenti tertawa, namun senyumannya belum memudar.

"Anyway, aku ingin kau menyiapkan sarapan untuku. Dan itu adalah Pizza."

Aku mengerutkan dahiku.

"Cepat-cepat, aku lapar."ujarnya menarik tanganku keluar kamar. Namun, sebelum kami melangkahkan kaki keluar kamar. Ia berhenti.

Ia menoleh.

"Ah betapa bodohnya aku hingga melupakan hal yang sangat penting."kata BEN sembari memukul kepalanya pelan. Ia mengeluarkan sesuatu seperti borgol dari saku celananya.

"Kau harus memakai ini, berjaga-jaga saja jika kau berani mencoba untuk kabur."BEN memakaikan borgol itu ke tanganku dan satu lagi ke tangannya. Ia tersenyum puas.

"Sekarang, kau tidak akan bisa jauh dariku." Aku hanya menatap borgol yang terbuat dari besi itu sendu. Tidak akan bisa kabur huh?

°°

"BEN bisakah kau lepaskan aku?"dengusku. BEN menggeleng, ia masih memelukku dari belakang. Aku sama sekali tidak nyaman berada di dekatnya. Ia meniup leherku, membuat tubuhku merinding.Sungguh, demi apapun aku ingin sekali menonjoknya.

"Tidak mau~ aku suka berada di dekatmu. Salahkan tubuhmu yang memiliki aroma yang enak."Jika saja sekarang aku tengah makan mungkin aku sudah tersedak. Apa dia itu sejenis vampir!??!

Pada akhirnya aku hanya bisa pasrah, terlebih sulit sekali untuk menggoreng telur ini hanya dengan satu tangan. Dan yang semakin menambah kesulitannya adalah kurcaci mesum ini memelukku, membuatku tidak nyaman. Ck, dia itu bodoh atau tolol. Menyuruhku memasak dengan tangan diborgol satunya.

Kemudian tiba-tiba ia mulai mengecup leherku, membuat tubuhku menegang. Dan reflek aku tidak sengaja menjatuhkan telur yang masih panas itu ke kakiku. Alhasil aku merintih dan mundur membuat BEN kaget.

"Shit.."gumamku menggurutu. BEN langsung saja membungkuk untuk melihat kakiku yang kini memerah akibat terkena minyak panas yang masih menempel di telur tadi.

"Kau ceroboh sekali."komentar BEN. Ini salahnya!! dan ia menyalahkanku?! Aku melempar tatapan tajam ke arahnya.

BEN menghela napas kemudian menyuruhku untuk duduk di meja makan.

"Biar kuobati lukamu."

"Ini salahmu kau tau, jika saja kau tidak..."Aku menghentikan kalimatku, ah aku benci mengatakannya.

BEN memiringkan kepalanya ke samping, sepertinya ia bingung. Argh dia seharusnya tau maksudku, dasar sok polos.

BEN terkekeh pelan. Ia kembali mengeluarkan botol kecil berisi cairan merah itu, sebelum mengolesnya ke luka bakar di kakiku.

Aku merintih kesakitan, luka bakar itu perlahan menghilang, seperti tidak pernah ada di sana.

"Bagaimana--"

"Kita menyebutnya 'sihir' sayang~"

"Jangan panggil aku sayang."kataku memutarkan kedua bola mataku.

"Bella kau tidak ingat? aku ini tuanmu, dan aku bisa memanggilmu apapun yang kumau."

Hahh...aku sangat ingin kabur dari sini sekarang juga.

••

Yo guys! Comeback with author Zero. Don't forget to leave vomment ;)

Gracias

Author Zero

@Zee_Lavisha

M A S K  •×B.DוTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang