1 - Dia.

13.2K 124 3
                                    

Pukul 1 malam.

Gadis itu terus menggosok-gosokan telapak tangannya yang kedinginan. Ia terus berjalan diantara kegelapan malam dan kendaraan yang berlalu-lalang. Di trotoar, hanya mengenakan kaos tipis berwarna merah marun dan celana jeans tanpa sebuah jaket. Mata nya sembab, kepala nya pening dan ia tidak bisa mendengar suara apapun diluar sana selain detak jantung-nya. 20 menit ia berjalan, air mata nya sudah mengering dan ia mengasihani dirinya sendiri saat ini. Ia resah, bimbang, takut tidak tau harus kemana. Kejadian setengah jam yang lalu membuatnya enggan untuk pulang. Peristiwa itu masih terngiang-ngiang dikepalanya. Bagaimana suara tamparan itu terdengar dan suara barang-barang pecah bergema dirumahnya, ia benci rumah. Ralat, ia benci Ayah-nya. Dan satu-satunya hal yang ia inginkan saat ini adalah untuk melupakan malam ini. Apa saja- akan ia lakukan.

Matanya menyusuri pinggiran gedung-gedung yang lampu nya menyala dengan terang, suara musik kencang didalam-nya terdengar samar keluar.

Pub.

Tanpa pikir panjang, ia memasuki pub tersebut dengan menyogok uang terhadap petugas yang berjaga agar ia bisa masuk. Suara musik semakin berdengung keras di telinganya, dan bau asap rokok membuatnya risih. Ia berjalan ke salah satu meja bartender di sana dan duduk, tanpa melihat sekeliling karena sebenarnya yang gadis itu rasakan adalah ketakutan.

"Mau pesan apa cantik?" Tanya bartender tersebut membuatnya terperangah beberapa saat sampai ia tersadar bahwa yang ditanya adalah dirinya. Ia mengabaikan godaan bartender tersebut dan melihat menu minuman di meja.

Mampus! Ia sama sekali tidak tahu menahu tentang minuman di pub. "Minuman apa aja mas."

Bartender itu langsung tersenyum dan mengangguk mengambilkan-nya minuman.

"Anjing!"

Teriakan seorang laki-laki disebelahnya, membuat ia kaget dan menoleh. Lelaki itu sedang mencoba membanting hp-nya dan mengumpat kesal, rambutnya berantakan dan kaos hitam yang melekat ditubuhnya membuat perhatian gadis itu terperangkap. Ia terus memerhatikan lelaki itu, sampai yang di perhatikan menoleh padanya,

"Ngapain lo liatin gue kayak gitu?" Senyuman miring laki-laki itu membuat gadis itu risih, minim-nya pencahayaan juga membuat ia tidak terlalu jelas melihat wajah laki-laki tersebut. Mencoba tidak peduli, gadis itu tidak menjawab dan menoleh lagi kepada bartender di depannya yang sedang menaruh minuman pesanan nya -yang ia tidak tahu itu apa- di atas meja.

Gadis itu menaruh fokus kepada gelas yang ia pegang, dan mencoba mengabaikan laki-laki disebelahnya yang ia rasa sedang memperhatikannya. Ia tiba-tiba mengernyit saat minuman itu masuk kedalam tenggorokan. Sialan karena rasanya aneh!

Suara tawa kecil bergema disebelahnya "Baru pertama kali minum gituan?" Tanya laki-laki itu untuk yang kedua kali. Laki-laki tersebut menggeser kursinya agar lebih dekat, membuat gadis itu semakin risih.

"Kenapa?" Tanya nya ketus, ia mencoba ingin mengabaikan laki-laki tersebut tetapi rasa penasaran nya sejak awal tidak dapat menghentikan ia untuk menjawab. Ia belum menoleh sama sekali kepada yang bertanya. Hanya fokus memperhatikan gelas yang sedang ia pegang.

"Kalo ngobrol sama orang tuh liat orangnya! Lo nanya sama siapa? Gelas?" Balas laki-laki itu ketus sambil terkekeh pelan, "Lagian bocah ngapain ke tempat-tempat ginian hah?"

Ucapan laki-laki tersebut lantas membuat gadis itu menoleh dan melihat wajah-nya yang lebih jelas karena sekarang jarak di antara mereka sedikit. Gadis itu terus memperhatikan wajah itu sampai ia merasa familiar, tapi siapa? Kejadian malam ini benar-benar membuatnya lupa akan segala hal.

"Bukan urusan lo." kata gadis itu cepat dan kembali memalingkan muka.

"Darimana lo dapet itu?" Laki-laki itu bersuara lagi, membuat gadis itu menoleh heran,

"Apa?"

"Itu kalung lo, darimana lo dapet itu?" Ulangnya tegas. Matanya yang berair dan berwarna kemerahan menatap tajam kalung yang sedang dipakai gadis tersebut.

"Bukan urusan lo." gadis itu menjawab dengan kata yang sama, membuat laki-laki itu kesal seketika, sebelum laki-laki itu sempat mengumpat, teriakan dari arah belakang membuat keduanya menoleh,

"Ravan woy kemana aja lo bangsat gue cariin dari tadi!"

Mendengar nama itu disebutkan, satu wajah muncul dikepalanya membuat ia kembali menoleh ke arah laki-laki yang ada disebelahnya dan tiba-tiba ia sadar bahwa laki-laki yang duduk disebelahnya adalah seorang Ravan Gitari Putra.

Malam itu, Raina benar-benar menyesal telah masuk ke dalam pub dan membuat malam-nya yang paling kacau menjadi semakin kacau.

Hallo semuanya! Ini cerita teenfiction pertama aku, dan pengen aja tibatiba bikin teenfiction karena kemunculan ide! Hehe

FYI: Jadi awalnya cerita ini bukan judul AFTER RAIN dan isi cerita nya berbeda, ini awalnya cerita fanfiction gitu dan berhubung aku bener-bener stuck pas itu jadi gak aku lanjutin. And i was so sorry to everyone who waiting my fanfiction, jujur aku juga mau lanjutin tp bener-bener karena salah awalnya gt jd ngestuck kesananya.

Okaayy so cerita nya aku ubah semuanya, aku ubah genre teenfiction karena muncul idenya ke arah sana.

"Kenapa ga bikin cerita baru aja?" Karena alasannya sayang readers nya, udah sekitar 30+ribu lebih masa aku delete? Jadi aku daur ulang aja. Hehe gitu.

Jadi kalo di library kalian masih cerita fanfic, kalian tinggal delete dulu ceritanya dari library kalian dan masukin cerita ini lagi. Atau refresh aja. Ini udah aku update sekitar 9 part jadi aku harap kalian mau baca karna aku excited banget sama yang satu ini.

Intinya, kalian baca aja dan kalo suka bisa vomments. KEEP READING GUYS XX ILY

Styles wife

AFTER RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang