1

2.5K 308 74
                                    

"Saya susah tidur belakangan ini, Dokter. Semenjak istri saya meninggal, saya selalu susah tidur. Saya sering sekali berhalusinasi istri saya ada di sekitar saya."

"Bapak masih trauma sepertinya, memang sulit sekali menerima kenyataan bahwa orang yang kita cintai pergi meninggalkan kita. Ngomong-ngomong, sudah berapa lama istri Bapak meninggal?"

"Sudah sepuluh tahun yang lalu, Dok."

Sang Dokter sedikit terkejut. Pasiennya kali ini adalah seorang pria paruh baya yang mengeluh karena menderita insomnia. Ia selalu berhalusinasi jika istrinya berada di sisinya menyebabkan dirinya susah tidur.

"Memang, saya sangat tertekan dengan kematiannya. Karena ia meninggal dalam keadaan kami yang sedang cekcok. Saya gak bisa terus begini, Dokter. Pekerjaan saya jadi terganggu. Saya menyayanginya, sungguh. Tapi saya juga ingin hidup tenang dan baik."

Sang Pasien terisak pelan. Emosinya naik secara tiba-tiba. Sang Dokter yang melihat itu pun mencoba menenangkannya.

"Bapak tarik napas dan buang perlahan. Tenangkan diri Bapak dulu. Saya akan kasih resep obat yang bisa Bapak tebus di Apotek depan Rumah Sakit." ujar Sang Dokter.

Sang Pasien perlahan mulai tenang. Pria paruh baya itu memejamkan matanya sejenak. Lalu membuka matanya lagi. Menatap Sang Dokter yang mulai menuliskan resep obat.

"Ini, Pak." kata Sang Dokter sambil memberikan kertas berisi resep obat. Sang Pasien menerimanya dengan tangan sedikit gemetar.

"Kalau begitu saya permisi, Dok." ujar Sang Pasien.

"Pak!" panggil Sang Dokter saat Pasiennya mulai bergegas pergi.

"Coba kunjungi makam istri Bapak. Bicara sama istri Bapak. Mungkin dengan begitu rasa rindu Bapak akan tersampaikan."

"Terima kasih banyak, Dokter June."

June berdiri memandangi sebuah gundukan kecil yang kini sudah tertutup rerumputan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

June berdiri memandangi sebuah gundukan kecil yang kini sudah tertutup rerumputan. Raut wajahnya sendu menatap sederet tulisan di batu nisan tersebut.

Cantika Roseanne Hapsari
Lahir: 11 Februari 199*
Wafat: 11 Februari 201*


Di sana nama itu tertulis dengan rapi. Nama seseorang yang menemani hari-harinya sejak kecil. Nama seorang saudari yang paling ia sayangi. Seseorang yang paling mengerti dirinya.

Setidaknya itulah faktanya sebelum Orangtuanya memaksa mereka untuk menikah. Menikahi saudarimu sendiri, apa itu masuk akal? Ya meski memang hanyalah saudari angkat, tapi June menganggap mereka sudah seperti saudara kandung. Menikahi sosok itu adalah hal paling tidak terduga bagi seorang June. Namun apa daya, June tidak bisa menentang apa yang orangtuanya titahkan.

Kehidupan pernikahan mereka tentu saja tidak berjalan mulus. June tidak pernah bisa menerimanya sebagai sosok istri. Bahkan perlahan perasaan benci merasuki diri June.

|JunRose| ClichéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang