Prolog

3.3K 352 45
                                    

Seorang gadis berambut kecoklatan menatap sendu prianya. Ya, prianya. Secara hukum dan agama, benar pria di hadapannya ini adalah prianya, suaminya. Namun secara batin, ia tidak merasa pria ini adalah suaminya.

"Please..." cicitnya memohon untuk kesekian kalinya.

Pria di hadapannya mendesah pasrah.

"Kali ini aja. Habis ini aku janji gak akan minta apa-apa lagi ke kamu." lirihnya pelan.

"Jam berapa?" tanya sang suami. Gadis itu tersenyum senang.

"Sepulang kamu kerja, ya?"

Sesuai janjinya pada sang istri, malam ini mereka akan makan malam bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai janjinya pada sang istri, malam ini mereka akan makan malam bersama. Untuk pertama kalinya setelah satu tahun hidup bersama sebagai pasangan suami-istri.

Pria itu membuka jas putih khas seorang dokternya dan menggantungkan jas itu ke gantungan yang tersedia.

Ceklek!

Ia menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Seorang gadis berambut pendek sebahu menyelonong masuk begitu saja ke ruangannya.

"Kenapa gak jawab teleponku?" tanya gadis itu judes. Raut wajahnya kentara sekali menunjukkan bahwa dirinya kesal.

"Aku baru ngecek HP. Dari pagi sibuk, banyak pasien." jawabnya. Gadis itu bergelayut manja di lengan sang pria.

"Aku gak bisa sehari aja gak tau kabar kamu." ujar si gadis sambil memainkan dasi si pria. Pria itu mengusap pelan kepala si gadis sebelum melepaskan pelukan manja yang disukainya itu.

"Iya, maafin aku, ya."

"Hari ini temenin aku shoping, ya? Sekalian makan malam di restoran Dahyun yang baru buka." pinta si gadis.

Pria itu mendesis pelan, "Besok aja, ya? Hari ini aku gak bisa."

Si gadis merengut, "Tumben-tumbenan gak bisa? Udah janjian sama perempuan lain?" tanyanya penuh selidik.

"Sama istriku."

"Sekarang nyebutnya istri?!"

Pria itu terdiam. Ia sendiri juga tak sadar menyebut gadis yang setahun belakangan dinikahinya sebagai istri. Meski sebenarnya memang istrinya.

"Mina, aku udah terlanjur janji sama dia."

"Terserahlah."

Si gadis meninggalkan sang pria begitu saja. Suara sepatunya menggema keras di dalam ruangan akibat hentakan kakinya yang cukup keras.

Sang pria memijat pelipisnya lelah. Kemudian menyambar jas hitamnya dan memakai jas itu dengan rapi.

Matanya tak berkedip menatap papan nama dari kaca yang tertata rapi di atas meja kerjanya.

Dr. Julian Nedhial A, Sp.KJ
Psikiater


Julian Nedhial Abraham, atau sering dipanggil Dokter June adalah seorang psikiater di salah satu Rumah Sakit swasta di Ibukota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Julian Nedhial Abraham, atau sering dipanggil Dokter June adalah seorang psikiater di salah satu Rumah Sakit swasta di Ibukota. Dokter berusia 28 tahun itu sesekali tersenyum dan menunduk sopan pada setiap perawat ataupun dokter lain yang berpapasan dengannya.

Kaki jenjangnya membawa langkahnya dengan cepat keluar dari Rumah Sakit. Ia melirik arlojinya yang menunjukkan pukul enam lebih tigapuluh menit malam. Langkahnya sedikit memelan saat ponselnya berdenting menandakan pesan masuk.

From: Roseanne
Aku di seberang jalan rumah sakit!

Pria itu refleks menoleh ke seberang jalan. Benar saja, sosok gadis yang selalu ceria itu tengah melambaikan tangan padanya. Dari jarak sejauh ini pun June mampu melihat senyum gadis itu.

Mata elangnya awas memperhatikan langkah sang gadis bersurai coklat panjang yang kini menyebrang jalan.

Namun entah darimana datangnya, sebuah mobil sedan hitam yang melaju kencang menubruk tubuh kurus itu. Mata June melebar sempurna. Kecelakaan itu terjadi begitu cepat. Hanya dalam hitungan detik tubuh kurus itu sudah menggelinding di aspal.

June berlari ke jalanan. Menyusul gadis itu, istrinya yang baru saja menjadi korban tabrak lari.

June meraih tubuh itu, memangkunya dan memeluknya dengan tangan bergetar. Suaranya tercekat di tenggorokan melihat istrinya yang kini bersimbah darah. Tak butuh waktu lama sampai mereka dikerumuni khalayak ramai. Darah yang keluar dari kepala dan tubuh sang istri tak terkira banyaknya. Melukis aspal hitam dengan warna merah yang pekat.

"J..Ju.."

June menahan napasnya, masih tak mampu mengeluarkan suara. Bahkan saat sang istri memanggil dengan terbata, ia masih tak mampu bersuara.

Sang istri meraih tangannya, memasukkan tangannya ke dalam saku mantel yang dikenakan sang istri. June dapat merasakan jarinya menyentuh sesuatu di dalam sana.

"Ha..hari ini... U..lang...ta..hun...ku..."

June merasakan airmatanya menetes. Hatinya sakit seperti dihantam benda keras berkali-kali. June mengeluarkan tangannya dari saku mantel sang istri dan beralih menggenggam erat tangan kurus yang kini sedingin es itu.

"Uhukk! Uhukk!"

Sang istri memuntahkan banyak darah membuat June refleks mengencangkan genggamannya.

"R..Rose..." June bersuara. Memanggil nama sang istri yang sudah sekarat.

"Aku... Sayang... Kamu... June..." ujar sang istri tanpa suara. Mata sayu itu kian menutup sempurna bersamaan dengan napasnya yang berhenti berhembus.

"Rose... Roseanne... ROSE...!!!"

Dan di antara kerumunan itu, Mina tersenyum penuh kemenangan menyaksikan kematian istri dari kekasihnya.

Dan di antara kerumunan itu, Mina tersenyum penuh kemenangan menyaksikan kematian istri dari kekasihnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continued












Prolog yang bener bener panjang.

Gue gatau married life kayak gini ada yang suka atau engga. Sekiranya ga ada, gue udah putusin tetap publish meski cuma gue yang baca.

Gue galau karena ini. Tapi gue putusin buat tetep pada jalur awal.

Sorry ya moreofyoulessofme kalo misal projectnya jadi ancur gini...

|JunRose| ClichéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang