9

1.4K 225 33
                                    

Jae sedang merapikan letak bunga di meja kafe saat ponselnya berdering. Pagi-pagi begini, siapa lagi yang menghubunginya selain Ibu Bos tercinta. Memang hanya wanita itu yang menjadi alasan Jae masih ada di bumi. Wanita yang sayangnya tidak bisa ia miliki. Namun setidaknya ia bahagia melihat wanita itu tesenyum.

Jae tersenyum tipis menatap layar ponselnya yang menampilkan nama Rose berikut serta foto tersenyum wanita itu. Namun senyumnya memudar saat mengingat kejadian semalam. Rose ada di bumi bukan untuknya. Tapi untuk June.

Jae menggeser layar ponselnya, dan menaruh ponsel itu di telinga.

"Jae?"

Terdengar panggilan lembut di ujung sana.

"Hm?" Sahut Jae.

"Kamu handle kafe hari ini, ya?"

"Kamu?"

"Aku? Aku..."

Jae menarik ujung bibirnya membentuk senyum palsu, "Iya, yaudah."

"Makasih, Jae!"

Jae menghela napas saat sambungan ditutup oleh Rose. Agak lega hatinya, sebab dari suaranya yang ceria, sepertinya June tidak menyakiti wanita itu semalam. Syukurlah.

Karena kalau sampai June berlaku kasar, Jae pastikan pria itu akan segera lenyap dari bumi.

"Woy! Santai dong. Lo mau mecahin vas-nya bang?"

Jae terkejut saat suara rekan kerjanya menyerukan perbuatannya yang kini menggenggam vas bunga dengan penuh emosi.

"Sorry, sorry." Ujar Jae sambil mendudukkan dirinya dan mengusap kasar wajahnya.

"Ada apa sih, Bang? Serius, aneh lo belakangan ini. Lo nggak sadar pelanggan banyak yang pergi gara-gara kelakuan lo?"

Jae mendongak untuk menatap rekan kerjanya yang terpaut usia cukup jauh di bawahnya ini. Aneh bagaimana?

"Maksudnya?" Tanya Jae heran.

"Bang, lo liat cctv sana. Tanggal delapan sekitar jam makan siang. Lo bakal ngerti. Gue balik kerja dulu, Bang."

Jae semakin mengerutkan dahinya. Ingin rasanya bertanya lebih jauh, namun daripada mengganggu pekerjaan orang lain, Jae lebih memilih mencari jawabannya sendiri.

 Ingin rasanya bertanya lebih jauh, namun daripada mengganggu pekerjaan orang lain, Jae lebih memilih mencari jawabannya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rose merasakan bulu kuduknya merinding melihat tampilan wajahnya sendiri di cermin kamar mandi. Takut, dia takut melihat wajahnya saat ini. Ternyata, waktunya hampir habis. Seiring mereka yang terlibat perlahan menyadari ketidak adaan dirinya. Menyadari bahwa dirinya saat ini hanyalah arwah yang Tuhan turunkan demi menenangkannya.

Rose selama ini tidak benar-benar tenang. Sekarang ia paham betul mengapa Tuhan memberinya kesempatan berada ditengah-tengah orang-orang yang disayangnya. Tuhan memberikan kesempatan baginya untuk meninggalkan mereka dengan tenang.

|JunRose| ClichéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang