8

1.9K 239 32
                                    

Brak!

June membanting pintu kamar sambil melemparkan tubuh Rose ke atas ranjang. Sungguh, ia kini tengah cemburu buta. Siapa juga yang tidak marah melihat istrinya berpelukan dengan pria lain?

June mengusap kasar wajahnya. Rasa pusing akibat alkohol masih setia berlarian di kepalanya. Matanya menatap dingin ke arah Rose yang juga menatapnya dalam hening. Sepatah kalimat pun tak diucapkan wanita itu untuk menjelaskan semuanya. Rose hanya diam sambil menatap lurus ke arah June dengan tatapan sendu.

"Kamu ngapain bawa dia ke rumah?" tanya June pelan saat emosinya perlahan memudar. Rose tak menjawab. Wanita itu terus-terusan menatap June. Kali ini pandangannya terlihat kosong dan tidak fokus. Dia melihat June, tapi bukan June yang menjadi fokusnya.

"Aku nanya, jawab." ujar June lagi.

June mengernyit saat wajah Rose terlihat pucat. Bukan cuma wajah, tapi seluruh badannya tiba-tiba memucat. Rose terlihat membuka mulutnya ingin berkata sesuatu. Namun tak ada suara yang keluar dari mulutnya.

"Rose?" perlahan, June mendekatinya. Rose tiba-tiba menunduk membuat June tak bisa melihat wajah istrinya.

"Rose?" panggil June lagi. Kini sambil memegang bahu sang istri dan memaksa Rose untuk mendongak.

"Rose kamu kenapa?"

"Ahh!!!"

Jerit June saat melihat wajah Rose yang penuh darah. Darah kental mengalir dari pelipis, hidung, dan mulut Rose. Wanita itu menangis menatap June yang sudah jatuh terduduk.

Perasaan kaget luar biasa yang dialami June membuat telinganya tiba-tiba berdenging. June memejamkan matanya saat dengingan itu semakin keras dan lama kelamaan berubah menjadi suara hantaman. Ingatan June melayang pada satu tahun lalu saat tubuh Rose terpental dan menggelinding di aspal. Pada saat dirinya memangku tubuh bersimbah darah istrinya. Saat ia menangis meraung untuk pertama kalinya selama ia hidup di dunia.

June meringkuk sambil menutup telinganya kuat-kuat. Bayangan-bayangan masa lalu itu terus-terusan menghantuinya.

Sampai akhirnya June terbangun. Dengan tubuh yang sudah terbaring di atas kasur. Tanpa mengenakan sehelai benang pun. Hanya selimut yang menutupi tubuhnya.

Mata June langsung terbuka lebar saat menyadari sesuatu. Pria itu bangkit terduduk dan mengedarkan pandangan ke penjuru kamar.

"Rose?" panggilnya pelan. Tak ada suara.

Rasa takut mulai menghampirinya. Ia bangkit dan memungut celana boxernya di lantai, kemudian dengan cepat memakainya sambil setengah berlari ke luar kamar.

"Rose?"

"Rose?"

Panggilnya panik. June berlari ke dapur, dan langsung lemas saat melihat Rose tengah memasak sesuatu disana. Sedikit lega perasaan yang ia rasakan. June bersandar pada tembok sambil memandangi Rose yang tak menyadari kehadirannya.

Istrinya itu hanya mengenakan kemeja putih miliknya. Lekuk tubuhnya pun bisa terlihat jelas oleh June karena kemejanya yang kebesaran di tubuh Rose itu sedikit menerawang.

Rose hampir saja menjatuhkan omelette yang dibuatnya saat berbalik dan terkejut melihat June.

"Bikin kaget aja, kayak hantu." ujar Rose sambil meletakkan sepiring omelette-nya di atas meja.

June sedikit tersentak. Wajah penuh darah Rose tadi malam kembali terbayang. Perlahan ia mendekati Rose dan menatap lekat istrinya.

"Ada apa?" tanya Rose heran.

June mengangkat tangannya, mengelus pelan pipi Rose. "Kamu itu nyata, kan?"

Rose tak menjawab. Wanita itu hanya menatap June tegas. Dan June tau jawabannya.

|JunRose| ClichéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang