11

2K 208 39
                                    

June pikir, Soekarno Hatta adalah bandara paling ramai, paling sumpek. Ternyata, di Korea juga sama saja. Hanya pikiran June, karena dia belum pernah ke Korea sama sekali. Tidak pernah tau bagaimana suasana di Korea bagian selatan ini.

Untuk kali pertama dirinya menginjakkan kaki di negeri ginseng. Entah kenapa rasanya ingin saja menjadikan Korea sebagai pelariannya. Pelarian atas segala tekanan yang ia hadapi. Pelarian untuknya, untuk sekedar memperbaiki hati dan pikiran agar siap melanjutkan hidup dengan semestinya. Hidup yang ia harap akan bahagia.

Apa Tuhan masih mau memberi sedikit kebahagiaan untuknya? Saat dirinya tak pernah bisa memberi kebahagiaan untuk perempuan yang mencintainya?

"Tuhan Maha Pemberi..."

June menoleh ke belakang saat mendengar seseorang berujar. Di sana, hanya berjarak beberapa meter darinya, berdiri seorang pria berkulit putih dan bermata sipit bersama seorang perempuan muda berambut pendek. Pria paruh baya itu sepertinya berkebangsaan Korea tapi begitu fasih bicara bahasa Indonesia. Sedangkan perempuan muda di hadapannya, June tak bisa melihat wajahnya karena ia membelakangi June.

"Kamu pasti diberi kesehatan." lanjut Pria paruh baya. Pria paruh baya itu memeluk perempuan muda di hadapannya.

Tak sengaja tatapan mereka bertemu. June tersenyum malu sambil mengangguk singkat bermaksud minta maaf karena tidak sopan sudah memperhatikan mereka. Sang Pria paruh baya balas tersenyum sebelum June berbalik.

"Nde, Appa..."

June terdiam di tempatnya. Terpaku mendengar suara yang amat dikenalinya. Jantung June berdetak cepat dan napasnya memburu.

Suara itu...

Suara Rose?

Namun saat June berbalik, Pria paruh baya dan perempuan yang June yakin adalah anaknya itu kini sudah pergi. Berjalan jauh.

June sedikit berlari menyusul mereka, tapi bandara yang terlalu ramai membuatnya kesulitan mengikuti jejak mereka. June kehilangan jejaknya, dan menghembuskan napas pasrah. Gumpalan asap keluar dari mulutnya di karenakan cuaca yang cukup dingin.

"Cukup, June. Cukup halusinasinya..."

Ochie menoleh ke belakang, perasaannya tiba-tiba tidak enak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ochie menoleh ke belakang, perasaannya tiba-tiba tidak enak. Semacam diintai oleh seseorang. Berkali-kali ia melihat ke belakang, tapi hanyalah keramaian. Dan ia tak tau siapa dari keramaian itu yang sekiranya berniat buruk.

"Kenapa?" tanya sang Ayah.

"Appa merasa ada yang mengikuti kita tidak?"

Sang Ayah menoleh ke belakang, "Cuma perasaan kamu. Ayo, cepat. Supaya bisa istirahat di rumah."

Ochie hanya menurut. Terlalu lelah untuk mengikuti egonya yang memintanya menyelidiki siapa kiranya yang berniat jahat telah menguntitnya.

 Terlalu lelah untuk mengikuti egonya yang memintanya menyelidiki siapa kiranya yang berniat jahat telah menguntitnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

|JunRose| ClichéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang