ㅇ p r o l o g u e ㅇ

249 33 3
                                    

Siang ini cukup terik, bikin anak-anak 11 UPW males keluar kelas dan milih buat stay di kelas walaupun saat ini mereka sedang freeclass. Dan sama kayak kelas pada umumnya, keadaan kelas ini juga sama ributnya kalau lagi freeclass.

Tapi, karena tadi 11 UPW diberi tugas dari Bu Kahi yang katanya harus dikumpulkan hari ini juga di atas meja beliau, jadilah beberapa murid kerajinan sedang mengerjakan 5 soal-namun beranak-yang diberikan Bu Kahi tadi.

Seperti Rara saat ini yang tangannya sudah sibuk menyalin jawaban dari buku cetak, sementara mulutnya dengan lancar curhat pada Somi dan Hyungseop, karena album musik yang ia pesan, sampai sekarang belum sampai saja ke tangannya.

"Ya terus kan ya, Som, Cup. Gue kan order album udah dari sebelum albumnya rilis tuh. Sampe sekarang belum sampe njir! Gila, kesel gue. Kata mbak olshop-nya sih bermasalah di becuk sama suppliernya gitu," omel Rara sambil tangannya menulis jawaban dari tugas Bu Kahi.

"Wah! Harus dapet bonus merch tuh lo harusnya. Udah berapa bulan sih?" tanya Hyungseop.

Rara menghentikan kegiatan menulisnya sejenak kemudian menghitung berapa lama albumnya tidak sampai-sampai. "Udah tiga bulanan sih dari gue mesen."

"KOK LAMA BANGET? Gue aja nih ya, terlama beli album tuh sampenya satu setengah bulan." Somi sampai banting pulpen saking kagetnya.

"Iya kan ya, Som. Huhu, mana sekarang mereka udah mau comeback aja. Sedih gue, album yang itu aja belum sampe, ehhh, mau comeback aja. Duit duit duit."

Somi meringis kecil, "Ya emang udah nasib fans internasional. Mau mencintai oppa aja banyak banget rintangannya."

"Lo berdua juga sih, masih aja ngejer oppa nun jauh disana. Padahal kan ga usah jauh-jauh udah ada yang setampan oppa di deket lo berdua."

"Siapa, Cup?" Rara dan Somi bertanya bersamaan pada Hyungseop yang sudah masang tampang sok ganteng.

"Gue."

Ya udah, terlanjur kesal sama Hyungseop, dua cewek itu langsung menoyor Hyungseop kanan-kiri.

"Jangan noyor mulu elah, ntar bego gue."

"Lo kan udah bego dari sananya. Tiap hari ngemilnya micin sih," cibir Somi yang diikuti tawa puas Rara.

Gak lama setelahnya, Rara melihat ponselnya yang ia letakkan di atas meja menyala menampilkan popup pesan. Cewek itu mengernyit. Tumben mamanya nge-WA jam segini?

Mama

ra, km ad mktin brg?

Rara

Eh, dari siapa?

Mama

wanana shop

Setelahnya, Rara rasanya mau pingsan aja saking kesenengannya. Cewek itu sudah gak bisa ngontrol diri lagi buat gak loncat-loncat sambil jerit.

"SOMIIIII!!!! UCUPPP!!!! PAKET GUE UDAH DATENGGGG. HUEEEEEEEE, HUHU AKHIRNYA GUE BISA MELUK KANG PEACH GUE SOMMM. HUHUUU, AYANG DATANGLAH PADAKUUU."

"Ga usah lebay lo, njing."

Rara mendelik kesal, "Kasar lo, Som!" tapi detik kemudiannya, Rara kembali menyengir kesenangan. Ya, sebelas duabelas dengan orang gila lah ya.

Bohong banget kalau sekarang Rara gak jadi perhatian anak-anak kelasnya. Bahkan tadi Doyeon yang lagi ngegibah bareng gengnya udah neriakin Rara, "SANTUY RAAA. KAGET GUE!" gitu.

Sementara itu, jauh dari tempat duduk Rara yang agak ke depan, sekelompok cowok-cowok yang menamakan diri mereka sebagai 'Dilanmu' sedang duduk melingkar di lantai.

"HA! Mati lo Nyooon!" seru Hyunmin sambil membanting kartu UNO-nya yang bergambar '+4'.

Haknyeon yang mendapatkan giliran setelah Hyunmin mendelik kesal pada makhluk lebay disebelahnya. "Ck, beruntung lo gue ga lagi PMS," celetuk Haknyeon asal yang langsung mendapat tawaan dari 5 kawannya.

"Yeu, bisa aja lu kutil buaya," kata Seonho sambil menoyor Haknyeon di sebelahnya.

Haknyeon cs kembali melanjutkan permainan mereka, padahal kelas yang tadinya ribut sudah menjadi hening. Woojin yang pertama kali menyadari kehadiran seseorang di dalam kelas membelalakkan matanya yang diikuti teman-temannya yang menoleh.

Glek.

"Itu yang dibelakang ngapain?" suara bariton itu membuat anak cowok yang tadinya asik main kartu masing-masingnya kalut menyembunyikan tumpukan kertas persegi panjang tadi. Apalagi, sekarang Pak Sungwoo-pemilik suara tadi malah menghampiri mereka. "Ck, kan sudah Bapak bilang. Jangan bawa kartu ke sekolah! Ngapain bawa kartu? Mau sekolah apa kongkow-kongkow di pos kamling hah?"

Dan sudah dipastikan kalau setelah itu kartu UNO tadi ditahan Pak Sungwoo. Hal itu membuat si pemilik kartu-Seonho mencibir kesal ke teman-temannya. "Eh, njing. Itu kartunya ori ya! Gua gak mau tau, GANTI!"

Haknyeon yang merasa ditatap sengit Seonho membelalakkan matanya seakan gak terima disalahkan, "Kok gue, sat? Hyunmin tuh berisik!"

"Kan lo yang ngajak main, Nyeon!" kata Hyunmin membela diri. Ya jelas, doi gak terima, kan kalo Haknyeon ga ngajakin main UNO, ya ga bakal gini. Pokoknya, bagi Hyunmin, ini semua salah Haknyeon. "Lo juga, Jin. Pak Sungwoo masuk gak bilang-bilang."

"Eh, gue juga telat nyadarnya, gobs!" Woojin yang selanjutnya jadi sasaran buat disalahkan menoyor Hyunmin yang sudah memajukan bibirnya kesal.

"Ck, jangan kek orang susah. Ntar gue ganti, Ho. Diem lo pada, mumet dengerin ocehan lo semua." Pada akhirnya Guanlin juga yang menengahi perdebatan tiada ujung teman-teman seperbangsatannya. "Si bule mana?"

Baru aja Guanlin nanya begitu, seseorang masuk ke kelas mereka dengan cengiran lebar dari telinga ke telinga. Cengiran di wajah bulenya itu membuat empat orang yang tadinya saling misuh satu sama lain kembali menjadi satu.

"Wehhh! Apa nih cengar-cengir. Dapet degem baru ya lo?"

Samuelㅡsi bule blasteran, ekspresinya langsung berubah sengak saat Haknyeon menanyakan itu. "So pasti, sob!" kemudian ia menaik-turunkan alisnya yang membuat Guanlin menoyornya.

"Cewek mulu lo!"

"Alah, parahan Haknyeon kali, Lin. Pacarnya noh, EMPAT. Mengikuti sunah banget."

Haknyeon berdecak bangga sambil menepuk-nepuk dadanya, "Wess, yoi! Kan gue alim, makanya harus sesuai sunah, empat!" Dan Haknyeon kembali mendapatkan toyoran, kali ini bukan dari Guanlin, tapi sepupu Guanlin, Seonho.

"Bening gak Sam?"

"Bening lah, Jin! Anak kecantikan. Kalem-kalem serrr."

"WADOO, GAS JANGAN KASIH KENDOR SAMMMM!" Hyunmin jadi heboh sendiri. "Ohiya, kalo ntar lo bosen kasih gue sabi lah, Sam."

"Udah lah, woi. Ck, cewek mulu lo semua, sangpa," ucap Seonho gemas. "Daripada ngomongin cewek, mending cari kegiatan yang lebih berfaedah. Apa kek."

"Ngerjain tugas," celetuk Woojin.

Tentu saja, saran Woojin itu hanya jadi sekedar angin lalu bagi 5 temannya yang sama-sama punya prinsip 'kalo masih bisa nyalin kenapa harus buru-buru?'. Iya, mereka emang sampah.

Haknyeon mengedarkan matanya ke seluruh penjuru kelas yang kembali ramai setelah Pak Sungwoo keluar tadi, sampai matanya berhenti pada cewek-cewek yang duduk di pojok lain kelas. "Kita main truth or dare aja lah!"

Sontak kelima cowok lain yang juga duduk melingkar bersama Haknyeon memandang cowok itu heran. Lah, serius nih, main gituan? Kira-kira begitu yang ada di otak mereka.

Melihat reaksi teman-temannyaa,Haknyeon menyengir, "Wesss, saudara-saudara jangan langsung berasumsi yang tidak-tidak. Ini asyik kok. Pokoknya, siapapun yang ngasih pertanyaan atau tantangan, gak boleh biasa aja, harus ekstrim. Masa pejantan tangguh kayak kita tantangannya cuma sekedar upload foto aib di IG. Percaya sama gue, asyik."

Dare To Love -; LGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang