ㅇ10ㄹ| Digodain

106 18 1
                                    

Rara mengikat tali sepatunya dengan tergesa. Hyungseop yang berdiri di sisi Rara, dari tadi sudah berkali-kali melirik jam tangannya. Berkali-kali juga cowok itu mendecak lalu mengomel-ngomel pada Rara yang disamping memasang sepatu, juga sibuk menghabiskan setangkup roti.

"Swabwar dwong!"

"Heh! Lo lelet, yang telat gak cuma lo! Gue juga, bego!"

Rara akhirnya menyelesaikan ikatan sepatu plus dia juga sudah menghabiskan rotinya. "Santuy dong, lur," kata Rara sambil berdiri kemudian menepuk-nepuk rok abu-abu panjangnya. "Ck, ke sekolah doang 5 menit juga sampai."

"Ya lo kan jalannya kayak atlet jalan cepat, ya 5 menit sampai lah!"

"Ya lo juga cowok tapi jalan kek pengantin. Herman deh gue."

Hyungseop memutar bola matanya menanggapi ucapan Rara tadi, "Ini kenapa jadi debat sih?! Udah jam 7 lewat nih woy. Upacara upacara!"

"Bentar lah, pamit dulu," ucap Rara sebelum berteriak pada orang di dalam rumahnya, "MA! KAKAK BERANGKAT DULU!"

Detik selanjutnya, baru Rara dan Hyungseop berjalan keluar dari pekarangan rumah Rara. Mereka berdua emang tetangga dari kecil, dan kebetulan mereka sekolah sama-sama di SMK yang jaraknya gak nyampe 300 meter dari rumah Rara. Jadi, tiap hari Rara dan Hyungseop berangkat-pulang sekolah berdua-jalan kaki tentunya.

"Ra," panggil Hyungseop yang membuat Rara mengalihkan pandangannya dari hp-nya yang menampilkan homeline twitter dengan foto dan info terbaru idol k-pop mendominasi.

"Hn?"

"Lo sabtu kemaren jalan sama Guanlin?"

Rara mengernyitkan dahinya, "Harus banget gue jawab padahal lo kemaren ngetag gue di grup?"

"Tapi lo gak bilang ke gue duluan kalo mau jalan sama Guanlin," kata Hyungseop kemudian.

"Ya terus kenapa?" tanya Rara semakin heran, "Lagian lo gue ajakin nonton, bilangnya lo udah nonton filmnya sama siapa itu, gak tau."

Hyungseop menghela nafasnya berat, "Ya, selama ini gue dianggap apa?"

"Tapi Somi aja b aja tuh gue gak cerita."

"Somi beda! Lo udah kenal gue dari orok, Ra!"

"Lah nyolot!" emosi Rara makin terpancing dibilang gitu, "Lo juga masih nganggep gue sahabat gak? Akhir-akhir ini aja gue gak tau kenapa lo sering ilang-ilangan gitu!"

Hyungseop diam aja, karena pernyataan Rara barusan benar, dia gak pernah cerita kenapa akhir-akhir ini dia sering ilang-ilangan. Padahal, dari dulu Hyungseop dan Rara sudah bagaikan dilem pakai lem korea, lengket banget.

"See, bahkan lo gak bilang lo kemaren nonton sama siapa. Padahal biasanya kita selalu terbuka, Cup!" sulut Rara yang makin panas. "Ck, kesel gue pagi-pagi udah diajak ribut gini." Rara kemudian berjalan mendahului Hyungseop yang mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

Kalau sudah begini, Hyungseop jadi ngerasa bersalah juga udah bikin sahabatnya yang satu itu badmood sepagi ini. Akhirnya Hyungseop menyusul Rara. Cowok itu menaikkan tangan kirinya dan mendarat di kepala Rara.

"Hm, sorry, Ra." Hyungseop mengelus pelan rambut Rara, kemudian tangannya ditaruhnya di pundak cewek itu.

"Ya emang sudah seharusnya lo minta maaf karena udah bikin seorang Ranisha Fadhila badmood sepagi ini!"

Padahal, Hyungseop gak cuma minta maaf buat hal itu. Karena ada hal lain yang membuatnya merasa bersalah pada sahabat kentalnya dari kecil ini.

🎲


Rara dan Hyungseop berjalan bersisian di koridor kelas. Lega rasanya waktu liat lapangan belum ada tanda-tanda upacara mau dimulai. Di depan kelas mereka sendiri, beberapa anak cowok masih kongkow-kongkow di sana sambil ngegodain adek kelas yang lewat.

Tapi bentar, anak cowok? Nongkrong depan kelas? Godain adek kelas? GENG-NYA GUANLIN DONG?

Muka Rara sudah pias sepias-piasnya bayangin kalau dia pasti digodain habis-habisan karena kedapatan jalan sama Guanlin sabtu kemaren-ditambah foto mereka lagi gandengan. Rasanya Rara mau nangis aja sekarang.

"Ra, gak papa lo?" Hyungseop menyikut pelan cewek di sampingnya.

"Hn, ha-hah? Gapapa kok gue," kata Rara meyakinkan.

Tapi bukannya yakin, Hyungseop malah memutar bola matanya kemudian mempercepat langkahnya ke kelas.

"EH EH! UCUP! TUNGGUIN GUE NJIR!" teriak Rara sambil mempercepat langkahnya menyusul Hyungseop yang sudah duluan masuk kelas. Tapi belum juga Rara menginjakkan kakinya di lantai kelas,

"Eh, ada Rara," kata Haknyeon dengan nada yang penuh arti.

Rara langsung berbalik badan dan memasang tampang paling juteknya, "Apa?!" Tapi yang didapatinya malah si buleㅡSamuel yang menaik-turunkan alis dengan ngeselinnya.

Hyunmin yang dari tadi cekikikkan kemudian berjalan masuk ke kelas, "EH! MEMPELAI WANITA UDAH DATANG NIH!"

Rara melototkan mata dan tanpa basa-basi menimpuk Hyunmin dengan tangannya, "GILA YA LO?"

"EH BERAS KUNING BERAS KUNING!" teriak Yoojung yang tadinya sibuk nyalin PR di belakang kelas malah ikut nimbrung godain Rara.

Dari luar, datang Woojin dengan segenggam potongan daun di tangannya.

"Allahumma shalli ala sayyidina... Muhammad, SALIMMMM!" seru cowok gingsul itu yang diikuti koor teman-temannya di luar menyahuti 'Salim' dengan semangat empat lima. Potongan daun tadi juga dia hamburkan ke arah Rara. Membuat Doyeon yang hari itu kebagian jadwal piket mencak-mencak sendiri.

"Eh anjir gue jadi keinget tugas praktek seni budaya pas kelas sepuluh!" sahut Somi yang baru aja ngehampirin Rara.

"YA ELO! GUE GINI BUKANNYA DIBANTUIN KEK! TEMEN APA TEMEN SIH?!" seru Rara kesal sambil membersihkan seragam dan rambutnya dari potongan daun tadi. Dan yang bikin Rara makin kesal, pelakunya udah ketawa-ketawa setan tuh di depan bareng temen-temennya-minus Guanlin dan Seonho yang udah hilang entah kemana.

"Ya gimana ya, Ra. Abis gue juga gemes pengen ngecengin," kata Somi yang bikin Rara menoyornya. "Lagian, si Woojin juga ampas abis. Orang kan ya, yang dihambur itu beras kuning, lah ini daun! Gak mutu."

Rara mendelik ke arah Somi, "Gak guna." Dan akhirnya Rara berlalu ke kursinya dengan hati yang sudah amburadul. Antara kesal, malu, gugup, dan senang jadi satu. Karena sesungguhnya, Rara ini paling baper kalau sudah digodain sama cowok-kayak tadi. Karena sesungguhnya juga, kalau digodain begitu, perasaan yang paling Rara hindari bisa saja tumbuh kembali dengan sendirinya.













Sedikit info guys. Buat kalian yang gak tau, jadi ada satu budaya di daerahku tinggal. Semacam upacara (?) penyambutan pengantin gituu. Biasanya sih buat nyambut pengantin pria yang baru sampai di rumah mempelai wanitanya. Nama ritualnya ini "mahambur baras" atau dalam Bahasa Indonesia-nya sih, "menghambur beras". Nanti pengantinnya itu dilemparin pake beras kuning sama orang yang dituain atau penghulu gitu lah ya, sambil dibacain shalawat juga. Beras kuning ini katanya dimaknai sebagai lambang kemakmuran dan rejeki.

Btw, aku nulis scene di atas itu bener-bener random dan awalnya sempet ragu buat naroh disini. Tapi aku pikir-pikir lagi, hehe, keknya gak ada salahnya ngenalin budaya daerahku tercinta /hoho/. Kayaknya juga sih, waktu nulis aku lagi kangen keseruan praktek seni budaya pas kelas 10 😂

P.s. Buat yang gak tau, aku nulis chapter ini di sekitar bulan november 2017. Dan sekarang aku nulis author note ini baru April 2018 karena aku lagi republish-in chapter lama.

Dare To Love -; LGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang