HIGHSCHOOL
Sisi Lain
Aira memutar balikkan soalnya dengan gemas. Padahal tinggal satu nomer saja. Astaga ini benar soal yang rumit!
Sedangkan dari sudut depan Lami tampak sudah selesai dan jadi yang pertama mengumpulkannya. Aira jadi sedikit kagum pada sosok ketua kelasnya itu. Tapi... tentu saja Raka yang paling pertama selesai. Lihat saja, pria itu bahkan sudah nyaman dalam mimpinya.
"15 menit lagi kumpul!"
Astaga ini guru juga kenapa buru-buru amat sih? Gak tau apa ini itu susah!
Aira melirik kertas jawaban Raka malu-malu. Tapi belum sempat membaca kertas itu sudah berpindah kedepannya dan kertasnya diambil gitu aja. Ya, Raka pelakunya.
Aira menatapnya heran. Tiba-tiba pria itu bangun-bangun langsung aja ngagetin.
"Lo kumpulin itu aja. Belum tulis nama kan? Nah gue yang ini." Raka mulai meneliti lembar jawaban Aira dan perlahan mengerjakan sisanya. Lalu tak selang beberapa lama pria itu berdiri. "Ayo."
Hah!
Aira melongo. Namun tak ayal ia juga mengikuti langkah Raka dan membuat Dani menaikkan alis sebelah. Sedangkan yang lain masih sibuk dengan jawabannya masing-masing.
"Nah Raka dan Aira sudah? Sini kumpul." Bu pertiwi mengambil kertas yang diletakkan Raka dan Aira diatas mejanya. Tak lama senyum guru paruh baya itu terangkat. "Bagus, ini kalian dari tadi meja yang paking sunyi dan tenang tapi hasilnya luar biasa yah." Ujarnya kagum. Memang, sedari tadi Raka dan Aira lah yang paling tenang. Yang lain? Gelisah tentunya. Lami saja tampak pusing sesekali. Sedangkan Raka? Dia malah sempat tidur.
Aira tersenyum pada Raka saat kembali duduk dikursi mereka. Kursi yang menjadi saksi dimana Raka mulai terbuka pada orang lain lagi. Raka ikut tersenyum, memberikan segenap kehangatan dalam dirinya pada sosok disampingnya.
"Kita temen sekarang?" Tanya pria itu sambil tersenyum.
Aira mengangguk semangat. Dari awal memang ia sudah menganggap Raka sebagai temannya yang kebo. Tukang tidur yang merupakan sebangkunya. Dan senyumnya hanya untuknya.
"Yang selesai silahkan keluar."
Aira dan Raka serta Lami berdiri dan beranjak keluar dari ruang ulangan. Lami sempat melirik ke Raka dan juga Aira yang tampak akrab sekali sambil bercanda keluar kelas. Begitu juga Dani yang agak emm cemburu?
****
"Udah gak ada kelas. Ayo." Raka meraih tangan Aira dan menariknya keluar gerbang. Aira hanya mengikut saja. Toh ia juga ingin segera kembali kerumahnya.
Dihalte Raka dan Aira duduk menunggu bus datang. Raka menyumpal telinganya denga satu earphone dan satunya lagi disematkan telinga Aira. Aira hanya tersenyum saja. Lagian ia juga bosan.
"Jangan sedih, kesedihan hanya akan membuat lo makin rapuh. Biarin aja mengalir kayak Air. Sesuai nama lo Aira." Ucap Raka tiba-tiba. Aira menoleh sambil menaikkan alis heran.
"Gue tau, jadi jangan lari dari kesedihan lo, jangan sembunyikan tapi lawan." Kali ini Raka menatap manik hitam Aira. Aira tersenyum.
"Entahlah, rasanya begitu sulit." Ucapnya memandang jalanan sepi didepannya. Merekam tiap detik hembusan angin yang lewat. Memandang setiap inci debu yang berterbangan.
"Itu karena lo gak percaya lo bisa." Raka menggenggam tangan Aira dan menyalurkan kekuatan miliknya.
"Tetaplah kuat, Aira."
Aira tersenyum memandang Raka. Tepat saat itu bus datang membuat momentnya terhenti. Raka tertawa kecil lalu menarik gadis itu segera naik ke bus. Seperti biasa keduanya akan duduk dipojok belakang.
"Mulai sekarang, gue yang akan jadi obat kesedihan lo. Jadi jangan sembunyi, tapi lawan."
Setelah itu Raka merebahkan kepalanya diatas bahu Aira. Kali ini Aira teesenyum dan merasa bahwa inilah posisi teridealnya jika bersama Raka. Sosok pria itu memang sudah jadi penting untuknya.
****
"Mau mampir dulu?" Tanya Aira pelan namun semangat. Hari ini ia kembali menemukan keceriaannya. Raka, pria itu emang hwbat buat balikin mood dia.
"Hmm boleh," Raka menjawab sambil tersenyum, "tapi lain kali yah.. gue mau balik aja." Sambungnya terkekeh. Aira tersenyum lalu mengangguk.
"Yaudah dah, aku masuk ya,"
Raka menatap punggung Aira yang Hilang dibalik gerbang rumahnya. Pria itu tersenyum sebelum akhirnya berbalik dan berjalan menjauh.
****
"boss! Si Rayhan kayaknya makin kuat deh boss."
Seorang siswa dengan baju seragam yg berantakan dan dasinya diikat di kepala. Mulutnya sibuk dengan rokok yang tak hentinya ia hisap.
"Kayaknya gue harus buat dia kapok dan hilang kesempatan. Siapa suruh dia beraninya nantangin gue." Ujarnya dengan nada sinis. Para ajudannya juga ikut tertawa sambil meneguk minuman keras yang jadi rutinitas mereka.
"Malam ini kita buat tuh bocah nyesel."
"Sip boss."
****
Arya mengendarai motornya keluar dari gerbang yang sepi. Pasalnya ia menjadi siswa terakhir yang keluar dari ruangan ulangan. Ini karena otaknya yang gak sampe buat cepet selesaiin jawaban dari soal super susah menurutnya.
Motornya melajy pelan keluar dari gerbang. Hingga ia berhenti tepat didepan gwrbang. Seorang gadis yang amat ia kenal berdiri sambil nyender di tembok gerbang. Itu Amira.
"Lo ngapain disitu? Sopir lo mana?" Tanya Arya sedikit care namun ia juga masih agak kesal dengan sosok gadis itu.
"Gak, udaj gue suruh balik duluan."
Arya mengernyit heran. Tumben aja gitu, seorang Amira rela nyuruh sopirnya balik. Woahhh
"Kenapa? Lo lagi gak pusing kan.?"
"Gak.. gue mau balik dianter sama lo. Sekalian mau ngomong."
Hah?
Arya cengo. Menatap tak percaya pada Amira. 'Ada angin apa nih cewek?'
"Oiii! Denger gak?"
"Ada angin apa lo?" Tanya Arya pada akhirnya. Benaknya gak bisa dibantah. Ia juga penasaran kan.
"Gue mau minta maaf, sekalian...," Amira menarik nafas lalu mendekat. Gadis itu naik ke jok belakang motor Arya yang cukup tinggi.
"Ayo anter gue." Ucap Gadis itu sambil melingkarkan tangannya diperut Arya. Hal itu membuat Arya deg degan sendiri.
'Kenapa nih jantung gue?'
"L-lo apaan sih? Biasa aja kali.. gak usah gi-"
"Sstt udah ahh jalan gue mau cepet sampe rumah. Capek tau." Ucap Amira lagi. Kali ini kepalanya udah disandarkan ke bahu Arya.
"Ok." Sial! Kenapa gue jadi kaku gini sih. Batin Arya.
Amira diam-diam tersenyum dibalik punggung lebar Arya.
****
Back!!
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
HIGHSCHOOL
Teen Fictionkehidupan remaja sma yang penuh suka dan duka. mulai dari cinta, konflik, persahabatan, bullying, persaingan dan sebagainya. Aira, gadis manis inilah yang akan melalui kisahnya disekolah barunya. mampukah ia mengatasi semua masalah sekolah, persahab...