10 : why?

34 4 0
                                    


HIGHSCHOOL

Kenapa?

***
Bukan gue peduli, tapi gue cuma jadi manusia yang pake nurani.
***

Rayhan mengendarai motornya menuju supermarket terdekat. Ini semua karena perutnya yang tiba-tiba saja bunyi ditengah malam seperti ini. Makanan sudah habis. Isi kulkas juga bibi yang bekerja dirumahnya belum belanja. Apes!

Jadilah ia harus rela keliling komplek nyari supermarket atau apalah yang penting ada makanan dijual.

Sudah berapa toko dan warung yang Rayhan lewati sudah tutup bahkan lampunya saja udah mati. Ya iyalah, secara ini udah mau jam 1 tengah malem dan ia masih keliling nyari tempat makan buka.

'Ini tukang apa kek gak ada apa yang buka sampe 24 jam? Astaga negara ini beneran gak memberi pelayanan yang baik bagi gue.'

Lagian kalo saja ia bisa tahan sampe pagi pasti ia gak bakalan rela ninggali kasurnya tengah malem gini. Tapi masalahnha perutnya bener-bener udah habis kesabaran buat diisi.

Deru mesin motor Rayhan terdengar begitu jelas saking sepinya jalanan tengah malam gini. Rayhan sebenarnya gak takut dibegal, tapi masalahnya jika ia dibegal sekarang dalam keadaan lapar gini mah mana bisa ngelawan. Yang ada bonyok plus kena maag serius juga. Apes banget dah!

Mata Rayhan dibalik helm hitamnya berbinar ketika melihat sebuah mini market masih buka dan nampak ada aktivitas didalamnya.

Alhamdulillah! Biasalah rejeki anak saleh nih gini nih. Selalu dimudahkan ketika lagi susah. Jeritnya dalam hati

Dengan segera Rayhan menepikan motornya dan melepas helmnya.

Waktunya nyari makanan atau apa kek yang bisa jadi pengganjel perut!!

****

Raka berjalan dengan santainya dipinggiran trotoar yang sudah amat sepi. Tapi sebenarnya inilah yang Raka inginkan. Sunyi dan sejuk. Seakan dunia Raka benar-benar sempurna jika berada dalam kesunyian.

Tapi..

Akhir-akhir ini ia merasa kesunyian bukan lagi yang sempurna buatnya tanpa adanya sicerewet disampingnya.

Raka tersenyum kecil sambil menendang kaleng minuman yang tergeletak di trotoar. Benar-benar tidak ada kesadaran buat kebersihan. Siapa coba yang buang sampah ditrotoar. Merusak suasana aja.

Raka melanjutkan langkahnya sambil bersenandung kecil dengan irama yang lembut namun pelan. Memutar semua memori indah yang akhir-akhir ini ia rekam dalam ingatannya yang nyaris berlumut tanpa kenangan.

Tangannya ia masukkan dalam saku jaket tebalnya agar terhindar dari cengkraman angin malam yang dingin menusuk kulit. Earphone menutupi kedua lubang telinganya, dan mulutnya tak ada henti mengalunkan senandung lagunyang menggema dipendengarannya.

*****

Rayhan menyeruput mie terkhirnya yang ia nikmati dalam minimarket tadi. Kini ia merasa perutnya udah pulih dari krisis kelaparan yang melandanya tengah malam ini.

Kini saatnya pulang dan lanjut berselancar ke dunia mimpi yang indah.

"Ahh udah kenyang ngantuk lagi. Hmm." Gumam pria itu sambil beranjak dari duduknya.

Setelah keluar dari market, Rayhan langsung menuju motornua dan mengendarainya pulang. Namun...

Ditengah jalan sebuh rombongan menghalangi jalannya yang lancar. Rayhan mendwngus saat membuka helmnya. Satu hal yang ia tau. Itu musuhnya.

"Rayhan... ckckck tengah malem masih keluyuran." Seorang pria berumur sama dengan Rayhan mendekan dan menendang ban motor kesayangan Rayhan. Kurang hajar ini anak!

"Apa mau lo? Mau ngeroyok gue karena lo takut kalah dari gue di final nanti huh?"

Pria itu terkekeh

"Woahh lo emang pinter. Tapi salah jugas sih," pria itu memegang pundak Rayhan namun langsung ditepis oleh Rayhan. "Gue cuma mau tau dimana batas kekuatan lo."

"Cih dasar banci. Jadi ini, lo beraninya kegue main keroyokan gini hah? Hahaha banci banget tau nggak!"

Wajah pria yang tak lain adalah rival Rayhan itu mulai berubah.

"Iya, gue mau ngeroyok lo. Kenapa? Takut?"

Rayhan terkekeh lalu melepas helmnya. Diletakkannya hel itu diatas spion motornya dan mulai turun dari motor. Rayhan mendorong bahu pria itu dan menunjuk kearah semua anggota yang mulai maju untuk mengeroyoknya.

"Lo pada maju kalo emang jantan satu persatu! Atau lo juga mau jadi lecundang kayak Roy boss lo pada ini hah!?" Teriak Rayhan yang sudah melepas jaketnya dan menaruhnya di jok motor.

Gak ada jalan lain. Kayaknya malam ini bakal berat untuk Rayhan.

"Guys, kayaknya kita harus melatih otot dengan satu samsak didepan kita ini deh." Ujar salah satu anggota Roy dengan senyum miring. Yang lain langsung ikut tertawa.

Rayhan mengeraskan Rahangnya. Lawannya itu bener-bener banci. Beraninya ngeroyok. Cih!

"Gimana? Masih mau sombong huh?" Tanya Roy sambil meregangkan jari-jarinya. Senyumnya mengejek seakan melupakan bahwa ia kini berubah menjadi pejantan yang gak jentel.

Rayhan terkekeh

"Gue gak pernah takut meski gue tau gue gak akan bisa menang sekalipun." Tegasnya lalu menunjuk Roy. Sedetik kemudian telunjuknya mengisyaratkan untuk Roy dan anggotanya segera maju.

"9 lawan 1 lo yakin hidup sampe 10 menit huh?" Ejek Roy yang sudah berdiri dan menatap mata Rayhan tepat hanya 10 centi.

Lama!

Bug

Satu pukulan mendarat dipipi kiri Roy. Pria itu terhuyung kebelakang dan ditangkap oleh teman-temannya. Namun pria itu masih aja senyum.

"Lo udah buat keputusan salah."

"Ayo maju banci!"

"Hmm guys, tunggu apa lagi. Mari kita selesaikan 9 lawan 1 ini segera."

Roy mulai kembali maju dan menarik kerah Rayhan. Dua mata itu salaing menatap penuh amarah dan benci.

Tubuh Rayhan langsung terhuyung dan mendarat di aspal. Sebuah terjangan kaki dari salah satu teman Roy membuatnya tak bisa menghindar.

Setelah itu Rayhan tak lagi bisa menghitung berapa pukulan mendarat di tubuhnya. Darah muali mengucur sudut bibir dan pipinya yang lebam. Tawa licik dan luas dari Roy membahana.

"Segini doang lo bisa hah? Dasar sok kuat!"

"Bukannya itu lebih baik dari pada jadi pecundang gak tau malu." Roy dan teman-temandmnya beserta Rayhan yang sudah tak berdaya mwnatap kearah sumber suara berat itu berada.

"Main 9 lawan 1. 9 Anak kecil pun menang kalo lawan lo  sendirian. Itu lo banggain sebagai kekuatan?"

Raut muka Roy kembali memanas. "Lo mau ap-"

"Lo masih bisa mengeluarkan kata dari mulut lemah lo itu? Hahaha sungguh miris. Gue saranin lo latih gih diri lo buat gentle jadi cowok."

Raka maju dan mendorong pelan bahu Roy. Membuat Roy semakin mengepalkan tangannya. Yang lain hanya diam.

"Pergi atau lo mau gue hancurin muka lo bangs*t!"

***

"Lo.. kenapa lo peduli sama gue? Kenapa?"

Raka terkekeh.

"Bukan. Gue bukan peduli sama lo, tapi gue hanya bersikap sebagai manusia yang punya nurani."

****

Hai haii

Tbc

HIGHSCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang