3. Merasa Bersalah

342 29 0
                                        

Instagram: gabyvarerasinaga_

Frans dan Angkasa tak tau alasan apa yang harus mereka jawab. "Kemarin dia habis putus sama pacarnya, dia nangis terus gak mau makan" ucap Angkasa asal.

Dr. Nindya hanya mengangguk. "Dok, apakah kami boleh melihat Stella?" tanya Frans. "Boleh, kalau begitu saya permisi" pamit Nindya.

Frans duduk disamping kasur Stella. Sedangkan Angkasa berdiri disamping Frans sambil bermain hape.

"Sayang, bangun dong, papa kangen sama kamu. Seketika Frans membayangkan wajah alm istrinya, Dira karna wajah Stella dengan Dira memanglah sangat mirip.

"Kasa, sekarang papa tanya sama kamu. Kenapa Stella bisa kayak gini?"

"Kan tadi udah Kasa kasih tau" jawab Kasa acuh tanpa menatap Frans.

"Engga. Papa ngga percaya. Karna setau papa Stella ngga pernah pacaran karna papa larang. Dan Stella ngga mungkin ngebantah larangan papa"

Angkasa tak menjawab. Ia malah asik bermain ponselnya.

"Kasa, tatap mata papa dan coba kamu ulangin alasan yang kamu kasih tau ke dokter" pinta Frans.

Angkasa tak menggubrisnya.

"Kasa!" tegas Frans.

Angkasa pun menatap mata coklat Frans. "Stella kayak gini karna dia habis putus sama pacarnya dan dia nangis gak mau makan" ucap Angkasa.

Frans tertawa simpul yang membuat Angkasa kebingungan.

"Papa bisa liat ekspresi wajah dan mata kamu itu kalau kamu lagi bohong sama papa, dan yang papa tau kamu kan ngga perduli sama Stella. Bagaimana kamu bisa tau kalau dia habis putus dan papa mau tanya siapa nama mantan pacar Stella?" tanya Frans yang benar-benar membuat Angkasa bungkam.

Angkasa pun terpaksa menceritakan semuanya pada Frans.

Setelah menceritakan semuanya, tiba-tiba Stella terbangun dengan membuka matanya perlahan. Frans yang mengetahui itu langsung memanggil dokter.

Setelah dokter memeriksa keadaan Stella, Ia mengabarkan bahwa demam nya Stella sudah turun.

Frans segera memasuki ruang Stella lalu duduk di kursi.

"Pah, bang Kasa mana?"

Frans benar-benar tak menyangka putrinya ini akan menanyakan kabar orang yang telah membuatnya seperti ini.

"Bang Kasa lagi ngurusin administrasi"

Tiba-tiba pintu ruang Stella terbuka, menampakkan orang yang membuatnya seperti ini.

"Kasa, Stella udah sadar" ujar Frans. Angkasa hanya menoleh sedetik saja ke Stella lalu menuju sofa untuk berbaring karna ia lelah.

"Papa, bang Kasa kok gak sekolah?" tanya Stella berbisik dengan wajah polosnya.

Frans terkekeh sebentar karna melihat ekspresi Stella yang polos.

"Katanya, Stella lebih penting dari apapun itu" bisik Frans.
Yang sukses membuat Stella tersenyum senang.

"Yaudah papa pergi dulu ya ada urusan sebentar sama Dokter Nindya" pamit Frans.

Saat Frans pergi, Stella melihat abangnya yang sedang tertidur pulas di sofa dengan posisi yang sepertinya sangat tak nyaman.

Stella bangkit dari ranjangnya. Ia berjalan menuju abangnya untuk memperbaiki posisinya dan menyelimutinya.

Stella terlebih dahulu memperbaiki posisi. Ia mengangkat kepala Kasa keatas dan kakinya lurus kedepan.

Setelah itu baru ia menyelimuti Kasa. Semua itu dia lakukan tulus dari hatinya.

Tanpa Stella ketahui, Frans mengintip kedua saudara itu. "Dir, kayaknya sebentar lagi harapan kita bakalan terkabul deh" gumam nya.

"Abang, Stella sayang banget tau sama abang. Stella tau kalau kejadian itu penyebab abang benci banget sama Stella. Tapi Stella minta maaf. Stella ngga mau kayak gini. Stella sayang sama Bang Kasa" ucap Stella.

Stella tak tau, kalau Kasa dari tadi tidak tidur semenjak Stella memperbaiki posisinya.

Kasa merasa bersalah karna selama ini ia selalu jahat pada adiknya.

Tapi lagi-lagi ego menyerbu nya. Ia sudah terkalahkan dengan ego nya.

Tapi bagaimana pun juga, ia harus berusaha menyingkirkan ego nya.

***

Keesokan harinya, Stella sudah diperbolehkan untuk pulang. Mata bengkaknya juga sudah mengempis.

"Pah, Stella berangkat ya, ojek nya udah mau nyampe" pamit Stella.

Frans hanya mengangguk. Saat Stella sampai di ambang pintu, ia berhenti karna perkataan abangnya.

"Berangkat nya sama gue" ujar Angkasa. Frans yang sedang memakai dasinya pun tertegun dengan perkataan Angkasa.

Tak mau menunggu, Angkasa langsung menarik tangan Stella menuju motornya.

Sekarang Angkasa sudah memakai helm full face nya. Ia melihat Stella yang hanya diam ditempat.

"Ayo naik entar telat" ucap Angkasa sedikit teriak agar suaranya bisa terdengar.

Stella tersadar dari lamunanya. Ia segera naik ke motor Angkasa.

Angkasa melajukan motornya dengan lumayan ngebut agar tidak terlambat.

Stella yang tak mau jatuh, memeluk Angkasa dari belakang dan keajaibanya, Angkasa tak menepis sama sekali.

Ini adalah pelukan pertama Stella setelah betahun-tahun lamanya.

Angkasa dan Stella sudah sampai disekolah. Untung saja bel belum berbunyi.

"Makasih bang" ucap Stella dengan kata 'abang'. Satu keajaiban lagi, Angkasa tak marah malah ia tersenyum lebar.

Stella pun pergi meninggalkan Angkasa. "Kayaknya udah cukup deh rasa benci gue ke Stella" gumam nya.

Saat sampai di lapangan, Angkasa melihat orang yang waktu itu membully Stella, mendatangi Stella dengan membawa tepung.

Saat si pembully ingin menumpahkan tepung, Stella langsung menginjak kan kakinya ke kaki si pembully.

Angakasa merasa omongannya bukan hanya didengar melainkan juga dilakukan oleh adiknya.

"Good Girl" gumam Angkasa lalu pergi menuju kelasnya.

Saat istirahat, Angkasa sedang tidak ingin bersama sahabat sahabat nya.

Ia sedang ingin sendiri. Jadi Angkasa memutuskan untuk ke taman belakang sekolah.

Ia duduk di rumput yang terawat itu lalu menatap genangan danau didepan nya.

Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya.

Ps: Mohon berikan vote dan komentar kalian supaya cerita ini bisa berlanjut.

See you

AngkasarayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang