selalu salah

614 29 11
                                    

"Bu, saya tidak bersalah, tolong jangan laporkan saya pada ayah saya" rengekku sambil memohon, berharap berita ini tak sampai pada ayah, jika terjadi, aaaah sudahlah tak terbayang marahnya ayah

"Baiklah, kali ini ibu tidak akan laporkan kamu pada ayahmu, tapi tetap saja kamu harus menerima hukuman dari sekolah

"tidak ada pilihan lain, aku harus menerima hukuman ini" benakku berdiskusi

"bagaimana salma?" bu laili membuyarkan diskusiku.

"emmm.. Iya bu iya, aku siap terima hukuman nya" Ya Tuhan semoga hukuman nya tidak sulit.

Bu laili pergi masuk ke ruang kelas, mengangkat tangan nya memberi ku kode untuk menunggu, ya ya aku sudah tau itu.

Tak lama ku berkedip bu laili datang membawa .... Sss sapu??? Ya Tuhan sesulit inikah hukuman ku?

"nah, ambil ini" bu Laili tersenyum sambil menyodorkan barang aneh itu, bagiku,-

"ini apa bu?" entahlah mengapa aku bertanya begitu, padahal anak kecil pun tau itu sapu-_-

"Astaghfirullah salma.. Masih kurang jelas maksud ibu?" nada nya seperti orang marah, atau memang benar marah? Aaaah biarlah..

"iya bu, salma kerjain ko bu, tapi ibu janji ya jangan laporin salma ke ayah?" ucap ku sambil tersenyum paksa memegang barang aneh itu.

"cepat salma.. Kamu tidak punya banyak waktu, sebentar lagi bel pelajaran selesai" memang itu yang aku harapkan bu, hehe..

"Mau tidak mau aku harus menyapu, ah tidak.. sekolah apa ini, sampah berserakan dimana-dimana, dan mana tukang sapu? Kenapa tidak dibersihkan sih?" oceh ku sambil ku tekan2 sapu ke lantai, biarlah semua orang tertuju pada ku..

"anak ustadz ko nyapu?" celoteh cowo yang mentertawakanku

"diem lo! Bukan urusan lo!" langsung ku sambar kata2 b*r*k nya

"anak ustadz tapi preman" selewat kata itu terngiang jelas

"Awas aja ya kalian" aku menunjuk semua yang melihatku dengan sapu yang ku pegang

Cinta Dibalik Tirai Rumah AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang