Ayah dan Rizki

244 12 5
                                    

Aku masuk ke kamar yang berdindingkan pink, warna yang cerah menurut mereka,  tapi tidak untukku, warna itu berubah hitam kusam saat aku masuk. seperti halnya aku masuk ke dalam hidup ibu, di sini aku luapkan sedih hati yang kian hari menghantui, hanya Tuhanku dan dinding yang mendengar isakanku, aku berharap suatu saat aku dapat melihat warna yg cerah layak nya bunga yang layu lalu mekar kembali.

"Sal,sal" suara panggilan berbisik yang sering aku dengar dibalik jendela

Dia adalah Rizki sahabat baik ku dirumah, dia sahabat rasa saudara bagiku, beginilah caranya dia agar bertemu denganku, karna ayah melarang kami untuk bertemu, jadi begini deh cara kita

"mau apa kamu kesini ki, aku takut ayah dateng nanti" tanya ku dengan nada cemas, berdiri di depan jendela

"udah, kamu jangan khawatir sal, aku udah atur semua nya" sambar Rizki dengan wajah belagunya

"oooo, jadi ga takut nih? Yakin kalo ada ayah ga bakal lari?" ledekku sambil melihat ke luar seakan ada orang dibelakangnya

"yakin ko yakin, aku bakal bilang sama ayah kamu, kalau aku kangen sama sahabat aku yang satu ini" dia mencubit kedua pipiku

"eh eh apa-apain sih ki, lepasin ga, ga boleh tau pegang-pegang" pintaku dengan nada kesal, itulah kebiasaan sahabat ku Rizki, dulu kami saling mencubit pipi, dia selalu menghiburku dengan caranya ini. Dia memang baik dan lucu. tapi jalan kita akan berubah, usia akan menjauhkan alur persahabatan kita.

Tiba-tiba panggilan ayah membuyarkan obrolan kita "salma.. Kamu di dalam nak??"

Rizki ketakutan, dengan wajah yang cemas dia lari menuju pagar taman belakang, dan aku segera menutup gorden, aku tertawa kecil saja melihat tingkah Rizki, dia menantang sesuatu yang sebenarnya dia takuti. Ada-ada saja anak itu.

"iya yah salma disini" saut ku dengan badan gemetar membelakangi jendela

Ayah membuka pintu kamarku, wajah ayah sangat tegang, seperti ada yang ayah sembunyikan dariku.

"ada apa yah? Ko wajah ayah tegang gitu?" tanyaku penuh harap semoga tidak ada apa-apa dengan ayah

"Tidak ada apa-apa ko nak, ayah cuma mau memastikan kalau kamu baik-baik saja, yaudah ayah pergi dulu ada undangan di RT sebelah" ayah memberikan tangannya ke arahku

Aku mencium tangan ayah, dan membukakan pintu untuk beliau. terima kasih ya Allah, aku bersyukur masih punya ayah dan Rizki yang selalu perduli sama aku, karna cuma mereka obat batinku di rumah

"Perbedaan"
Dia membuat hati sesak, membuat dunia seakan tak memihak. Adakah pelita yang dapat menyinari kelam hariku? Dimana ku bisa temukan itu? Bisakah ku rasakan pelita? Tuhan, usaikan ini, aku letih menahan beban pilu. Bantu aku untuk mewakili isi hatiku, isi hati yang telah lama ingin ku ungkap namun selalu bisu dengan kaku.
Untuk ibu, ini adalah janjiku. Suatu hari, ibu akan melupakan sebuah perbedaan dan aku akan membuat mu tersenyum walau sedikit sekalipun.
"aku sengaja menulis ini untuk ibu, berharap suatu saat ibu membacanya, jika tidak dibaca mungkin dibuang, apalah penting nya aku untuk ibu"

Aku menutup buku, dan menyimpannya di bawah sajadah.
Hari yang melelahkan, ku baringkan badan di atas ranjang pink pemberian ayah ini, entah kenapa aku sangat menyukai pink, tapi seperti yang awal aku bilang warna ini cerah tapi tidak bagiku.

Cinta Dibalik Tirai Rumah AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang