Goodbye to My School

136 4 2
                                    

"Sekarang kamu jelaskan, kenapa kamu melakukan itu?"

Vidio itu...?? Aku berfikir sejenak dan teringat kembali saat Tesa mengajakku untuk bertemu di belakang sekolah..

"Kenapa kamu diam? Jawab Salma! Apa salah Tesa sampai kamu melakukan itu?"

"Maaf bu, Memang benar vidio ini fakta, saya yang membuat Tesa seperti itu, saya akui saya salah, dan saya akan menerima apapun hukuman dari ibu"

"Sudah dua kali kamu melanggar kesepakatan dari sekolah. Sebagai hukuman yang terakhir, kamu tidak bisa lagi sekolah disini."

Aku terkejut bukan main, ini seakan mimpi.

"Tapi bu, Salma bisaa..."

"Sudah Salma, semua guru-guru disini tau bagaimana sifat kamu, saya capek mendengar aduan dari guru dan murid yang lain, Jalan kamu masih panjang nak"

Deg.. Deg.. Deg.. Jantung yang sedari tadi berdebar serasa terpuruk.
Aku tidak tau, mengapa dunia ini seakan berpihak pada yang salah.. Mungkin ini teguran untukku agar aku lebih mendewasakan diri, dan berfikir sebelum bertindak.. Tetap saja ini bukan akhir dari hidup ku, aku harus berjalan walau di tengah duri sekalipun.

"Ayaaaaaaahhhhh..." batin ku berteriak menyebut seseorang yang akan aku sakiti hatinya jika dia mendengar aku melakukan ini.

"Terima kasih bu, Salma permisi." nada ku berubah rintih, menahan air mata yang membendung. mimpi yang ku harap di sekolah ini sudah berakhir."

Suara notif handphone ku berbunyi, ku raih tas yang berada di pundakku.

"Assalamualaikum Salma.." yaAllah... Rasa sakit hati ku terasa berhenti seketika mendengar salam di balik layar sana.

"Ayah.. Salma rindu Ayah, ayah apa kabar? Ayah kemana? udah 4 hari ayah ga pulang. Kenapa ayah baru telfon Salma?" ku luapkan segala rindu.

"Iya nak, maaf. Ayah sedang di Medan. Ayah disini baik. Kemarin hp Ayah tertinggal di rumah teman Ayah, maka nya ayah baru sempat ambil sekarang., kamu apa kabar nak?"

"Ayah.." aku menangis tak henti, awalnya aku ingin merahasiakan ini dari ayah. Tapi aku ga bisa bohongi diri aku sendiri.

"Kenapa nak, kenapa kamu merengek? Tabungan mu habis? Atau kamu butuh sesuatu nak? Nanti ayah transfer ya.."

Inilah kebiasaan ku dulu, saat menelfon ayah aku selalu merengek agar di transfer uang. Maka nya setiap ayah pergi ke luar kota, pasti tabunganku yang ayah tanyakan.

"Aku butuh ayah."

Tuuutt tuuutt.. Panggilan selesai.

Ayah tidak mendengar kalimat terakhir ku. Pasti handphone ayah mati. Entah apa yang akan aku katakan nanti.

Jika pada kenyataan berubah adalah hal yang sulit, aku akan berhenti berubah. Aku lebih baik menjadi aku yang dulu. Tapi aku sadar. pada hakikatnya takdir tak diam pada satu titik. Takdir memutar pada roda hidup ku. Berubah sulit bagiku, tapi tidak jika aku ikhlas menjalani nya. Suatu saat aku pasti menemukan jalan lain. Bukan disini, bukan pula dirumah.

"ya Allah.. Aku ikhlas.." aku berjalan menelusuri sudut jalan sekolah, melewati ruang kelas yang akan menjadi banyak kenangan.

"Hahaha" mereka tertawa gembira di balik duka ku.

"Rasain lo! Main-main sama Tesa sih" anak buah cewe jaman now sudah tau semua nya. Aku jadi semakin yakin mereka memutar fakta. Biarlah aku tidak masalah dengan cara licik mereka. Jika waktu nya pergi, ya aku akan pergi. Meski sakit yang akan sulit ku obati.

"Salma.." Sahabatku menangis mengikuti jejak langkah ku..

"Kamu jangan kaya aku ya Rin, jangan pernah kecewain orang yang sayang sama kamu, biar kamu ga nyesel" aku menatap kedua mata Rina yang hampir meneteskan air mata.

"Maafin aku sal, aku ga bisa bantu kamu" Rina memelukku erat.

"Gapapa rin. Lagi pula aku ga pergi jauh ko, kamu bisa ke rumah aku kapan aja" aku melepas pelukan Rina sambil memegang kedua lengannya.

"Hati-hati dijalan Salma.. Jangan lupa kabari aku ya"

Aku tersenyum menutupi luka yang amat perih.. Selanjutnya aku serahkan pada Ilahi.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Dibalik Tirai Rumah AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang