Jika kamu tak bisa membalas rasa sayangnya, setidaknya kamu menghargai perjuangannya.
●●●●●
"Kenapa dari sekian banyak pria didunia harus kamu orangnya?"
Author
Tau rasanya cinta sepihak?
Ketika kau mengharapkannya namun dia mengharapkan yang lain.Itulah yang dirasakan oleh Caira, namun ia tak ingin putus asa, dia orang yang selalu memperjuangkan pria itu, pria itu Alvero.
"Dia udah punya Siera Cai, udahlah cari aja cowo lain, banyak yang suka sama lo di dunia ini, daripada lo sakit mulu."
"Gabisa tha, gue udah terlanjur sayang sama dia, gue yakin gue bisa ngerebut hati dia."
"Caira, lo gabisa ngeikhlasin Alvero? Itu buat kebahagiaan Alvero juga cai."
"Kalo gue terus ngeikhlasin, kapan gue bahagianya?"
"Kenapa harus Alvero, Caira?
"Karna gue mau lihat janji dia anantha."
Flashback
"Kenapa waktu aku sangat bahagia sekarang, kamu malah harus pergi?"
"Maaf Caira, aku juga harus ikut papa aku ke seoul, tapi aku janji bakal kembali ke kamu, tapi kamu harus tunggu aku ya."
"Kamu gabohong kan Alvero? Kamu janji kan bakal kembali kesini, aku janji bakal tunggu kamu."
"Tentu."
_____
Author
Pagi ini Caira sangat bahagia, karna ia mendapat info dari Julian bahwa Alvero pujaan hatinya yang waktu kecil berjanji akan kembali kesisinya kini akan pindah kesekolahnya.
Empat tahun kini telah berlalu, ia terlalu rindu dengan sosok pangerannya itu, ia masih mempertahankan status single nya untuk dia.
"Cair bersihin kaca gih, gue udah nyapu lantai."
"Siap pak ketu!"
"Yaudah gue mau ke kesiswaan dulu ya."
"Oke"
Caira menaiki meja belajar untuk membersihkan jendela kelasnya.
Namun tunggu, Caira melihat seorang pria dengan tekstur tubuh tinggi dan atletis itu melewati kelasnya menuju kesiswaan.
"Kok dia mirip Alvero ya? Apa jangan-jangan."
Brukk.
"Aduh pantat gue, bisa bisa nanti pantat gue tepos kaya ayam."
"Lah Caira lo gapapa?"
"Ya allah pak ketu, udah liat jatuh gini masih ditanya."
Jawab Caira dengan nada sebal.
"Hehe iya maaf."
Ardi, ketua kelas di kelas XI IPA-1 ini mengulurkan tangannya untuk membantu Caira berdiri.
"Makasih."
"Iya sama-sama."
"Eh Ardi, tadi lo ke kesiswaan ngapain?"
"Oh itu, gue mau ngambil absensi baru, karna bakal ada murid baru dikelas kita."
Deg!
Apa jangan-jangan itu memang Alvero? Jadi kak Julian memang tidak bohong tentang kedatangan Alvero?
"Lah lo tanya kok bengong."
"Eh maaf, btw gue boleh liat absensi barunya?"
Ardi memberikan kertas absensi itu, lalu Caira melihat nama yang selama ini ia tunggu.
Alvero dirgakusuma putra.
"Al.."
"Lo gapapa kan Cair?"
"Eh iya, yaudah gue mau ke kantin dulu ya."
"Yaudah sana, tapi jangan lama-lama, 30 menit lagi kelas masuk."
_____
Caira kekantin karena ia lapar belum sarapan tadi pagi.
"Dor!"
Kejut Julian dari belakang.
"Kak Julian! Gue hampir jantungan"
"Hehe maaf Cai"
"Hmm"
"Duh jangan ngambek dong"
"Iya iya"
Ketika Caira dan Julian hendak makan, Caira melihat sosok yang ia rindukan selama ini.
Dug!
Hatinya langsung sakit ketika ia melihat Alvero berpelukan dengan kapten cheerleader disekolah ini, Siera.
"Cai, helow, woy! Ngelamun aja lu, cepet makannya bentar lagi masuk."
"Ga nafsu makan gue."
"Lah perasaan tadi lu lahap lahap aja makannya."
"Gue kekelas dulu"
Julian bingung kenapa Adiknya mendadak seperti itu, ketika ia hendak membayar makan dikantin, ia melihat Alvero masih bersama Siera sedang memesan makanan.
Ternyata ini penyebabnya. Batin Julian.
_
Apakah kamu lupa dengan janjimu dulu? Empat tahun aku disini, menunggumu tanpa kepastian, dan yang aku dapat, kau sudah bersama dengan yang lain. Batin Caira.
Senja ternyata memiliki makna tak terkira, dimana dia meyakinkan bahwa seindah apapun yang datang, pasti akan menghilang.
Ada yang diam-diam menunggu kabarmu sepanjang waktu, membiarkan rindu terus membelenggu hingga mencari petunjuk tentang titik temu.
Yang aku cari bukanlah sebuah balasan, namun sebuah tempat yang bisa aku jadikan tujuan.
Tak perduli kamu tidak menjadikan aku pilihan karena mencintai bukan lah sebuah pemaksaan.-Boy Chandra
Not siders!
Vote and coment☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfair
Teen Fiction♡Update setiap satu minggu sekali♡ ●●●●● Aku ini pengganggu, pengganggu waktumu yang ingin menjadi prioritasmu. Seharusnya aku melepasmu. Namun, separuh dariku masih mempertahankanmu, dan separuhnya masih mengharapkanmu dengan amat sangat. Bahkan sa...