Unfair - Ten

56 4 1
                                    


All of you

●●●●●

Penjaga-penjaga itu kini langsung berpencar untuk mencari sumber suara, kini Alvero dan Ardi tidak tahu harus bagaimana lagi, mereka terkepung, satu langkah saja mereka bergerak, bayangan mereka sudah bisa terjaga.

Aneh. Mengapa penjaga-penjaga itu sampai sekarang belum menemukan mereka? Dan kenapa suara-suara jejak kaki mereka tidak terdengar lagi?

Alvero dan Ardi kini terperangah dengan siapa yang dihadapan mereka sekarang.

"Julian?" Ujar Alvero.

"Cepet keluar, kalian udah aman gue udah panggil polisi buat nangkep mereka." Jelas Julian.

Mereka bingung! Bagaimana bisa ada Julian secara tiba-tiba, walaupun begitu Alvero dan Ardi tetap bersyukur karena ada yang bisa menyelamatkan mereka.

"Kalo yang lo pikirin gimana gue bisa tau kalian kemana? Gue tadi denger pembicaraan kalian di sekolah."

Deg.

Jantung Ardi berdetak, namun bukan karena menganggap Julian bisa membaca pikiran orang lain.
namun dirinya sudah tidak mampu menahan acara buang air kecil yang ia tahan sedari tadi.

"Kak Julian sama Alvero gue ijin mau beser dulu gakuat sumpah. Bye!" Pamit Ardi.

Kini Alvero dan Julian mendengus kesal.

"Jadi gimana keadaan Caira?" Tanya Alvero.

"Gausah tegang, Caira udah aman, udah gue suruh anak buah gue untuk bawa dia pulang."

"Hm syukurlah, maaf tadi gue gasempet ngabarin lo, karena gue udah panik duluan. Dan makasih udah bantu." Ucapnya.

"Lo woles aja, udah jadi kewajiban gue buat lindungin Caira, dia adik gue, jadi kalo ada yang 'nyakitin' dia gue ga segan-segan."

Bicara Julian sambil menekankan kalimat 'nyakitin'.

Alvero mengerutkan keningnya, raut bingung terpampang di wajah tampannya, tanpa ambil pusing ia langsung mengenyahkan pikirannya.

"Oh iya lo kan kakak goals ya haha, gue pengen ketemu Caira ya?"

"Hm sebaiknya lo balik ajadeh, gue yakin Caira butuh istirahat, dan gue mau ngurusin orang yang mau nyelakain dia tadi." Saran Julian.

"By the way, tadi siapa yang mau nyelakain Caira?"

Tanya Alvero, terdapat tampang marah, takut, juga khawatir yang terlihat.

Julian akhirnya menjawab.

"Siera, pacar lo."

-

Alvero tak habis fikir, bagaimana bisa Siera melakukan hal tidak baik seperti itu?

Amarahnya kini memuncak, rahangnya mengeras, matanya memejam lelah atas kejadian ini, ia butuh penjelasan!

Alvero akan menanyakan ini kepada Siera dan Caira besok disekolah, Alvero berharap keduanya akan hadir besok.

Rasa keingintahuan Alvero semakin membeludak, ia mencoba menenangkan dirinya dan menidurkan tubuhnya.

Alvero kini terlelap, dan berharap semua baik-baik saja.

-

Kini hari sudah pagi, Alvero sudah siap dengan seragamnya dan bergegas untuk menuju sekolah.

Ia tidak tidur nyenyak semalam karena terfikir masalahnya, di wajahnya terdapat sedikit kantung warna kehitaman yang menghiasi wajah rupawannya.

Kini Alvero sudah sampai disekolah, ia langsung ke kelasnya meletakan tas ransel nya dan langsung pergi lagi menuju kelas Siera.

Alvero butuh penjelasan, apa yang ia lakukan kemarin malam kepada Caira.

"Siera." Panggil Alvero.

"Eh, a.. al? Lo ngapain di.. disini?" Jawab canggung Siera.

"Halah lo gausah sok gatau! Lo pasti tau apa yang mau gue omongin, sekarang gue mau minta penjelasan lo SEKARANG!"

Kini Siera bergidik ngeri, tak biasanya Alvero semarah ini, apa karena Caira? Tapi Alvero pacarnya! Bagaimana mungkin ia lebih mencemaskan gadis lain daripada dirinya yang semalam berada di kantor pihak berwajib.

"Punya mulut itu dijawab." Sulut Alvero.

"Loh kok lo ngegas sih? Kalo lo tau masalahnya kenapa lo ga nanyain kabar gue baik-baik?!" Sebal Siera.

"Hah? Apa gue denger? Baik? Woi lo ngaca ya siapa yang ngelakuin hal gabaik duluan?! Sekarang lo bilang alasannya.

Amarah Siera kini berada di ubun-ubun, bagaimana Alvero melakukan hal semena-mena begini.

"Iya gue yang nyekap Caira lo puas! Gue benci sama cewe itu, dia udah kegatelan deketin lo Al! Apa gue salah?!"

Rahang Alvero semakin menggertak.

"Dan asal lo tau Al, gue nglakuin ini karena gue sayang sama lo!"

Kini mata Siera sudah berkaca-kaca, Alvero tak habis fikir, apa yang Siera fikirkan didalam otaknya hingga tega melakukan hal seperti ini.

"Bodoh! Gue kecewa sama lo! Sekarang gue udah paham, siapa cewe yang harus gue jaga, dan siapa yang harus gue lepas."

Jantung Siera kini berpacu cepat, Siera harap Alvero gabakal mengucapkan kalimat senekat itu.

"Kita putus! Dan lo jangan pernah ganggu gue dan Caira lagi."

Deg'

○○○

Yeayy akhirnya bisa up juga part ke sepuluh! Aku harap kalian bakal suka!

Dan mohon maaf jika ada kesalahan kata atau perbedaan cara penulisan, karena aku nulis ini beda waktu agak lamaan.

Info aku bakal up setiap satu minggu sekali, itupun kalau lagi gaada halangan ya

Jadi tunggu terus update terbarunya bye!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UnfairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang