Pergilah cari bahagia yang kau damba. Aku disini saja mencoba membohongi rindu tentang cerita kepulanganmu. -inaqikalingga
●●●●●
AuthorAlvero mebaringkan tubuh Caira diranjang UKS, ia duduk di pinggir ranjang Caira, menatap intens wajah pucatnya dengan perasaan bersalah.
"Seharusnya kamu jangan menungguku."
Deg!
Hati Caira seakan hancur detik ini juga, Caira benar-benar tidak ingin mendengar perkataan itu.
"Seharusnya kamu sudah bahagia dengan yang lain. Seharusnya kamu jangan mempercayai ucapan bajingan sepertiku, aku tidak pantas untukmu, lupakanlah aku."
Sesak. Kini perasaan Caira sangat sesak seperti ditimbun ribuan batu.
Beberapa menit yang lalu Caira baru merasa sangat bahagia, melihat ekspresi khawatir Alvero seperti dahulu.
Sepertinya Caira salah, itu hanyalah ekspresi bersalah, bukan khawatir.
Dan di menit ini rasa bahagia Caira berubah menjadi rasa ditusuk ribuan duri kaktus.
Nyeri, seperti dibawa melayang, namun langsung di jatuhkan begitu saja.
Detik dimana Alvero pergi, dan disitu juga air matanya pecah. Kenapa ini sangat tidak adil? Alvero bahagia dengan yang lain, namun dirinya? Caira baru sadar, Caira pernah bodoh demi seseorang.
Ada yang sebenarnya tidak mau kehilangan, namu terpaksa untuk melepaskan.
Kini itu yang ditakdirkan untuk Caira.
_
Caira kembali ke kelasnya, tanpa satu inchi pun menatap ke Alvero.
Kini Caira sangat benci dengan dirinya, ia ingin membenci Alvero namun rasa cintanya tidak semudah itu untuk berubah menjadi benci.
"Caira lo gapapa? Kalo masih gaenak badan di UKS aja." Ujar Ardi di belakang bangkunya.
Caira membalikan wajahnya menghadap Ardi, "udah gapapa kok Di."
"Gausah boong Ra, orang muka lo masih pucet gitu."
Caira tidak menjawab apa-apa, ia hanya menggelengkan kepalanya lirih dan tersenyum tipis.
Ardi hanya menghembuskan nafasnya kasar, tak habis pikir Caira itu keras kepala.
"Caira, bener kata Ardi, lo ke UKS aja gih."
Caira sudah tau betul siapa suara itu, namun ia tak menanggapi sama sekali.
"Caira?"
Kedua kali Alvero memanggil, namun Caira sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari buku.
Tiba-tiba Alvero menarik lengan Caira untuk keluar dari kelas.
"Al! Apa apaan sih." Sebal Caira
Tanpa menjawab kini Alvero membawa Caira ke taman sekolah.
"Apaan sih Al! Gue mau belajar!"
"Oh sekarang pake lo gue?"
"Terus masalah? Yasuka suka guelah urusan lo apa! Lo bukan siapa-siapa gue!" Tegas Caira
"Denger ya Cair, aku tau kamu sakit karna aku, aku tau kamu kecewa sama aku, tapi jangan hindari aku." Ucap Alvero dengan nada lembut.
'Bagaimana caranya Al? Bahkan dengan lihat batang hidung kamu saja, semakin menyadarkan bahwa, aku pernah kecewa sama kamu.' batin Caira.
"Gue muak banget sama lo, cukup sampe disini Al."
"Please tetep disisi aku Cai!"
'Bagaimana aku bisa disisimu, kalau disisimu saja sudah ada dia. Kamu tau gimana sulitnya jadi aku? Disaat aku mencintaimu namun ada rasa benci disana yang membuat cinta dan benci jadi satu.' Batin Caira lagi.
Ia ingin sekali mengatakan apa yang ada di batinnya, namun sayang, bibirnya tak mampu mengucapkan segala resah.
"Kamu mau aku ada disisi kamu? Kamu lupa sama Siera?"
Mulut Alvero kini hanya diam, ia baru sadar, bagaimana ia tega menjadikan Caira sisinya, padahal Caira tau ada Siera miliknya.
Kini Caira pergi dari Alvero ke toilet, menjernihkan otaknya yang sudah lelah. Untuk mengatakan satu kalimat itu saja air mata Caira sudah tumpah berpuluh tetes, apalagi mengatakan apa yang dia pendam?
Alvero masih di taman itu, kini Alvero duduk dibangku lalu merenungkan hatinya.
_
Disisi ini aku menyayangi Caira.
Disisi lain aku mencintai Siera.
Aku ingin mempertahankan CairaNamun tak bisa, begitupun sebaliknya.
Munafik jika aku bilang rela melepaskan salah satu dari mereka.
Maaf diriku tak bisa memilih.
Maaf juga jika nanti aku menyakiti salah satu dari kalian, karna aku harus melindungi salah satu yang terbaik.NOT SIDERS!
Vote and coment☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfair
Teen Fiction♡Update setiap satu minggu sekali♡ ●●●●● Aku ini pengganggu, pengganggu waktumu yang ingin menjadi prioritasmu. Seharusnya aku melepasmu. Namun, separuh dariku masih mempertahankanmu, dan separuhnya masih mengharapkanmu dengan amat sangat. Bahkan sa...