Jangan buat aku bahagia, jika pada akhirnya kamu akan meninggalkan.●●●●●
Caira masih mengingat kejadian saat basket tadi, jujur saja Caira sangat bahagia.
Bagaimana tidak? Seseorang yang sangat dicintai Caira berlaku manis padanya. Saat ia mengingat manisnya kenangan bersama Alvero, saat itu juga Caira merasa pahitnya status ia kini.
Alvero sudah dimiliki Siera.
Alvero sudah memiliki Siera.
Encamkan itu.Kini kata-kata itu selalu terlintas diotaknya, mau bagaimanapun caranya Caira mempertahankan Alvero, mau sebesar apapun cintanya ke Alvero, tetap saja tidak mengubah apapun.
Andai, andai saja, kubilang andai. Jika aku menyatakan seluruh rasaku padanya, aku akan memilikinya, dan dia memilikiku, andai semudah itu.
-
Kini Caira sedang duduk di bangku taman depan, Caira menghembuskan nafasnya berkali-kali, tetap saja pikirannya kini gundah, antara memperjuangkan atau melepaskan? Namun tetap keduanya butuh usaha.
"Woy ngelamun aja"
Caira mengarahkan pandangannya ke suara yang memanggilnya.
Alvero, itu Alvero, Caira segera memalingkan wajahnya, ia benar-benar tidak mood untuk bertemu Alvero.
Kini Alvero duduk disamping Caira, ia langsung meletakakan tangannga dikepala Caira, dan mengacak-acak rambut Caira.
"Rambut kamu selalu bikin aku jatuh dan jatuh lagi ketempat yang sama."
Caira ingat perkataan itu, itu perkataan yang sering Alvero katakan. Jujur dahulu Caira sangat senang jika Alvero mengatakan kalimat sederhana itu, namun itu dulu, kini semua berubah. Dengan Alvero mengatakan kalimat itu, maka makin sadarlah Caira bahwa itu omong kosong belaka.
Buktinya cowo berengsek ini sudah jatuh ke lain hati kan.
"Cai, aku mau ngomong."
Hening.
"Kok diem aja sih?"
Hening kembali.
"Oke aku bakal ngomong aja, tolong kamu dengerin ya."
Kini Caira memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Kamu inget kata bunda kamu? Kalo ngomong sama orang matanya ditatap."
Ternyata Alvero masih ingat nasihat yang sering diberikan bunda Caira.
Dulu Alvero itu jail sekali, sampai-sampai orang tua Alvero kewalahan dipanggil oleh Bimbingan Konseling sekolahnya dulu.
Sebenarnya ini bukan kesalahan Alvero sepenuhnya, Alvero hanya merasa kurang perhatian dari kedua orang tua nya, oleh karna itu ia mencari perhatian dari teman-temannya yaitu, jahil.
Dulu Alvero kecil terkadang suka cemburu ke Caira, karna ia sangat dipedulikan dan disayangi sekali oleh bundanya, namun itu tidak membuat Caira manja.
Lalu Alvero menceritakannya ke Caira, dan Caira menceritakannya ke bundanya.
Alvero sering diajak ke rumah Caira untuk di nasihati bunda Caira, dan sejak saat itulah Caira sama Alvero menjadi sangat dekat.
Flashback
"Cair,"
"Apa Al?"
"Main yuk."
"Al, aku belum ngerjain PR matematika, dan besok harus dikumpulkan."
"Cair kamu ga asik."
Alvero langsung mengambil buku Caira.
"Al! Kembaliin buku aku!"
"Gamau sebelum kamu main sama aku."
Bunda Caira langsung datang karena mendengar kericuhan di bawah.
"Caira kamu kenapa?"
Ujar bunda Caira.
"Itu Alvero nakal bun, masa dia ngambil buku Caira."
Kata Caira sambil menangis tersedu-sedu.
"Alvero sini."
Alvero hanya memalingkan wajahnya.
"Kalo ada orang ngomong tatap mukanya."
Bunda Caira menghela nafas.
"Kamu cowo kok bikin cewe nangis?"
"Caira aja yang cengeng." Kini Alvero mengesal.
"Cewe nangis wajar, kalo cowo nyakitin itu gawajar."
Ucap bunda Caira sambil tersenyumFlashback off
"Nah udah inget?"
Caira tidak peduli dengan perkataan Alvero, Caira hendak pergi.
Tiba-tiba saja Alvero mencekal pergelangan tangan Caira.
"Apaan sih Al! Lepasin gak!"
"Cai, kamu kenapa sih?"
"Kamu yang kenapa!"
Kini Caira meninggalkan Alvero, kepala Alvero sudah gundah dibuatnya, ia meremas rambutnya frustasi.
-
Tut.. tut..
"Halo?"
"Halo kayla?"
"Oh apa Al?"
Alvero menceritakan masalahnya dari awal hingga kini.
"Gue harus gimana?" tanya Alvero.
"Ya lo kejar lah bego, ngapain juga curhat sama gue." Kesal Kayla
"Oh iya, kok sahabat gue pinter sih, yaudah gua mau cari dia dulu."
"Eh emang lo tau dimana posisi cai-"
Tut.
"Eh halo? Al? Oi? Anjir main matiin aja shit."
-
Kini Alvero sedang mencari Caira, ia sudah berkeliling namun belum menemukan sosok yang dia cari.
"Caira, kamu dimana?" Teriak Alvero, namun tak ada yang merespon.
Alvero mencoba menghubungi ponsel Caira, sesaat terdengar dering ponsel Caira.
Kini Alvero melihat Caira.
"Cai jangan disini, pulang yuk dingin."
Alvero hendak mendekati Caira namun Caira mencegat dengan kalimatnya.
"Pergi Al, aku lagi pengen sendiri."
Caira pun mulai terisak.
NOT SIDERS!
Vote and coment☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfair
Teen Fiction♡Update setiap satu minggu sekali♡ ●●●●● Aku ini pengganggu, pengganggu waktumu yang ingin menjadi prioritasmu. Seharusnya aku melepasmu. Namun, separuh dariku masih mempertahankanmu, dan separuhnya masih mengharapkanmu dengan amat sangat. Bahkan sa...