Part 14: Flashback - De JaVu

194 25 0
                                    

Kalau tidak ingat prinsip Ara tentang hutang budi yang harus dibayar. Dan jika tidak ingat bahwa laki-laki bermarga sama dengan Ara ini adalah Ayah dari teman baiknya Eric. Hana sudah pasti lebih memilih mendengarkan kicauan tetangga sebelah tentang idolanya dibandingkan mendengarkan kicauan yang tidak masuk akal ini.

"Hana-chan ini kesempatan baik, kamu bisa mendapatkan uang dan tentu saja pegalaman. Tolong Paman, ya~ plissssss."

Hana tersenyum tidak nyaman, apakah seluruh bapak bermarga Nam memiliki tingkat kealayan tinggi dengan mencoba sok lucu sementara anak dari keturunan Nam akan bertingkah ceplas-ceplos seenaknya, jika begitu sepuluh tahun lagi Eric akan bertingkah menggelikan seperti ini.

"Ara-chan lebih cantik, Paman."

"Meski lancar bahasa Korea, Ara-chan tidak bisa baca hangul. Seluruh staff juga orang Korea, bukan orang Jepang. Ya, tolong Paman, ada Eric juga disana~"

Hana menutup matanya. Hana tidak bisa menyalahkan Paman Nam KiBam yang mencari jalan untuk menyelamatkan perusahaan yang memakan investasi hampir seluruh hartanya. Tapi kenapa harus Hana, kalau saja tidak ingat prisip hutang budi dimana Hana pernah minta bantuan untuk menyelesaikan tugas akhirnya di perusahaan Paman Nam, Hana mungkin bisa mengelak.

"Paman akan bayar gaji besar dan merekomendasikan pekerjaan nyaman untukmu nanti."

Hana mendengus kalau saja tidak ingat bahwa mencari pekerjaan itu susah dan butuh orang dalam, juga kalau saja dia tidak ingat memerlukan uang banyak untuk menyelesaikan tugas program magisternya...

"Oke."

Mata Paman Nam semakin berbinar. Hana mendesah, lagipula ada Eric disana, setidaknya Hana bisa menumpahkan kekesalannya pada Eric jika ada apa-apa. Anggap saja itu salah satu penebus permintaan aneh Ayahnya.

"Hanya seratus episode ya, paman. Aku akan pulang ke Jepang dan akan punya pekerjaan setelah aku lulus dari program magisterkku."

Paman Eric mengacungkan tangan sambil bertingkah hormat pada Hana.

Ah, lama kelamaan laki-laki yang Hana temui tidak ada yang normal.

.
.

Hana meletakkan skenario yang dia baca tanpa tenaga lalu menoleh pada Eric yang terkekeh pelan.

"Jangan bilang kalau kamu datang tanpa tahu kita shooting acara seperti apa?"

Eric menaikkan alisnya, menatap Hana yang mengangguk pasrah membenarkan pertanyaan Eric, tentangnya yang datang dan tidak tahu apa-apa.

"Kemana otak cerdasmu itu?" Sindir Eric lalu lanjut membaca skenario yang ada ditangannya.

Hana menghela nafas. Hana pikir, berhubung dirinya adalah lulusan psikologi, dia akan shooting acara pendalaman karakter anak atau paling tidak membahas masalah kesulitan yang dialami banyak orang saat ini.

Siapa yang tahu jika dia harus menjadi pembawa acara yang mengatahui segalanya tentang idola. Hah, menonton televisi saja Hana jarang. Bagaimana dia harus mendalami tentang idola yang tengah naik daun saat ini? Lebih-lebih itu idola dari negara lain.

Hana menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Tiba-tiba skenario didepannya berubah menjadi bahasa Rusia yang belum pernah dia pelajari. Bayangan berdiri didepan banyak kamera juga membuat kepala Hana pening.

"Anggap saja kamera dan penonton didepanmu adalah orang-orang yang menantikan bantuan dari proyek barumu demi menyelamatkan dunia. Lalu anggap bintang tamu adalah investor yang harus kamu perlakukan dengan baik demi keberhasilan proyekmu."

Penjelasan Eric yang tidak jelas membuat Hana mengerutkan alis. Benar kata Ara, Eric tidak pernah jelas. Sampai sekarang Hana heran kenapa laki-laki itu tiba-tiba bisa menjadi seorang selebriti karena suaranya di Korea. Apa produser disini salah menilai saat Eric audisi?

Love Scent In Winter (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang