Sudah hampir tiga tahun Hana menjalankan kuliahnya dengan baik. Hana super sibuk karena mengejar kelulusan dengan cepat. Yoongi juga sama, karena mereka hampir debut menjadi grup idol. Semenjak itu, mereka sudah lebih dari sebulan tidak pernah bertemu.
Sejak Yoongi dipersiapkan menjadi idol sekitar setahun yang lalu. Mereka mulai jarang bertemu. Awalnya beberapa hari sekali, lalu seminggu sekali, dan sekarang lebih dari sebulan Hana tidak pernah melihat Yoongi, mengingat supaya lebih memudahkan latihan, perusahaan mereka menyiapkan dorm, apartemen Yoongi tidak pernah dikunjungi pemiliknya.
Mereka masih sering mengobrol lewat ponsel, kadang saling mengirim pesan. Namun sebulan ini Yoongi tidak membalas pesan Hana, telpon Hana juga tidak diangkatnya. Membuat Hana berfikir apa Yoongi masih hidup? Tapi melihat apartemen yang disewa Yoongi belum berganti pemilik, Hana rasa Yoongi masih membayar uang sewa, menyatakan laki-laki itu masih bernafas disuatu tempat.
Hana tidak bisa mendatangi perusahaan mereka dengan alasan mencari Yoongi. Dirinya pernah diusir karena dikira seorang fans yang tengah mengintai, Hana tidak mau mengulangi kesalahan yang sama karena harga dirinya terlalu tinggi. Jadilah Hana seperti istri tua tak berdaya yang hanya bisa menunggu kabar suaminya lewat ponsel.
Hana menggelengkan kepala, pikirannya kadang-kadang berjalan melenceng. Hana harus mengobati diri sendiri dulu baru bisa mengobati orang lain.
Sudahlah, laki-laki itu tidak akan menghilang dari Korea, toh Hana tahu tempat Yoongi berada hanya tidak bisa masuk karena terhalang bapak-bapak berbadan besar disana. Hana harus fokus pada tugas akhirnya agar dia bisa mengambil gelar dan bekerja dengan cepat.
Hana memperhatikan ponselnya dan terkejut ketika melihat ada lebih dari 100 panggilan tak terjawab dari Ara, Eric dan Jonghyun. Apa ini mereka sedang kangen masal dengan Hana? Hana menonaktifkan, mode diam ponselnya yang tadi sengaja dia pasang karena sedang bimbingan dengan dosen tadi.
Hana menghubungi Ara. Baru satu detik telponnya langsung disambut dengan jeritan Ara membuat Hana sedikit menjauhkan dari telinga.
"Nee-chan dari mana saja!?"
"Berjam-jam tadi aku kencan dengan dosen sampai membuat kepalaku mau muntah. Kenapa, kalian merindukanku?"
Terdengar suara Ara yang menghela nafas. Banyak suara lain juga disana.
"Kamu lagi dimana? Berisik sekali."
"Nee-chan dengarkan aku ya, tenangkan diri, jangan kaget.."
Hana mengumam mengiyakan, tiba-tiba perasaannya tidak nyaman.
"Nee-chan pulang sekarang ya. Eric Nii sudah membeli tiket untuk Nee-chan. Sekarang Nee-chan naik taxi saja ke Bandara."
"Kenapa?" Tenggorokan Hana tiba-tiba terasa kering. Hana benar-benar takut menerima berita buruk.
"Bibi dan Paman kecelakaan, mereka ada dirumah sakit."
Bagaikan mendengar suara petir di dekat telinga, Hana terduduk lemas. Kakinya seperti agar-agar, tidak bertenaga untuk bangkit.
"Nee, Nee masih disana? Apa salah satu dari kami perlu menjemput?" Ara terdengar panik ketika tidak mendapat respon dari Hana.
Hana menggeleng, dirinya harus kerumah sakit sekarang.
"Tidak, kirimkan aku tiketnya. Aku cari taxi kebandara, sekarang."
Dengan bingung Hana menaiki taxi yang pertama kali dia lihat, setelah menyebutkan tujuannya ke bandara, Hana mengigit bibirnya gugup. Satu hal yang terlintas dikepalanya adalah Yoongi. Hana menghubungi laki-laki itu dan kembali kecewa, laki-laki itu tidak bisa dihubungi seperti hari sebelumnya.
Ponsel Hana berkedip, satu pemberitahuan email masuk, Ara mengirimkan e-tiket Hana. Air mata Hana menetes. Hana tidak bisa memikirkan hal lain selain tiba secepatnya di rumah.
.
Langit diluar sudah gelap, Hana takjub dengan diri sendiri bisa tiba dirumah sakit yang Ara sebutkan dengan tenang dan selamat. Saat mulai melangkahkan kaki menuju ruang IGD yang ditunjukkan oleh satpam, kaki Hana mulai bergetar meski mimik wajahnya masih terlihat tenang hanya saja kulit Hana yang putih bertambah putih seperti kekurangan darah.
Hana meneguk ludah sebelum menghampiri rombongan berwajah cemas disana. Saat salah satu dari mereka menyadari kehadiran Hana, Ara langsung berlari memeluk Hana, yang dibalas Hana dengan senyuman tipis. Ara menuntun Hana untuk duduk. Sementara Jonghyun berinisiatif mencari minuman dan makanan untuk Hana yang terlihat seperti mayat hidup.
Eric yang terlihat paling tenang mencoba menjelaskan. "Paman dan Bibi dalam perjalanan pulang setelah memeriksa restoran cabang, sepertinya di tengah jalan, salju turun sangat lebat, sampai mobil Paman dan Bibi tergelincir cukup jauh dan menabrak pembatas jalan."
Hana tersenyum lemah, mengatakan bahwa dirinya mendengarkan. Sementara semua pasang mata menatapnya khawatir. Ara tidak melepaskan pegangan tangannya pada Hana, mencoba memberikan kekuatan pada Hana yang hampir pingsan disampingnya.
Saat pintu IGD terbuka, seorang Dokter yang keluar langsung bertanya keluarga korban, Hana tidak bergerak dari duduknya, tapi matanya tidak bisa lepas meneliti setiap gerak yang terjadi disekitarnya. Paman Nam-Ayah Ara dan Eric mendekati Dokter berkacamata tadi dengan wajah cemas. Kecemasan bertambah terlihat saat Dokter didepan Hana berbicara dengan bahasa yang sepertinya baru hari ini Hana dengar.
Hana bangkit, mencoba mendengarkan dengan jelas dan berharap saat ini dirinya tengah bermimpi buruk. Beberapa botol mineral yang tidak sengaja Jonghyun jatuhkan karena terkejut mengenai kaki Hana, menyadarkan perempuan itu bahwa rasa sakit ini benar terasa nyata.
Mungkin ini efek maag Hana yang kambuh karena melewatkan makan siang dan makan malam sampai keringat dingin dan perutnya melilit sampai keulu hatinya. Dunia Hana gelap seketika.
.
.Pertama kali bangun yang Hana ingat adalah mimpi buruknya, dan bertambah buruk ketika dia sadar bahwa yang terjadi benar-benar nyata. Ara ada disana masih memegang tangannya dengan mata sembab. Jonghyun dan Eric berada di kejauhan bersama Paman Nam terlihat serius, entah karena apa.
Air mata Hana mengalir, sedikit terisak. Banyak hal yang ada di pikiran Hana sekarang ini, Hana menggerutu lemah pada Ara yang masih memegang tangannya. Bukan hanya tentang kehilangan kedua orang tuanya, tetapi juga bagaimana dia bisa melanjutkan hidup seorang diri di dunia ini. Betapa jahatnya mereka berdua, seharusnya mereka mengajak Hana jika ingin pergi, bukan dengan cara seperti ini. Hana juga belum memberikan hal yang layak yang bisa kedua orang tuannya banggakan. Hana tidak tahu harus melakukan apa, sekarang.
Ara sama tidak tahunya dengan Hana, bagaimana hancurnya Ara melihat Paman dan Bibi Lee yang juga sudah Ara anggap orang tua sendiri juga Hana yang Ara anggap Kakak sendiri, selain memeluk Hana dengan erat, mencoba mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Malam ini Hana ditemani Ara menangis sampai puas.
....
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scent In Winter (✓)
Fanfic"Kamu terlalu baik. Bilang saja aku kampungan, tapi aku memang baper. Jadi sejak kapan kamu menyukaiku?" - Lee Hana- "Aku tahu aku bukan tipe idaman. Tapi aku itu pemilih, aku menyukai wanita anggun, bukan wanita setengah alay." -Min Yoongi- . Bang...