5

18.8K 261 0
                                    

"Ci Shani..."

Shani sudah berdiri bersandar di pintu dengan tangan menyilang di depan dada. Shani tersenyum penuh arti menatap Anin. "Permainan yang bagus.."

Shani mendekat ke arah Anin. Tangannya menyentuh pundak Anin dan Shani memutari tubuh Anin. "Anin yang dulu polos kini sudah berubah rupanya" Shani meraih dagu Anin. Ia menatap wajah Anin inchi demi inchi.

Sementara Anin yang diperlakukan seperti itu hanya dapat memejamkan matanya sambil tetap mengatur detak jantungnya yang sudah tak karuan.

Shani semakin mempertipis jarak antara wajahnya dengan wajah Anin hingga bibir keduanya saling menyatu. Shani mengecup bibir Anin inchi demi inchi lalu melumatnya dan menghisap saliva yang ada di mulut Anin.

"Let's Play" Bisik Shani seduktif tepat di telinga Anin.

Tangan kiri Shani meraih dagu Anin lalu bibirnya mencium bibir Anin penuh nafsu. Tanpa sadar Anin mulai mengeluarkan lenguhan lenguhan pelan membuat Shani semakin berani.

"Udah 5 bulan ini Gre gak pulang" Kata Shani sambil tetap mengecup leher Anin. "Dia bikin aku gila, dia bikin aku kayak gini tapi dia ninggalin aku tanpa tau kapan pulangnya"

"Ngghhh Ciiii, jangannn--" Shani menyumpal mulut Anin dengan bibirnya, bunyi kecipak basah dari bibir keduanya terdengar jelas menggema keseluruh kama Michelle.

Shani mengangkat baju Anin lalu tangannya masuk ke dalam baju Anin bermain di sekitar perut Anin. "Ahhh Cii"

Shani mendorong tubuh Anin hingga menabrak dinding. Tangan Anin ia angkat keatas membentuk huruf X. Nafas Shani maupun Anin sudah sama sama tidak beraturan. Anin melirik ke arah Michelle yang masih tertidur, berharap Michelle tidak terbangun dan tidak melihat semua ini.

Shani tersenyum melihat arah pandangan Anin. Ia mencium bukit Anin dari luar kaosnya. Nipple Anin yang sudah tegang itu nampak jelas dari luar kaosnya. Apalagi area nipplenya sudah basah karena saliva Shani.

Shani menegakkan badannya dan sedikit menjauh berusaha mengatur nafasnya. Anin sudah merasakan lemas di kedua kakinya, membuat ia berjongkok lalu terduduk di lantai.

Padahal ia sama sekali belum tersentuh bagian sensitifnya namun sentuhan lembut tangan, bibir maupun nafas Shani membuatnya tak kuat hingga ia sudah merasa sangat basah.

Shani berjongkok ia melepas pakaian Anin, Anin hanya menurut, tubuhnya terlalu lemas untuk memberontak. "Kamu gak tahan lama" Ucap Shani sambil menangkup pipi lawan mainnya.

Shani sudah membuang semua pakaian Anin, Shani mengangkat tubuh Anin dan menidurkannya di samping Michelle. Anin menggeleng tanda ia tak ingin dalam posisi ini. Shani menempelkan satu jarinya di bibir Anin.

"Tahan atau Michelle bangun dan mergokin kita" Bisik Shani tepat di depan wajah Anin. Anin mengangguk pasrah.

Shani kembali bermain dengan bibir Anin. Entah kenapa ia lebih suka bermain dengan bibir Anin daripada tubuh Anin yang lain. Mengingat bibir Anin sama manisnya dengan bibir Gracia.

Shani menindih badan Anin, tangannya bermain mengitari bukit Anin, tak jarang ia mencubit, meremas bukit itu. "Mpphhh ahhh--" Anin menutup mulutnya dengan tangan sambil melirik ke Michelle yang mulai bergerak risih.

Tangan Shani merogoh celana dalam Anin dan jari jemarinya mulai menyeruak masuk ke dalam liang vagina Anin. "Mphhhhh.. Terusss ciii" Anin melepas tangannya, ia sudah masa bodoh dengan keberadaan Michelle. Shani tersenyum kemudian mempercepat gerakan jari jemarinya.

"Ahh.. Iya ciii.. Disituu.. Arghhh.. Ahhh.."

Tubuh Anin tiba tiba menegang dan tangan Shani terasa sangat basah. Mulut Anin terbuka lebar namun tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Matanya terpejam sambil berusaha mengatur nafasnya.

TripTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang