12

9.6K 134 3
                                    

2 hari telah berlalu..
Entah apa yang merasuki Gracia dia dengan mudahnya melepaskan Boby, Michelle dan Anin dari ikatan mereka. "Maaf semua. Jangan panggil aku sahabat kalian lagi" Ucap Gracia sambil menunduk. Kedua kelopak matanya mengeluarkan air mata penyesalan.

Boby mencengkram wajah Gracia. "Gw gak akan-" Ucapan Boby tiba tiba berhenti karena tamparan dari Anin yang mengenai pipi Boby. Boby menurunkan cengkramannya. "Kamu keluar. Pake baju, celana kamu. Aku mau ngomong sama Misyel, Shani dan tentunya Gre" Ucap Anin menatap geram dengan tingkah Boby barusan.

"Kamu masih mau maafin dia yang udah nyekap kamu 3 hari?" Ucap Boby frustasi yang hanya didiamkan oleh Anin. "Oke oke gw keluar!" Boby meraih celananya dan memakainya lalu bajunya ia bawa.

Anin menghela nafas kasar bersamaan dengan tertutupnya pintu kamar yang mereka tempati. "Anin" Panggil Gracia lirih.

"Diem Gre"

"Nin" Kali ini Shani yang memanggil nama Anin. Anin menoleh ke Shani yang menatapnya penuh rasa sesal. "Gw minta maaf buat semuanya, bukannya bikin kalian seneng. Malah bikin kalian menderita. Kalian boleh lakuin apa yang gw lakuin ke kalian" Gracia memberikan 2 borgol ke hadapan Anin.

Anin terdiam. Ia meraih borgol tersebut dan memborgol tangan kiri Gracia dengan tangan kanan Shani. Sementara satu borgol lainnya ia pakaikan ke tangan Michelle dan dirinya. Gracia melihat itu semua dan mendongakkan kepalanya menatap Anin penuh tanya.

Anin tersenyum, ia meraih pipi Gracia dan mengusap air mata yang membasahi pipi Gracia. "Kamu tau Gre? Tanpa kamu minta maaf pun aku akan maafin kamu. Aku sama Misyel sadar apa yang kita lakuin sebelum ini lebih nyakitin kamu dibandingkan kamu nyakitin kita kayak kemaren"

Michelle memukul bahu Anin. "Iya kamu gak buat mainan Gre! Apa kabar aku?!" Anin terkekeh dengan kekesalan Michelle. "Iya iya"

"Gw juga minta maaf Nin, Syel" Anin tersenyum dengan penuturan Shani. "Ya walaupun cici sempet bohongin aku kalo cici mau nolongin aku saat itu. Tapi aku tetep maafin Cici kok. Bagaimanapun Cici udah aku anggap kakakku sendiri dari dulu"

Shani dan Gracia saling lirik. Mereka berdua mengangguk lalu mendekatkan diri mereka ke Anin dan memeluknya. "Eh gw gak dipeluk?"

Shani, Gracia dan Anin tertawa dengan pertanyaan Michelle barusan. "Dasar kurang belaian banget minta dipeluk" Cibir Gracia sambil memeletkan lidahnya. "Dih apaan sih lu Gre!!! Gw kan cuma nanya"

"Sini sini aku peluk" Anin memeluk Michelle erat. "Aw aw!" Rintih Michelle karena lukanya tersentuh oleh Anin. "Sakittt" Rengek Michelle sambil melihat luka sayatan di pergelangan tangannya. "Gara gara lu nih Gre!"

Gracia memutar bola matanya malas. "Iya iya gw kan udah minta maaf. Tar gw bayarin trip kalian deh. Sisa berapa hari Nin?"

"2 hari. Kayaknya hari ini aku istirahat aja deh... Ah tapi gw malemnya udah perjalanan balik" Anin menggaruk belakang kepalanya.

"Atau kalian mau liburan di indonesia aja?" Tawar Gracia. Michelle menatap Anin. "Kayaknya gw gak bisa. Gw masih ada kerjaan yang harusnya kelar 1 minggu lagi tapi jadi keundur sekitar sebulan lagi" Michelle merengut, ia berbalik meraih ponselnya. "Gw duluan ya" Michelle bergegas keluar.

"Syel" Panggil Gracia saat Michelle sudah sampai di pintu. Gracia melemparkan jaket berwarna ungu kesayangannya. "Pake, di luar agak dingin apalagi baju lu kayak begitu" Michelle tersenyum. "Thanks Gre" Michelle memakainya sambil berjalan pergi.

"Ehem. Kayaknya dari dulu aku gak boleh pake jaket itu deh? Kok tiba tiba kamu?" Shani menyenggol bahu Gracia yang daritadi tersenyum. "Ih apaan sih! Cici cemburu ya! Anin aja nggak"

Shani mencubit pipi Gracia cukup keras. "Awduuhh Chiii sakhiitt" Anin tersenyum melihat senyuman di kedua wajah Gracia maupun Shani. "Aku pamit dulu ya" Gracia dan Shani mengangguk. "Yuk kita anter ke depan"

Anin, Gracia dan Shani berjalan menuju pintu. "Aku mau ke tempat Boby" Ucap Anin sambil membuka pintu kamar Boby. Gracia dan Shani tersenyum mengerti. "Jangan kelamaan ya. Nanti kita tunggu buat makan malem disini bareng" Anin menatap Gracia bingung. "Maksu- Eh!" Gracia langsung menarik Shani untuk masuk ke tempat mereka.

"Dasar Gracia mesum!!"

******

Anin masuk ke dalam kamar Boby ia melihat kesana kemari. "Mana Boby?" Gumamnya pelan. Indra pendengarannya tak sengaja mendengar gemercik air dan matanya melihat bayangan hitam Boby yang terlihat dari pintu, dan tentunya penis milik Boby juga terlihat dari luar. Anin terkekeh ia memilih untuk tak menghiraukan itu dan berjalan menuju ruang tamu.

Anin meraih remote dan menyalakan tv, tubuhnya ia jatuhkan ke sofa panjang yang empuk ini. Matanya terpejam menikmati hal yang sudah lama tak ia rasakan. Mengingat Gracia slalu mengikat tangannya entah itu di belakang punggungnya, ke kaki meja, kursi atau mengikatnya membentuk huruf X di kasur. Ya setidaknya itu sedikit yang dilakukan Gracia padanya.

Anin merasakan seseorang berada di dekatnya dan Anin membuka matanya dan melihat Boby sudah berada di depannya dengan handuk berada di pundaknya, dadanya yang terlihat serta ia hanya memakai boxer. "Gw mau ngomong" Ucap Boby dingin dan datar.

Anin mengernyitkan dahinya dengan nada bicara Boby yang dingin seperti ini. Apa yang terjadi?

"Ngomong aja By" Anin mencoba untuk tetap santai.

ANIN POV

Boby duduk di sebelah setelah menurunkan kakiku dari sofa. "Kamu beneran lesbian? Kamu beneran pernah bahkan sering sex sama Bunda? Apa bener kamu pacar Misyel? Dan alasan kejadian beberapa hari ini karena perselisihan kalian bertiga?" Tanya Boby begitu lengkap membuatku diam menatap bola matanya yang penuh harap dengan kejujuran dariku.

Aku menunduk tak tahan dengan tatapan yang diberikan Boby. "Semua itu bener" Ucapku perlahan tapi aku yakin Boby dapat mendengarnya. Boby menggengam bahuku membuatku mendongak menatap wajahnya lagi. Ia tersenyum tipis kearahku, aku melihat luka yang begitu dalam yang terpancar dari matanya.

"Aku akan selalu disini, aku gak akan nyerah buat dapetin kamu Aninditha" Nafasku tercekat dengan perkataannya barusan. Air mataku seperti memberontak untuk menetes keluar hingga perlahan satu tetes air mata keluar. Aku memeluk Boby erat. "Makasih" Ucapku tepat di dekat telinganya.

Boby melepaskan pelukanku dan menangkup pipiku, ibu jarinya menyeka air mataku yang sudah membanjiri pipiku. Wajahnya mendekat bibirnya menyentuh lembut bibirku. Rasa bibir Boby tak seperti biasanya, ada rasa yang begitu berbeda dari bibir Boby biasanya.

Boby melepas ciumannya. "Gak main?" Tanyaku yang dijawab gelengan kepala olehnya. "Mending kamu istirahat. Ada hal yang lebih penting besok dibandingkan harus menguras tenaga hari ini"

Aku mengangguk lalu menariknya untuk ke kamar. "Kamu mau tidur?" Boby mengangkat bahunya. "Kalo ngantuk aku tidur"

"Sekarang masih jam 2. Bangunin jam 5 ya kalo aku keblabasan" Boby mengangguk dan membiarkan ku untuk tidur di kasurnya. Aku melihat Boby mulai membuka laptopnya hingga akhirnya diriku menuju ke alam mimpi.

ANIN POV END

"Ci ini kamarnya kedap suara ya?" Tanya Gracia dari luar kamar Boby. Shani terkekeh dengan pertanyaan Gracia. Apalagi Gracia memakai gelas untuk membantu ia menguping apa yang dilakukan Boby dan Anin. "Kamu jangan ngarep mereka main deh. Aku mau masak nih, daripada harus njagain kamu dari orang lain"

"Ih Ci!!"

Tbc.

TripTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang