10

11.1K 170 1
                                    

Drttt....
Gracia menoleh melihat ponsel Anin.

Boby : On my way :))

Gracia tersenyum.

Safe flight babe :*

Gracia melepaskan cengkramannya membiarkan Michelle untuk bernafas. "Good Nite~~" Gracia menampar telak pipi Michelle membuat Michelle terjatuh dari sofa dan pingsan.

******

Boby berdiri menunggu kopernya, ia membuka ponselnya berusaha menghubungi Anin. Ia berdecak kesal padahal sebelumnya Anin berniat bermalam di Bandara tetapi ia sama sekali tak menemukan Anin membuatnya harus menghubungi Anin.

Boby tak ada pilihan lain, ia meraih kopernya dan berjalan menuju luar, ia harus mencari penginapan setidaknya untuk 1 hari ini. Badannya begitu lelah.

Sementara itu di tempat lain, Anin meringis melihat puluhan telfon yg tertera di layar ponselnya. Anin dalam keadaan benar benar telanjang dengan tangan terikat oleh borgol ke belakang serta mulut yang tak bisa mengeluarkan kata kata apapun hanya suara erangan yang tertahan oleh lakban.

"Dia sangat ingin bertemu denganmu, sepertinya dia merindukanmu? Apa kalian berpacaran dan Misyel itu selingkuhanmu? Atau kamu menyelingkuhi Misyel?" Gracia menyentuh dagu Anin dengan jari telunjuknya dan mengangkat wajah Anin. Ia mengecup bibir Anin.

Gracia melirik ke arah Michelle yang berada di karpet. Keadaannya tak jauh beda dengan Anin, hanya saja ia dalam keadaan tak sadarkan diri dengan luka-luka goresan akibat permainan kecil yang dilakukan Gracia.

Ponsel Gracia bergetar. Membuat si empunya ponsel melirik ke arah benda yang bergetar itu. Sesuatu di layar ponselnya membuat dirinya berdecak. Ia melemparkan ponsel itu ke sofa. "Puasin, aku pagi ini ya.." Bisik Gracia seduktif di telinga Anin.

Gracia mengulum telinga Anin, Anin mencoba menolak dengan menjauhkan tubuhnya dari Gracia. Gracia mencengkram pipi Anin. "Nikmati aja sayang, atau mau main?" Anin menggeleng cepat. Ia tak ingin apa yang disebut permainan oleh Gracia itu menjadi permainan antara dirinya dan Gracia.

ANIN POV

Gracia sepertinya sudah gila, ia merubah semua kecemburuannya menjadi seperti ini, aku hanya bisa berharap Boby atau Shani datang kemari membantu ku dan Michelle lolos dari Gracia.

Gracia mencium bibirku yang tertutup oleh lakban, ia mengigit ujung lakban dan membuka lakban di bibirku secara perlahan. Gracia tidak mencopot tuntas lakban dari bibir ku. Tatapan nya menatap lekat ke bibirku, ia mendekatkan wajahnya dan mencium bibirku.

Gracia mencium begitu lembut bibirku, ciuman yang begitu lembut membuatku tak bisa untuk tidak membalas ciumannya. Ciuman Gracia seakan menghipnotis diriku. Tangan Gracia meraih dua bukit ku dan meremasnya lembut.

Aku memejamkan mataku menikmati sentuhan lembut darinya, namun baru sebentar aku memejamkan mataku. Gracia mencengkram kuat payudaraku membuat mataku terbuka. "AAAA-" Teriakan ku seketika tertahan oleh bibir Gracia.

Air mata mengalir dari ujung mataku. Gracia terlalu kuat mencengkram payudaraku. Menyadari sesuatu, Gracia menjauh dan mengusap air mataku.

"Jangan nangis sayang" Gracia tersenyum menatapku. "Dan jangan tutup mata kamu" Ucap Gracia dengan nada yang tak siapapun ingin mendengarnya.

Aku mengangguk pasrah, Gracia tersenyum. Ia mendekatkan wajahnya di kedua payudaraku dan mengulum nipple ku. "Aahhh ahhh" Permainan lidah Gracia membuatku melayang.

Tangan kiri Gracia meraba raba selangkanganku. Kakiku yang terikat membuat selangkanganku tertutup rapat namun jari telunjuk Gracia dapat bermain disana. "Awww" Rintihku kala Gracia mengigit pelan nippleku.

Ciumannya turun menuju perutku, terkadang aku merasakan nyeri akibat gigitan gigitan kecil dilakukan oleh Gracia. Tangannya meraih sesuatu meja dan ia melingkarkan tangan ke belakang seakan memelukku.

Ctek..
Mataku terbuka lebar kala merasa tanganku berhasil bebas dari tapi belum sempat aku berontak Gracia sudah menerjangku dan membuat tubuhku menghantam sofa. Bibirnya dengan ganas menyelusuri seluruh tubuhku membuatku semakin bergerak tak karuan akibat rangsangannya.

Perlahan aku dapat menggerakan kaki ku kembali sepertinya Gracia sudah melepas pengikat di kaki ku. Jari jemari Gracia semakin liar bermain di sekitar selangkanganku membuatku semakin tak tahan. "Ahhh Greee aku... Ahhh!!!" Cairan itu keluar begitu saja membasahi tangan Gracia.

Gracia tak membiarkanku menikmati orgasme pertamaku kali ini. Gracia memasukkan jarinya di vaginaku dan tangannya bergerak keluar dan masuk membuat sensasi yang begitu nikmat apalagi jarinya bergesekkan dengan klitoris ku. "Aahhhhh Greeeee" Desah ku nikmat, entah kenapa Gracia begitu membuatku candu dengan permainannya.

Tubuhku menegang hebat. Gracia melepas tangannya membuatku bergetar hebat dan cairan menyembur dari vaginaku. "Ah you're squirt!"

Mataku terpejam tubuhku terasa begitu lemas karena ini merupakan pertama kalinya bagiku. Sebelum benar benar terpejam Gracia mengecup bibir. "Nite dear"

ANIN POV END

Boby terbangun dari tidurnya. Ia melirik jam yang telah menunjukkan pukul 1 siang. Itu artinya sudah 3 jam ia tertidur. Boby meraih ponselnya dan berusaha menelfon Anin.

Boby berdecak kala ponsel Anin masih tak bisa ia hubungi. Boby memasukkan ponselnya ke saku celana dan berjalan keluar. Ia menengok kesana kemari, lorong hotel ini begitu sepi. Tak ada seorang pun berada disini.

Perut Boby berbunyi tanda ia begitu lapar. "Makan ajalah" Ucapnya kemudian menutup pintu di belakangnya. Tanpa sadar pintu di belakangnya terbuka.

Boby berbalik dan disaat yang sama seseorang yang muncul dari balik pintu di belakang Boby juga berbalik. "Tunggu, kayaknya gw pernah liat?!" Ucap Boby berusaha mengingat seseorang di depannya.

"Kamu..."

"Boby?" Boby yang mendengar namanya dipanggil pun mengangkat wajahnya. Gadis ini mengenal dirinya. "Lu temen sekolah Anin kan?" Gadis itu mengangguk. Tangan gadis itu terulur, Boby meraih tangan gadis itu. "Shani"

"Lu tau Anin dimana Shan?" Boby meraih pundak Shani dan menatap Shani penuh harap berharap Shani tau semua kegelisahannya. "Anin? Aku tau dimana dia tinggal tapi aku gak bisa. Seseorang mengawasi ku dari jauh" Jelas Shani. "Dan lagi, aku tak suka dengan cara bicaramu yang seakan kita sudah kenal lama"

Boby terdiam, Shani menghela napas pelan dan berjalan pergi menuju tempat makan siangnya. Boby tersadar dari lamunannya. Ia berjalan cepat menyusul Shani.

******

Shani duduk di restoran ramen dekat hotel tempatnya tinggal, ia memesan ramen kesukaannya dan duduk di salah satu meja. Boby yang berhasil menyusul Shani ikut duduk di hadapan Shani.

Shani tersenyum kecil melihat Boby. "Untuk apa kau mengikuti ku?"

"Aku butuh bantuanmu, Anin tidak bisa ku hubungi" Pinta Boby sambil menggenggam tangan Shani. Shani menepis tangan Boby. "Kau makin lancang, tapi aku suka" Shani mengerlingkan matanya membuat Boby terpukau.

"Temui aku jam 6 di depan kamar. Jangan datang terlambat maupun terlalu cepat. Karena aku tak suka menunggu apalagi membuat orang lain menunggu"

Tbc

TripTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang