6

16K 242 13
                                    

Anin terbangun dari tidurnya. Ia menoleh ke atas melihat ke jam dinding yang menunjukkan pukul 8 malam.

Disampingnya Shani dengan keadaan yang sama dengannya dalam keadaan tak berbusana namun tertutup selimut tengah tertidur dengan nyaman.

Anin bangkit dari tidurnya dan meraih ponsel yang ada di meja. Banyak sekali notifikasi call dari Michelle, Bunda dan Boby.

Cklek..
Samar samar terdengar suara pintu terbuka. Anin menoleh ke arah pintu. Dan benar saja, lampu tengah tiba tiba hidup. "Jangan jangan.."

Anin segera bangkit dari tempat tidur dan meraih pakaiannya lalu berlari menuju kamar mandi.

Ia membuka sedikit pintu kamar mandi sambil tetap menatap ke arah penghubung antara kamar Shani dengan ruang tengah.

Seorang gadis dengan jaket tipis berwarna ungu terlihat oleh kedua mata Anin. Anin dapat melihat gadis itu tersenyum lalu meraih jaketnya dan melepaskannya.

Gadis itu mendekati Shani dan mencium lembut pipi Shani. Membuat Shani sedikit terusik. "Apa ini Gracia?" Batin Anin sambil tetap melihat tingkah gadis itu.

Gadis itu membuka selimut yang dipakai Shani, ia nampak terkejut melihat Shani sudah dalam keadaan tanpa busana.

Jari jemari Gadis itu mulai berpetualang di tubuh Shani. Shani terbangun, ia tersentak. "Gre-Gracia"

Anin jelas mendengar nama Gracia tersebut disana. Itu artinya ini akan menjadi masalah besar baginya bila ia kepergok Gracia.

Gracia mencium lembut bibir Shani. Shani membalasnya. "Aku kangen kamu Gre"

"Aku juga kangen Cici" Gracia menindih tubuh Shani membuat Shani memberontak. "Beratt"

Gracia terkekeh. "Kamu makan banyak banget ya disana, nambah berapa puluh kilo sih"

"Bilang aja aku tambah gendut"

"Iya emang kamu gendut pake banget" Shani memeletkan lidahnya, mengejek Gracia.

"Cici gak pake baju habis self service ya?" Gracia memainkan kedua alisnya. "Apaan! Enggak lah!"

Shani yang kesal langsung membalikkan keadaan membuat Gracia berada di bawah sementara Shani kini berada di atas.

Shani mencium Gracia penuh nafsu, Gracia berusaha menyeimbangi permainan Shani. "Engghhh Cii, Gracia milikmuuu.. Ngghhhh"

Gracia menangkup payudara Shani lalu meremasnya pelan. Shani mendesah keenakan. "Ahhh Gree, trus Gre.."

Shani mengigit bibir bawahnya, berusaha meredam desahan yang akan keluar akibat ulah Gracia. Gracia mendekatkan tubuh Shani lalu mencium nipple Shani, lidahnya berputar putar mengitari nipple Shani.

Gracia menghisap nipple Shani. "Ahhh Gree..." Shani menegang dan perut Gracia terasa basah.

"Yah udah basah aja Ci"

Shani hanya tersenyum sambil meletakkan tubuhnya di samping Gracia. "Huh.. Huh.."

"Aku ke kamar mandi dulu" Gracia bangkit dari tempat tidurnya lalu berjalan menuju kamar mandi.

Anin yang melihat itu langsung gelagapan. Di kamar mandi sebesar ini harusnya ia bisa bersembunyi. Atau kenapa daritadi ia hanya asik menonton Gracia dan Shani bermain dibanding pergi dari tempat itu?

Gracia membuka pintu kamar mandi dan langsung membeku melihat seseorang berada di dalam kamar mandi itu. "Loh kamu... Kamu kan!!"

Anin memejamkan matanya. Ia merasakan Gracia mulai berjalan mendekatinya. Kerah bajunya tertarik ke atas, membuat tatapan tajam Gracia menusuk ke dalam tatapan Anin.

"Anin..."

Gracia berdecak lalu menarik Anin keluar. Anin terlihat kesakitan karena cengkraman Gracia. Shani yang melihat itu mulai panik dan mencoba melepaskan Anin dari Gracia.

Gracia mendorong Shani membuat Shani jatuh ke kasur. "Jangan jangan sebelum aku dateng kesini.. Cici selingkuh sama Anin!"

"Dan kenapa Cici udah gak pake baju itu karena barusan main sama Anin" Gracia menatap Shani penuh kekesalan. Nafasnya sudah tak beraturan.

Bugh.
Gracia memukul perut Anin membuat Anin mengerang kesakitan. "Awww" Anin memegang perutnya.

"GRACIA!!"

"APA CI! CICI MAU BELAIN DIA HAH?!"

Shani terdiam sambil menunduk. Tatapan sendu Gracia yang ia rindukan kini telah berubah menjadi tatapan tajam penuh amarah.

Gracia menarik rambut Anin. "Arghhh Gree!! Sakit!!" Gracia menarik paksa Anin menuju salah satu ruangannya.

Gracia menarik Anin dan menjatuhkannya di matras yang ada di ruangan itu.

Gracia berjalan mengunci pintu kamar itu. "Gracia!! Buka pintunya Gre!" Shani berusaha mendobrak pintu itu. Namun usahanya terasa sia sia. Membuatnya hanya bisa mengerang sambil berharap Gracia tak melakukan apapun pada Anin.

Anin meringis memegangi kepala dan perutnya. Gracia membuka beberapa laci dan menemukan apa yang ia inginkan.

"Gre.. Jangan Gree" Anin mundur perlahan ketika melihat apa yang Gracia bawa. Dobrakan pintu kembali terdengar serta teriakan dari Shani masih jelas terdengar oleh indra pendengaran Anin.

Gracia mendorong tubuh Anin membuat Anin tertidur lalu menindihnya. Gracia menampar pipi Anin membuat Anin mengerang kesakitan.

Gracia lalu mencium bibir Anin yang sedikit berdarah akibat tamparan kerasnya barusan.

Anin berusaha menolaknya namun Gracia langsung mengigit bibir bawahnya. membuatnya terpaksa untuk pasrah dengan keadaannya saat ini.

Gracia menghidupkan vibrator dan memasukkannya ke liang vagina Anin. Anin berteriak kesakitan akibat benda besar yang bergetar kuat masuk ke dalam liang vaginanya.

Air mata keluar dari kedua ujung matanya. Gracia masih melumat bibir Anin sambil tetap memaksa vibrator itu masuk.

Tubuh Anin seketika menegang dan desahan keluar dari mulutnya. "Ahhh ahhh.." Gracia melepaskan vibrator itu dan menyuruh Anin untuk menjilatinya.

Anin hanya bisa pasrah sambil mematuhi perintah Gracia.

Plak..
Gracia kembali menampar Anin membuat bibir Anin kembali berdarah. Gracia mencium dan menghisap darah Anin. "Darah kamu manis, aku suka"

Anin yang sudah tak kuat mulai merasa kehilangan kesadaran. Gracia menjambak rambut Anin agar dapat menatapnya.

"Ini belum ada apa apanya"

"Kamu tau Nin? Aku sama Ci Shani udah nikah, dan kami mau adopsi anak. Kamu.. Kamu jangan ganggi hubunganku dengan Cici"

"Urusi hubunganmu sendiri. Sama siapa namanya? Michelle? Atau si laki laki bernama Boby itu?"

Cuih.
Gracia meludah tepat di wajah Anin lalu menghantamkan kepala Anin ke matras.

Anin merasakan pusing dan mual secara bersamaan. Tiba tiba ia kembali merasakan panas di pipinya, Gracia kembali menamparnya membuat nya tak sadarkan diri.

Tbc.

TripTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang