14

9.1K 149 9
                                    

Semenjak kejadian kemarin Michelle memilih untuk diam dan selalu beralasan sibuk bahkan dari pagi hingga Anin dan Boby mengurus kepulangan mereka.

Anin menatap keseluruhan kamar hotel, ia memilih untuk melihat beberapa barang Michelle sebelum ia benar benar pergi dari tempat itu. Ia melarang Boby untuk mengikutinya. Dan meminta Gracia dan Shani untuk mengawasi Boby agar tidak pergi dari kamar hotelnya.

"Kamu kenapa sih?"

"Kenapa disaat terakhir liburan ku di jepang kamu malah kayak ngehindarin aku?"

"Apa kamu mau sama aku?"

"Marah atas kebohongan mengenai Boby atau sesuatu hal yang lain?"

"Apa..."

Orang yang daritadi Anin bicarakan sebenarnya sudah ada di belakangnya dan mengintip Anin daritadi tentunya dalam keadaan tanpa Anin sadari.

Michelle tak berani bilang bahwa ia menjauh karena kelakuan Boby padanya. Pasalnya temannya pernah bercerita bahwa morning pill yang temannya minum tak berhasil mengatasi hal yang tak diinginkannya, hamil.

Dan sialnya ia dalam kondisi subur membuat kemungkinan itu datang sangat besar. Michelle terisak mengingat sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Apa yang akan ia katakan pada Mama dan Papanya? Keluarganya? Bahkan Anin?

Anin mendengar suara isakan kecil melewati indera pendengarannya. Anin menoleh kesana kemari hingga sadar bahwa Michelle berada di belakangnya daritadi. "Michelle"

Michelle mendongak ia mengalihkan tatapannya dari Anin, ia tak ingin Anin menatap matanya yang tengah memancarkan bahwa ia sedang rapuh.

Anin berjalan mendekati Michelle. "Hey"

Michelle menghela nafas kasar. Ia rasa ia harus jujur agar semua yang ada di pikirannya bisa hilang begitu saja.

"Aku gak ngehindarin kamu" Ucap Michelle pelan.

Anin mengernyit. "Lalu? Kamu kenapa?"

"Aku.."

"Aku gak bisa bilang sekarang Anin, bolehkah?" Tanyanya pada Anin. Anin mengerti dan memeluk Michelle membiarkan Michelle meluapkan semua hal yang perlu ia luapkan kepadanya.

Michelle melepaskan pelukannya. Anin menatap lekat Michelle. Anin memajukan bibirnya, tau apa yang akan terjadi Michelle memejamkan matanya hingga ia merasakan hangatnya bibir Anin.

Bibir keduanya bermain bebas dengan rasa sayang yang saling tertukar di setiap kecupan mereka. Anin mencium lembut setiap senti bibir Michelle, lidahnya mencoba untuk masuk ke dalam bibir Michelle.

ANIN POV

Michelle memberiku akses untuk masuk lebih dalam. Tangannya terulur menekan belakang kepalaku guna memperdalam ciuman kami. Tanganku memeluk pinggangnya membawa tubuhnya untuk lebih dekat denganku.

Lidahnya menyeruak masuk ke bibirku dan membelit lidahku. Lidah kami saling beradu. Aku menyedot lidahnya menelan salivanya. Ia melepaskan ciumannya dan mencium rahang bawahku. Aku mendongak memberinya akses untuk mencium leherku.

Ia mengerti dan mencium leherku, tanganku bergerak menjambak rambutnya. "Ahhhhhh" Desahku dengan mata setengah terpejam menikmati permainannya.

Tangannya meremas payudaraku dari luar kaos hijau toscaku. Aku merasa nippleku sudah tegang sempurna. Bahkan Michelle sudah mencubit pelan nippleku dari luar kaosku. "Kamu nakal gak pake bra" Ucapnya sambil terus merangsang payudaraku.

Aku mulai merasa seperti melayang. Michelle tak seperti biasanya ada rasa yang begitu berbeda dari setiap sentuhannya. Aku meraih dagunya dan kembali melumat bibir mungilnya. Aku membalas perlakuannya. Tanganku bergerilya di payudaranya yang lebih mungil daripada milikku. Aku meremasnya dengan gerakkan memutar. Matanya terpejam menikmati setiap sentuhanku. "Ahhh.. enakk bangett emmhhh" Ia mendesah nikmat di sela ciuman kami.

TripTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang