Episode 2 (Pengambilan Hadiah)

76 5 0
                                    

Sebuah bangunan megah dengan ribuan buku-buku itu, sepi senyap menyisakan suara lembaran halaman buku yang dibalik. Di luar bangunan itu matahari sudah mulai tergelincir tenggelam di balik bukit, awan jingga mulai mewarnai atap bumi. Di dalam perpustakaan terlihat Wan’er sedang berjalan di antara rak-rak buku yang tingginya empa meter.

Wan’er berjalan memutari rak buku-buku sambil berpikir dan menggabung-gabungkan informasi yang ia dapatkan dari kakaknya. “Kakak mengatakan walaupun ia membaca buku di perpustakaan ini seumur hidupnya, tetap akan ada buku yang tidak bisa ia baca. Dia mengatakan ‘tidak bisa’ kenapa tidak mengatakan ‘tidak cukup waktu’. Itu karena ia dilarang untuk membaca buku itu bukan ?”

“Dan jika kakak Dongmei yang seorang putri saja dilarang untuk membacanya pasti buku itu menyimpan terlalu banyak rahasia. Jika terlalu banyak rahasia maka tidak mungkin akan diletakkan di salah satu rak yang ada di sin, karena semua buku yang ada di rak ini boleh dibaca oleh siapa pun. Lalu sekarang pertanyaannya di mana buku itu diletakan?”

Wan’er bicara dalam hati ia berpikir sangat keras menggunakan semua kecerdasanya sambil berjalan mengelilingi rak dan terkadang berjalan mundur. Tanpa ia sadari jika ia terus berjalan mundur ia akan menabrak seseorang.

Benar saja tak lama kemudian dia menabrak seseorang. “Aaaa.... “ mendengar teriakan kesakitan itu Wan’er balik badan dan melihat siapakah orang yang ia tabrak. ‘celaka’ kata Wan’er dalam hati ia tidak sengaja menabrak orang yang ia hindari selama satu minggu terakhir ini.

“Wan’er... tidak bosan-bosannya kau membuat masalah, dimana kau satu minggu terakhir. Aku mencarimu kemana-mana? Apa yang kau lakukan di sini ? berjalan mundur, apa kau tidak bisa berjalan maju ? Er jawab kenapa kau hanya diam,” Orang yang di tabraknya tidak lain adalah kakak ke-5 nya yaitu Putri Li Cunah.

Ini lah yang Wan’er takutkan selama satu minggu belakangan ini, bertemu dengan kakak ke limanya. Semua itu kerena Wan’er memberikan sebuah bedak yang membuat wajah Putri Cunah di tumbuhi benjolan-benjolan kecil berwarna merah. Sebenarnya Wan’er bermaksud baik dengan membuatkan bedak penghalus kulit untuk kakaknya yang suka sekali berdandan itu.

Siapa sangka jika bedak itu tidak membuat kulit menjadi halus tapi malah di tumbuhi banyak jerawat. Akibatnya Cunah harus mengurung diri selama satu minggu di dalam kamarnya. Setelah empat hari memakai obat dari tabib wajahnya mulai membaik.

Cunah keluar dari kamarnya mencari Wan’er utuk balas dendam atau memarahinya, namun tiga hari ia keliling istana tidak juga bisa menemukan Wan’er. Merasa lelah mencari adik bungsunya itu, Cunah menyerah ia pikir lebih baik pergi keperputakaan dan membaca cara merias wajah mungkin menyenangkan dan siapa sangka ia akan brtemu Wan’er disana.

Wan’er yang tau dirinya akan habis dimarahi, bahkan diajar oleh kakaknya ia mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri. Cunah yang sudah hafal tabiat adiknya, ia segera memegangi tangan adiknya agar adiknya itu tidak kabur.

“Mau kemana kau ? enak saja mau kabur?” Wan’er hanya tersenyum tidak berdosa, seolah-olah ia tidak melakukan kesalahan apapun setelah membuat wajah kakaknya penuh jerawat dan menabrak kakaknya.

“Kakak aku tidak bermaksud untuk membuat wajah kakak dipenuhi dengan bintik merah, aku juga tidak bermaksud untuk menabrak kakak, jadi tolong lepaskan aku,” Wan’er menyatukan tangannya memohon ampun berharap kakaknya mengampuninya, tapi Cunah tidak perduli.

Cunah mengambil kacanya yang jatuh dan melihat wajahnya yang belepotan oleh pewarna bibir. “Oh lihat wajahku,“ melihat wajahnya yang belepotan kemarahan Cuanah suda berada di ubun-ubun rasanya akan meledak sekarang juga. “Wan’er.......” Cunah berteriak sampai rasanya akan meruntuhkan bangunan perpustakaan dan menghancurkan gendang siapapun yang mendengarnya.

Knight Of The Blue SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang