Wan'er berjalan menuju danau yang dekat dengan tenda, ia membasuh wajahnya di danau tersebut. Saat itu matahari sudah hampir tergelincir di kaki bukit, semburat jingga mulai menghiasi langit. Burung-burung mulai berterbangan kembali ke sarangnya. Danau sepanjang mata memandang itu memiliki air yang jernih dan tenang, bahkan dasar danau dan ikan-ikan yang berenang kesana kemari dapat terlihat dari permukaan.
Empat hari hanya berbaring di tempat tidur membuat Wan'er bosan dan otot-ototnya kaku. Wan'er berpikir mungkin akan sangat menyenangkan jika ia berenang dan lagi pula itu juga dapat melatih otot-ototnya yang kaku. Setelah meletakkan barang-barangnya di pinggir sungai, tanpa melepas pakaiannya Wan'er berjalan ke tengah sungai. Dinginnya sungai membuatnyilu seluruh tubuh Wan'er. Namun, alih-alih kembali ketepian ia malah berenang ketengah sungai.
Wan'er bermain air disungai sambil bersenandung. Setelah cukup lama ia berenang dan sebelum hari mulai gelap. Wan'er memilih kembali ketepian mengeringkan bajunya sambil bermain seruling. Setelah memastikan tidak ada orang di dekat danau, Wan'er melepaskan baju atau hanfu lapisan terluarnya untuk dikeringkan.
Setelah itu Wan'er mengambil serulingnya. Ia selalu membawa seruling pemberian terakhir kakeknya, karena baginya hanya itu satu-satunya benda yang dapat membuat ia merasakan kehadiran kakaknya.
Lagu yang akan ia mainkan tetap sama yaitu lagu yang selalu di mainkan oleh kakeknya ketika ia masih kecil. Suara seruling Wan'er menjadi melodi pengantar matahari terbenam. Siapapun yang mendengar suara serulingnya pasti akan tenggelam dan mendapatkan ketenangan.
Burung-burung yang berterbangan akan kembali ke sarangnya seolah tersihir oleh suara seruling Wan'er. Burung-burung itu berhenti terbang dan mengelilingi Wan'er, ikut bernyanyi dengan kicauannya. Angin yang bertiup semilir membawa suara seruling Wan'er semakin jauh, sehingga dapat didengar oleh semua makhluk hidup yang ada di hutan itu.
Bahkan suaranya dapat di dengar oleh Zheng yang kebetulan sedang membaca buku tidak jauh dari danau. Zheng yang mendengar merdunya suara seruling, ia menutup bukunya dan mencari asal sumber suara itu. Ia terus berjalan menuju sumber suara hingga akhirnya ia sampai ke tempat Wan'er.
Awalnya Zhang tidak percaya dengan apa yang ia lihat, Wan'er gadis yang menurutnya tidak punya sopan santun. Ternyata sangat pandai bermain seruling. Tanpa Wan'er sadari Zhang telah duduk disampingnya mendengarkan permainan serulingnya sambil membaca buku.
Tepat saat matahari tenggelam Wan'er menghentikan permainan serulingnya. Wan'er yang baru menyadari jika Zhang duduk di sampingnya ia terkejut sekaligus malu. Saat ini Wan'er hanya memakai hanfu lapis kedua dan dalam kondisi basa pula. Dan dengan tanpa malunya Zheng duduk di sebelahnya. Wan'er segera mengambil hanfu lapisan terluarnya untuk dikenakan.
"Apa yang kau lakukan di sini ?" Wan'er berteriak kepada Zheng yang sedang asik membaca buku.
Dengan tidak merasa bersalah Zhang menjawab. "Apa kau tidak lihat aku sedang membaca buku ?"
Mendengar jawaban itu Wan'er semakin marah pada Zhang. Tapi Wan'er tidak ingin membuat masalah diwaktu dia akan pergi, dari pada ia menyerang Zheng kembali dengan kata-kata lebih baik ia pergi dan membiarkan Zhang membaca buku sendiri. Bukankah terkadang cara terbaik untuk membalas adalah dengan diam.
Wan'er kembali ke tendanya untuk berganti pakaian dan bersiap-siap karena nanti malam ia akan pergi meninggalkan Zhang dan pasukannya yang sementara beristirahat di hutan.
Saat hari mulai gelap Wan'er mencari kudanya bersiap untuk pergi, ia tau kudanya tidak mungkin di jadikan pengganti buruan oleh Zhang. Setelah mencari di sekeliling perkemaan. Akhirnya Wan'er menemukan kudanya ada di samping tenda Zhang.
Wan'er menarik tali kudanya dan membawanya menuju tendanya. Setelah sampai di depan tendanya Wan'er segera memasukkan dan menaikakan segala hal yang ia butuhkan selama perjalanan ke atas kudanya. Ia juga tidak lupa menyimpan buku yang ia curi dari perpustakaan istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Knight Of The Blue Sword
Fantasy"Hari ini aku berdiri disini diantara pasukanku dibalik baju zhira besi sebagai seorang jendral. Dan kau berdiri disana sebagai seorang jendral dari musuh ku." "Guruku benar seorang kesatria tidak boleh jatuh cinta. Tapi pada saat itu juga guru tela...