Pangeran Li Yao sampai saat ini masih mencari Wan'er, walaupun belum ada hasilnya sama sekali. Seluruh wilayah Kerajaan Shan sudah ia lalui, turun gunung naik gunung, menyisiri pantai, melaut, masuk hutan keluar hutan, dari kota satu ke kota yang lain. Hanya itu yang ia lakukan selama dua tahun, mencari adiknya seperti orang gila.
Di istana Permaisuri Dauyu Fang jatuh sakit akibat memikirkan keberadaan Wan'er. Keadaan istana juga tidak lagi seramai dulu setelah sepeninggalan Wan'er. Kini kakak-kakaknya tidak lagi bercanda melepas tawa bersama seperti dulu. Semua kini sibuk dengan urusan masing-masing.
Hampir setiap hari Pangeran Li Han Ling melamunkan adik bungsunya itu, namun ia sadar ia harus terlihat tegar agar ibundanya tidak sedih. Sedangkan putri-putri yang lain setiap hari mengunjungi dan merawat tratai Wan'er entah itu di kolam di dalam kamar maupun di taman.
Mereka semua sudah pernah bersama-sama mencari Wan'er berpencar dan setelah satu tahun mencari tanpa hasil mereka kembali ke istana. Sejak saat itulah semua seperti kehilangan harapan akan kembalinya Wan'er, kecuali Kaisar Wu dan Pangeran Li Yao yang terus percaya bahwa Wan'er pasti dapat di temukan.
Hari ini Pangeran Mahkota Li Han Ling memberanikan diri memasuki kamar adiknya setelah satu tahun tidak berkunjung. Pangeran Mahkota Han Ling selalu terpukul saat melihat kamar beraromakan bunga lotus itu kosong.
Setiap sudut ruangan yang ada di kamar itu semua mengingatkannya pada sosok adik yang selalu mengumbar senyumnya padanya. Makanya selama satu tahun Pangeran Mahkota Li Han Ling tidak sanggup memasuki kamar adiknya.
Hari ini ia sangat merindukan adiknya, ridu yang lebih dari biasanya. Hingga tanpa ia perintahkan kakinya berjalan sendiri menuju kamar Wan'er. Han Ling menyisiri kamar itu dan bayangan tetang adiknya yang selalu berada di setiap sudut ruangan itu, berputar di kepalanya seperti kaset rusak.
Tanpa Han Ling sadari setetes air bening jatuh dari matanya. Han Ling jatuh terduduk di tepi kolam tratai tempat biasa adiknya duduk menghabiskan waktu.
Bayangan ketika Wan'er bermain sruling untuknya 2 tahun yang lalu tiba-tiba tercetak di depannya. Bayangan Wan'er yang selalu tertawa saat jebakan yang dibuatnya berhasil. Semua bayangan itu enggan pergi dari pikiranya.
Han Lin tidak bisa menahan air matanya untuk tidak jatuh, air matanya terus jatuh tak terbendung seiring ingatan tetang Wan'er terus berputar. Han Ling meremas dadanya tiba-tiba ia merasa sesak, saat kembali mengingat fakta bahwa adiknya jatuh kedalam jurang yang bahakan sampai sekarang sehelai bajunya pun tidak di temukan.
Han Ling juga menyalahkan dirinnya sendiri atas kepergian Wan'er, seandainya waktu itu ia terus bersama Wan'er mungkin hari ini tidak akan terjadi. Han Ling mengusap wajahnya kasar kemudian berdiri, berjalan gontai menuju pintu keluar kamar. Han Ling sadar jika ia terus berada di kamar adiknya yang ada ia akan menyakiti dirinya sendiri karena merasa bersalah.
*******
Hari ini seluruh murid Gunung Juhun berkumpul duduk rapi di ruang pertemuan. Tidak ada yang tau apa maksut girunya yang menyuruh untuk berkumpul secara mendadak di jam belajar.
Yuan Wo kini telah duduk di kursinya sejak muridnya belum datang. Setelah melihat muridnya telah hadir semua Yuan Wo mengatakan maksutnya.
"Kini kalian semua telah tumbuh menjadi murid-murud yang pandai dan hebat. Saatnya bagi kalian untuk turun gunung dan membantu yang membutuhkan," kata Yuan Wo yang berhasil membuat semua muridnya terkejut.
"Sudah lima tahun kalian semua berlatih di sini kecuali 14 dan 15 yang baru dua tahun disini, namun kemampuannya tidak bisa di remehkan. Mulai besok kalian berangkatlah menuju ke empat penjuru mata angin untuk meluruskan ketidak benaran. Sudah saatnya bagi kalian untuk berlatih di luar gunung, juga saatnya untuk mencari senjata masing-masing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Knight Of The Blue Sword
Fantasy"Hari ini aku berdiri disini diantara pasukanku dibalik baju zhira besi sebagai seorang jendral. Dan kau berdiri disana sebagai seorang jendral dari musuh ku." "Guruku benar seorang kesatria tidak boleh jatuh cinta. Tapi pada saat itu juga guru tela...