OURS : Chapter 11

88.5K 4.4K 24
                                    

"Happy birthday, Sayang.."  

"MOMA!" Adam lompat dari tidurnya, memeluk leherku dengan tangannya yang mungil. "Moma, aku seneng karena permintaanku untuk ketemu Pop udah Moma kabulin.."  

"Hai, Kiddo.."  

"Pop!"  

Adam berlari ke pelukan Ayahnya. Sebelah tangannya mengambil salah satu hadiah di tangan Ayahnya.  

"Moma, aku boleh terima hadiah ini?"  

Aku mengangguk.  

"Pop, ini keren banget.."  

Adam tersenyum. Tak terasa, air mata menetes saat aku melihat dua Adam ini di hadapanku. Aku tidak mungkin dapat memisahkannya lagi.  

"Elle? Kamu kenapa?"  

"Nggak apa-apa, kamu temenin Adam dulu aja sampe dia tidur lagi."  

Anakku sudah tertidur pulas dipangkuan Adam, Aku segera masuk ke kamar tidurku, perasaanku sedang tidak enak. Entah kenapa, sejak aku bertemu dengan Alaia, aku merasa aku akan kehilangan Adam. Wanita itu sangat menginginkannya.  

"Elle,"  

Kurasakan Adam menyentuh bahuku dari belakang,  

"Aku mau tidur." jawabku sambil menarik selimut hingga dada.  

"Elle, aku tau kamu ada sesuatu yang kamu sembunyiin, kamu bisa cerita sama aku."  

Kenapa Adam selalu dapat membuatku menangis!  

"Aku nggak kenapa-kenapa, Adam."  

Kurasakan Adam menyelipkan tangannya dibawah tubuhku, Ia merengkuh tubuhku, memelukku hingga aku sekarang harus menatap matanya.  

"Cerita.."  

"Aku..."  

"Aku bisa bantu kamu, kalo kamu ada masalah Elle."  

"Aku mau aku sama Adam keluar dari rumah ini..aku nggak bisa tinggal sama kamu."  

Mata Adam terbelalak. Kurasakan jantungnya berdetak jauh lebih cepat dari sebelumnya.  

"Alasannya apa Elle?"  

"Aku masih sama seperti Elle yang dulu, kalo kamu masih inget, aku nggak bisa tinggal, hidup satu kamar sama kamu kaya gini, sedangkan hubungan kita aja nggak jelas. Alaia mendadak dateng bilang dia tunangan kamu, sedangkan aku hidup satu atap, satu kamar sama kamu. Aku ngerasa kaya wanita murahan, Adam!"  

Adam menghapus bulir air mata di pipiku,  

"Demi tuhan, Elle. Kita punya anak yang harus kita besarin bersama."  

"Aku bisa besarin Adam di apartemenku, dan kamu bebas datang kapan aja kamu mau."  

***  

ADAM'S POV  

Tidak mungkin aku membiarkan Elle dan Adam pergi lagi dari kehidupanku. Mereka adalah segalanya bagiku.  

Melihat Elle menangis seperti ini membuatku tersadar, perasaanku padanya tidak pernah berubah. Aku tidak tahu harus bagaimana jika Elle pergi meninggalkanku lagi. Tapi aku tidak ingin Elle mengetahui ini. Aku tidak mau ia mnegira aku memiliki perasaan ini hanya karena ingin anak kami.  

"Kita harus menikah."  

Mata Elle hampir keluar dari tempatnya, ia menengkram kaosku tanpa sadar,  

"Nggak mungkin."  

"Apa yang nggak mungkin? Semua mungkin untukku."  

Yang tidak mungkin adalah aku melihat Elle dan Adam pergi dari kehidupanku lagi, mengingat Ditya kembali, itu yang tidak mungkin untukku.  

"Apa ini semua cuma karena anak kita?"  

Pertanyaan bodoh, tentu saja tidak Elle!  

"Iya."  

Dan itu adalah jawaban terbodoh yang keluar dari mulutku.

OURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang