6

210 7 0
                                    

2 month later.

Author pov
Pagi ini, langit kota sedang tidak bersahabat dengan Yavia, awan mendung meneteskan butiran air hujan. Hujan itu semakin deras mengikuti jalannya waktu.

Pagi ini karena hujan, rutinitas Yavia yaitu menjemput Anvilla.

Dikala hujan seperti ini, Anvilla tidak mungkin berangkat sekolah dengan motor.

Sebenarnya, Anvilla bisa diantar ayahnya dengan mobil, tetapi karena Anvilla jarang berangkat sekolah bersama Yavia, sehingga ia lebih memilih di jemput oleh Yavia.

Yavia bisa saja menjemput Anvilla setiap hari, akan tetapi Anvilla tidak mau karena tidak ingin merepotkan Yavia.

Jadi, Yavia akan selalu bahagia jika bisa berangkat ke sekolah bersama Anvilla, dan hal itu hanya akan terjadi jika hujan atau Yavia berhasil membuat Anvilla mau untuk di jemput.

•••

Yavia memang tidak menyukai hujan, namun terkadang dikala hujan seperti inilah akan ada kebahagiaan yang sederhana.

Flashback on

"Via, sorry ya, gara-gara aku, kita jadi kehujanan" ujar Arga melihat butiran air hujan yang menetes semakin banyak.

Yavia dan Arga rencananya akan bersenang-senang berdua di taman favorit mereka. Namun sekarang mereka tengah berdiri di salah satu halte dekat taman karena hujan.

"Yaudalah, kan udah terlanjur kamu gak usah ngerasa bersalah gitu" jawab Yavia menanggapi ucapan Arga.

"Aku tau kamu itu gak suka hujan, kan?" Tebak Arga.

"Iya sih, tapi kalo ujan-ujanan sama kamu aku suka kok" jawab Yavia.

"Kamu gak usah bo'ong deh" ujar Arga.

Arga dan Yavia kehujanan karena mereka datang ke taman menggunakan motor sesuai permintaan Arga.

"Emang muka aku keliatan lagi bo'ong?" Kata Yavia memperlihatkan wajah serius.

"Aku telfon Davian buat jemput kamu ya" kata Arga.

"Gak!, gue gak mau" tolak Yavia tegas.

"Tapi baju kamu udah basah, nanti kalo kamu sakit gimana?" Arga masih kukuh ingin menyuruh Davian untuk menjemput Yavia.

"Kamu mikirin aku, trus siapa yang mikirin kamu?.." tanggapan Yavia.

"Aku dong yang mikirin kamu, kalo kami sakit gimana?" Lanjut Yavia.

Ucapan yang baru saja keluar dari mulut Yavia membuat Arga tersenyum jahil.

"Oh gitu, kamu perhatian banget sih" ucap Arga dengan wajah manjanya.

"Apaan sih, ilfeel tau liatnya" Yavia mengomentari ekspresi yang di berikan Arga.

"Gimana kalo kamu yang antarin aku pulang?" Tanya Yavia.

"Pake motor?" Respon dari Arga berupa pertanyaan.

"Iya, kan kamu suka ngebut-ngebutan pake motor, jadi kita terobos ujan aja, gimana?" Tanya Yavia.

"Gak!" Jawab Arga.

"Please..." manja Yavia, Arga masih kukuh, tidak mau Yavia kehujanan.

"Please.." pinta Yavia semakin manja.

"Oke, fine..." jawab Arga saat tidak bisa menolak wajah manja Yavia.

"Tapi pake nih, kamu udah transparan tau, untung pake baju item jadi gak transparan banget" ucap Arga tanpa dosa.

Mendengar ucapan Arga tersebut Yavia sontak mengambil bomber yang di berikan Arga dan langsung menutupi tubuhnya, lalu memukul lengan Arga dengan cukup kuat.

"Sakit tau" keluh Arga.

"Abis mata sama mulut kamu nakal sih" jawab Yavia.

"Maaf, cantik" kata maaf dari Arga.

"Asal mata kamu gak nakal lagi" jawab Yavia.

Setelah Yavia memakai jaket milik Arga dengan sempurna, motor Arga berderu menerobos hujan dengan kecepatan yang cukup tinggi.

Karena jalanan sepi dan Arga melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi, akhirnya hanya butuh waktu 15 menit untuk tiba di rumah Yavia.

"Kamu masuk dulu ya, baju kamu udah basah, pinjem bajunya Davian ya, nanti kamu sakit kalo gak ganti baju" ucap Yavia panjang lebar.

"Siap bu" jawab Arga.

"Apaan sih" kata Yavia langsung berbalik meninggalkan Arga.

•••

Sekarang Yavia tengah membuat minunan hangat untuk Davian Arga dan dirinya, karena orang tua Yavia sedang tidak ada di rumah.

"Selamat menikmati, tuan-tuan" canda Yavia.

"Iya makasih, mbok" Davian membalas candaan Yavia dengan menggunakan kata 'mbok' di akhir kalimat yang langsung dibalas dengan tatapan tajam dari Yavia, sedangkan Arga hanya bisa tertawa memperhatikan mereka berdua.

"Becanda, mbok" ucap Davian yang masih bercanda dengan penggunaan kata 'mbok' saat melihat tatapan tajam Yavia.

Setelah mendengar ucapan kembarannya Yavia refleks memukul punggung Davian cukup keras, membuat Davian meringis kesakitan.

Tawa Arga menjadi semakin pecah, setelah menerima pukulan maut tersebut, akhirnya Davian tidak berani mengeluarkan kata 'mbok' lagi, dan terjadilah perbincangan hangat diantara mereka bertiga.

Flashback off

•••

To be continued

Where Are You? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang