25 (END)

330 7 0
                                    

Sekarang Yavia dan Anvilla sedang bersama Davian dan Dika, mereka menuju tempat yang Davian katakan.

Tak lama kemudian mobil yang ditumpangi mereka memasuki lobi sebuah rumah sakit.

Dika menurunkan Yavia, Davian dan Anvilla didepan pintu masuk, lalu menuju parkiran untuk memarkir mobil.

"Kita mau ngapain sih ke sini?" Tanya Yavia yang sudah penasaran mengapa kembarannya membawanya jalan-jalan ke rumah sakit.

Davian tidak menanggapi pertanyaan Yavia, ia memfokuskan pandangan ke depan.

Tak lama kemudian Dika muncul dari belakang, lalu mereka berempat berhenti di depan salah satu kamar.

Davian mengintip isi kamar dan meminta Yavia untuk masuk saat tau penghuni kamar itu sedang tertidur.

"Sekarang lo masuk, nggak usah brisik, jangan ganggu orang yang di dalam" pinta Davian.

"Kok gue sih, gue takut" jawab Yavia.

"Emang siapa sih?" Lanjut Yavia.

Tidak mendapat jawaban, Yavia langsung membuka pintu kamar dan melihat siapa sebenarnya orang yang tidak bisa ia ganggu.

1 detik

2 detik

3 detik

Yavia mematung, butiran air keluar dari kelopak matanya.

Yavia melihat sosok yang ia rindukan selama ini, tidak ada yang berubah dari laki-laki itu, hanya saja tubuhnya terlihat kurus.

"Bilang kalo ini cuma mimpi" seru Yavia dalam isaknya.

Tidak ada yang merespon, "bilang kalo ini cuma mimpi!" ulangnya dengan nada yang meningkat.

"Please, bilang kalo ini cuma mimpi" suara Yavia mulai serak dan memelan.

"Lo gak mimpi, maafin gue" ujar Dika.

Tangis Yavia semakin menjadi-jadi, ia berjalan mendekati Arga walaupun semakin dekat langkahnya semakin berat.

Yavia duduk di kursi yang terletak dipinggir kasur.

"Kamu dari mana aja?" Yavia memegang tangan Arga.

Yavia hanya mengeluarkan isakan kecil, tetapi telinga Arga begitu tajam, perlahan mata Arga mulai terbuka.

"Kamu dari mana aja?" Yavia kembali mengulang pertanyaannya.

Arga mematung, ia tidak bisa menjawab pertanyaan dari Yavia.

"Kamu kenapa diem?" Tanya Yavia lagi.

"Kam-.." ucapan Yavia tertahan saat jari Arga menyentuh bibirnya.

"Jangan nangis, maafin aku" pinta Arga.

Tapi, mendengar suara yang selama ini ia rindukan membuat air mata Yavia mengalir semakin deras.

Tangan Arga terulur menghapus air mata Yavia.

"Please, jangan nang-.."

"Dengerin aku!" Yavia memotong ucapan Arga.

"Kamu dari mana aja selama ini? Kamu tau gimana perasaan aku saat tau kamu udah gak ada? Kamu tau gimana penderitaan aku selama ini? Kamu tau kalo aku gak suka diboongin, tapi kenapa kamu boongin aku?" Yavia mengeluarkan keluh kesahnya.

Arga terdiam.

•••

"Kamu sakit apa?" Tanya Yavia.

Taman yang ramai menjadi hening bagi Yavia dan Arga.

"Aku bakal cerita semuanya," suara Arga terdengar berat.

Where Are You? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang