10

164 8 0
                                    

'Cewek bodoh macam apa gue ini, gue udah ngeraguin cinta Arga, cowok yang selama ini gue tangisin, ini pasti kebodohan terbesar yang udah gue lakuin.

Gue bodoh seharusnya gue lebih percaya sama ribuan tetes air mata gue buat Arga, bukan percaya sama setetes air mata Tasya.

Seharusnya gue lebih percaya sama ratusan air mata Arga yang udah gue hapus.

Nyatanya kebodohan gue harus membuat gue lebih percaya sama setetes air mata Tasya.

Bangkit Yavia, lo adalah cewek luar biasa milik seorang Rarga Kisova'

Flashback on

"APA?! Lo gak salah kan?" Ucap Yavia saat ia tidak percaya akan berita yang ia dengar.

"Oke, gue ke sana sekarang" Yavia memutuskan sambungan telepon.

•••

Saat didalam perjalanan yang melintas di pikiran Yavia hanyalah sanggupkah ia menatap wajah laki-laki itu.

Harapan Yavia hanyalah semoga ia kuat menatap wajah laki-laki itu.

Sekarang Yavia sampai ke apartemen yang senantiasa dihiasi kegembiraan kini memancarkan aura yang berbeda.

Aura kesedihan terpancar dari setiap sudut apartemen.

Apartemen ini memang ramai, tapi keramaian itu dihiasi kesedihan.

Yavia memasuki pintu apartemen itu, ia melihat Dika dan Anvilla, tapi bukan mereka tujuannya.

Pandangan Yavia tertuju kepada dia, Arga.

Yavia mendekati Arga, terlihat jelas air mata dan kesedihan yang sangat dalam.

Ya, ini adalah kesedihan terbesar Arga.

Arga tidak memiliki kakak ataupun adik, dan sekarang Tuhan mengambil orang tuanya.

"Kamu bisa ngelewatin ini semua" ucap Yavia dengan tatapan hangat saat Arga benar-benar manatapnya.

Arga menarik Yavia untuk duduk di sampingnya.

"I love you, sekarang tinggal kamu satu-satunya hal berharga yang aku punya, please don't go" ucap Arga pelan.

"Aku gak bakal ninggalin kamu sendirian, tapi kamu juga harus janji, buat gak pernah ninggalin aku" jawab Yavia.

"I promise"

Arga memeluk Yavia.

"Jangan sedih lagi, waktu itu kamu bilang aku gak boleh kasih tau siapa-siapa kalo kamu nangis, tapi kok sekarang kamu malah nangis sih, harus semangat dong" kata Yavia manja mencoba menghibur Arga.

Senyuman dibibir Arga hampir tidak terlihat, tapi Yavia yakin bahwa Arga baru saja tersenyum.

Yavia menghapus air mata di pipih Arga.

"Gak boleh nangis dong, nanti aku ikutan nangis" lanjut Yavia.

"Aku pengen ini adalah kesedihan terakhir aku, aku gak mau air mata kamu jadi kesedihan berikutnya buat aku, jadi jangan nangis" Kata Arga merespon kalimat terakhir yang dikatakan Yavia.

Yavia tersenyum tulus.

"Makasih buat kebahagiaan pertama setelah kesedihan hari ini" ucap Arga menanggapi senyuman hangat Yavia.

Senyum tipis itu kembali tercetak dibibir Arga.

Flashback off

'Arga, aku minta maaf'

Air mata penyesalan mengalir di pipih Yavia.

Anvilla di samping Yavia sudah menduga, air mata penyesalan itu cepat atau lambat pasti akan mengalir, karena Yavia yang Anvilla kenal tidak akan berpikir sempit, untuk menyalahkan Arga.

"Gue yakin Arga bisa maklumin itu" ujar Anvilla.

"Makasih ya, udah nyadarin gue" jawab Yavia.

"Lo salah, bukan gue yang nyadarin lo, tapi lo sendiri yang udah nyadarin diri lo sendiri, gue hanya perlu ngingetin apa yang perlu lo inget" jelas Anvilla panjang lebar.

Yavia memeluk Anvilla, Anvilla memang sahabat yang baik yang selalu ada untuk Yavia.

Walaupun Yavia selalu menangis di hadapan Anvilla, tetapi Anvilla selalu setia menghibur dan menghapus air mata Yavia.

•••

Oke guys, gak kerasa ya, 'Where Are You?' Sekarang udah 10 part, tetap semangat buat baca, jangan lupa vote, biar author tambah semangat lanjutin cerita ini.

Where Are You? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang