4

277 11 3
                                    

Author pov
Seperti biasa, hari ini di kelas Yavia semua guru hadir, tanpa kurang satu pun.

Sebenarnya saat semua guru hadir untuk mengajar di kelas, itu akan biasa saja, masalahnya di kelas Yavia semua mata pelajaran berhitung, fisika, kimia, matematika terkumpul di hari ini.

Apa boleh buat resiko anak IPA.

•••

Sekarang jam istirahat pertama, walaupun kimia dan matematika telah usai, setelah istirahat Yavia dan Anvilla harus berpacu dengan fisika.

Baru saja usai berhitung, keadaan memanas saat kantin sekolah yang luas milik Aquality Internasional High School sudah penuh.

"Kok tumben banget istirahat pertama kantin udah penuh" ujar Yavia.

"Kok sekarang gue nyesel ya, pilih jurusan IPA" keluh Anvilla.

"Makan di luar yuk, perut gue udah nangis nih" ajak Yavia.

"Ayo, lu traktir kan? Gue telpon Dika ama Davian yaa" jawab Anvilla.

"Oke, nanti minta Davian aja yang bayar" Setelah menelpon Davian dan Dika, Yavia dan Anvilla pun berjalan menuju parkiran.

•••

Saat sampai di parkiran sekolah, Anvilla dan Yavia langsung menuju ke mobil Davian.

Di mobil udah ada Dika sama Davian. Emang ya, dimana-mana cewek itu paling lama.

Setelah penantian yang terasa begitu lama, akhirnya mobil Davian memasuki parkiran salah satu resto dekat sekolah.

Tanpa menunggu lagi, keempat anak itu menyerbu pintu restoran dan segara duduk di meja yang masih kosong.

Karena dilanda kelaparan tak butuh waktu lebih dari 15 menit untuk menghabiskan makanan yang telah dihidangkan.

Setelah perut terisi penuh, sebelum kembali ke sekolah yang membosankan, keempat anak itu memutuskan mengisi sisa waktu istirahat di restoran tersebut dengan bercanda ria.

Sambil membicarakan beberapa topik pembicaraan yang tidak penting, beberapa kali terdengar tawa dari mereka berempat.

"Balik yuk, waktu istirahat tinggal sepuluh menit" Ajak Anvilla.

Setelah membayar mereka berempat langsung meninggalkan restoran tersebut.

•••

Ekspektasi memang terkadang tidak sesuai realita, kenapa?

Ekspektasi : seharusnya mereka berempat sudah tiba di sekolah setelah perjalanan selama 5 menit.

Realitanya : entah ini hari sial buat mereka atau apa, jalan yang biasanya sepi hari ini macet, karena itu, setelah 15 menit, mobil Davian masih diam di tempat tertahan macet.

"Kan udah gue bilang banyak ketawa itu gak baik" ujar Anvilla yang membuat Yavia, Davian dan Dika ingin menyumbat mulutnya menggunakan semua benda yang ada di mobil ini.

"Lo diem deh, simpan aja pepatah nenek moyang lo buat lo sendiri" ketus Dika.

"Apaan sih, mending sekarang kita bolos aja, karna kalo balik ke sekolah sekarang kita bakal makin apes" saran dari Anvilla.

"Balik ke sekolah aja, kan kalo di hukum, dihukum bareng" saran Davian.

"Kalo gue sih, balik aja, kalo dihukum kan, kita gak belajar fisika" kata Yavia mengarah ke Anvilla.

•••

Setelah 30 menit dalam kemacetan, akhirnya sekarang mereka berempat sedang berdiri berhadapan dengan guru piket.

"Kalian semua pergi bersihkan lapangan bulutangkis, kecuali kamu Davian, karna alasan persiapan olimpiade kamu dibebaskan dari hukum" kata ibu Selin si guru piket yang membuat Yavia, Anvilla dan Dika memberi tatapan tajam ke Davian.

Apalagi tatapan tajam dari Dika yang terlihat paling tajam diantara mereka bertiga.

•••

Keadaan memanas saat mereka ingin memulai kegiatan bersih-bersih tersebut, beberapa anak basket muncul, untuk mengajak Dika bergabung latihan untuk pertandingan sore ini.

Mau bagaimana lagi, sekarang di lapangan bulutangkis ini tersisa Yavia dan Anvilla.

"Gue ke kelas ya, lo mending latihan cheers buat pertandingan sore ini" kata Yavia yang tau kalo ada pertandingan basket berarti akan selalu berkaitan dengan tim cheers.

Dan Yavia memutuskan lebih baik masuk pelajaran fisika sebelum para anggota tim cheers datang mencari kapten tim mereka dan Yavia yang harus membersihkan lapangan bulutangkis sendirian.

•••

To be continues

Where Are You? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang