Jisoo merasa mual. Sejak tadi pagi berangkat kerja perutnya terus memberontak. Ia bahkan hanya sarapan sedikit yang membuatnya terkena omelan ibunya.
Ia berjalan lunglai menuju mejanya. Hah, rasanya ingin pulang cepat saja. Tapi mustahil mengingat pekerjaannya yang sedang menumpuk belakangan ini.
Magh? Jisoo tidak pernah magh sebelumnya.
Telat makan? Meski perutnya terasa tidak enak, tapi ia tetap menghabiskan sarapannya tadi.
Jisoo terduduk lemas. Ditambah kini kepalanya terasa pening.
"Kau kenapa?" tanya Sowon yang melihat Jisoo menenggelamkan kepalanya dengan dua tangannya.
Jisoo hanya menggeleng pelan.
"Kau sakit?" kali ini Nayeon bertanya. Gadis itu bergerak mendekati meja Jisoo.
Jisoo mengangkat kepalanya, "masuk angin kayaknya..." jawabnya dengan suara lemah.
"Aku bikinin teh anget ya cu?" tawar Nayeon. Jisoo tersenyum lalu mengangguk.
Seharian ini Jisoo tidak bergerak dari mejanya sama sekali. Saat jam makan siang pun, ia hanya meminta tolong temannya untuk membelikannya makanan dikantin.
Meski kesakitan, tapi syukurlah ia masih bisa menyelesaikan pekerjaannya. Ia jadi tidak perlu lembur atau membiarkan tugas-tugasnya menumpuk.
Bahkan pulang lebih dulu.
Kini Jisoo sedang menunggu bus untuk pulang. Ingin rasanya ia menelfon adiknya untuk menjemputnya. Tapi Mingyu sedang ada kelas.
Ia memegangi perutnya. Sudah lebih baik meski masih sedikit nyeri.
Matanya melihat sekeliling. Busnya tidak kunjung datang. Ia ingin cepat sampai rumah dan tidur sepuasnya agar sakit perutnya hilang.
Bukannya bus, ia justru mendapati pemuda yang biasa ia temui ikut menunggu bus. Ah, Jisoo tidak terlalu peduli dengannya. Rasa sakit diperutnya mengalihkan perhatiannya dari pria susu kotak itu.
Setelah bus datang Jisoo segera mencari tempat duduk. Karena baru jam 5, bus dipenuhi oleh banyak orang. Syukurlah ia masih mendapatkan tempat duduk.
Tak lama Jisoo menyadari sesuatu yang penting. Ia bergegas membuka ponselnya lalu melihat kalender disana.
Sial! Bagaimana bisa ia melupakannya? Pantas saja perutnya serasa melilit sejak pagi tadi.
Ditambah lagi, Jisoo rasa ia sudah tembus.
Jisoo panik bukan main. Beberapa halte lagi adalah pemberhentiannya. Keadaan bus sedang penuh-penuhnya.
Bagaimana caranya agar ia dapat turun dari bus dengan noda merah di rok birunya??
Wajahnya memerah. Entah menahan malu atau marah karena merutuki kebodohannya.
Bapak tua yang duduk disebelahnya bangun karena ia sudah sampai tujuannya. Lalu digantikan dengan seseorang yang Jisoo tidak tahu siapa.
Jisoo menunduk, memikirkan seribu cara untuk menutupi roknya.
Tiba-tiba orang disebelah Jisoo menumpahkan minuman ke tempat duduknya membuat rok bagian belakangnya basah.
Jisoo kaget bukan main. Ia sedang pusing memikirkan datang bulannya, ditambah lagi dengan roknya yang dibuat basah karena... susu strawberry?
"Ah maaf! Aku tidak sengaja!"
Jisoo menolehkan kepalanya pada sang pelaku. Dan dibuat kaget lagi karena orang itu adalah pemuda yang selama ini ia sebut dengan pria-susu-kotak.
Jisoo bisa saja diam untuk memperhatikan wajah tampan itu dari dekat, tapi waktunya kurang pas karena roknya yang basah.
Jisoo mengambil tisu ditasnya dan mengelap roknya meski hal itu sama sekali tidak ada gunanya.
Pemuda itu tiba-tiba menarik tangan Jisoo untuk berdiri dari duduknya, lalu tangan besar itu bergerak mengikat jaket yang tadi dikenakannya pada pinggang Jisoo.
Roknya yang basah kini tertutupi oleh jaket pria itu. Termasuk noda darahnya.
Jisoo memerah dibuatnya. Selain karena wajah mereka yang saat ini terlalu dekat, tapi juga karena perlakuannya.
Tunggu, apa ia sengaja menumpahkan susu strawberry itu?
"Aku benar-benar tidak sengaja... Maaf!" pemuda itu kembali berucap dengan wajah menyesal.
Jisoo hanya tersenyum kaku, "tidak apa-apa..."
"Kau turun disini 'kan?"
Eh?
Bagaimana ia tahu? Apa selama ini pemuda itu memperhatikannya seperti Jisoo yang memperhatikan pemuda itu?
Pfft... tidak mungkin!
"Benar..." ujar Jisoo, "ehm, jaketmu?" tanyanya.
"Kau bisa membawanya dulu..."
Jisoo tersenyum lalu bergerak turun dari bus. Ia dapat melihat pemuda itu menatapnya dari dalam bus. Tersenyum.
Jisoo memegang jaket pemuda itu dan wajahnya kembali memerah.
"Ah! Aku tidak menanyakan namanya?!"
Dasar bodoh...
Ia harus mencuci jaketnya lalu mengembalikannya esok hari.
Mereka berdua pasti bertemu lagi besok.
Jisoo berjalan pulang dengan langkah kaki yang ringan. Ia bahkan lupa kalau sekarang perutnya sedang memberontak.
🍓
oops! double update hehe...
KAMU SEDANG MEMBACA
susu strawberry
Fanfiction[✔️] sekotak susu strawberry yang mempertemukan mereka.