1

1.1K 38 17
                                    


Malam ini adalah hari pertama seorang Agatha Samantha, Gatha panggilnya.  Melakukan bimbel di salah satu tempat bimbingan belajar yang bernama.  Bintang Indonesia.
Bersama dengan salah satu teman dekatnya dari masa sekolah menengah pertama. Julia Debrina, Juli panggilnya.

Dengan mengendarai motor ninja berwarna putih tulang kesayangannya.  Gatha pamit kepada  bundanya untuk pergi menuju tempat bimbel tersebut.

"Pergi dulu bun." Gatha salim kepada bundanya. Yuna Rita,  bunda dari Gatha dan Zivan kembarannya.  Bunda mengangguk seraya mengusap kepala Gatha. 

Gatha mencomot roti isi Nutella yang sudah disiapkan bunda diatas meja keluarga dan langsung membetulkan letak tali tasnya dan menyambar kunci motor ninja kesayangannya yang berada di atas nakas ruang tamu.  Kunci motor bertuliskan lafadz Bismillah itu segera dimasukkan kedalam knop kunci motor dan Gatha segera tancap gas menuju rumah Juli yang hanya beda dua gang dari gang rumahnya.

Sesampainya di rumah Juli.  Gatha melepas helmnya dan ia letakkan di depannya,  dengan sedikit membungkuk ia memanggil sang empu dari luar dengan berteriak sekencang mungkin. 

"JULI, JULI, JULI."

Sedikit kurang sopan, tetapi biarlah itu menjadi ciri khas seorang Gatha.  Hanya tinggal menunggu  sang empu keluar dari rumahnya sudah cukup dengan tiga kalimat tersebut.  Dua menit kemudian, Juli sudah berada di atas motor ninja Gatha.

"Besok lu teriak lagi,  gue gak bakal keluar. Kebiasaan lo mah! Gue gak budek juga kali."

Itulah ucapan protes dari Juli disaat Gatha kerumahnya dan memanggilnya secara berteriak.  Kalian tahu apa respon yang Gatha berikan?  Hanya gumanan biasa yang menandakan persetujuan.  Tapi,  keesokan harinya disaat Gatha mengunjungi rumah Juli pasti akan melakukan hal sama lagi.  Berteriak dari luar,  dan ia tidak mau menelepon atau memencet bel rumah Juli.

Hanya butuh waktu sepuluh menit dari rumah menuju tempat bimbel Bintang Indonesia.  Sudah kelas dua belas adalah wajibnya untuk bimbel sana-sini,  otak mulai tempur kembali untuk mendapatkan balasan yang setimpal setelah satu tahun perjuangan untuk mendapatkan jalur undangan terlebih dari fakultas negeri.  Semoga saja.  Aamiin.

Saat masuk ke kelas bimbel,  kelas masih sepi hanya ada satu orang laki-laki yang duduk dipojok kelas.  Gatha dan Juli menempati bangku di tengah-tengah dan bersebelahan.  Setelah dipastikan beres semua,  seperti buku dan pulpen sudah ada diatas meja.  Mereka melanjutkan percakapan disekolah yang sempat terhenti.

"Jul, Jul," panggil Gatha, tapi dirinya fokus kepada ponsel yang sedang ia pegang.  Juli menoleh sekilas dan berguman sebagai tanda mengiyakan karena ia pun sedang fokus main ponsel juga.  "Eh kira-kira Dia les dimana ya? Gue penasaran masa pas tadi si Cantika nanya ke Dia soal tempat les Dia." Gatha mematikan ponselnya dan ia letakkan diatas buku lalu kedua tangannya ia gunakan sebagai penopang dagunya.

"Aturan tadi lu ngupingnya lebih deket lagi supaya dengarnya lebih jelas,  kalo perlu ikut gabung sama mereka." Kemudian Juli tertawa meledek kepada Gatha.  Gatha hanya memajukan bibirnya.

"Ishh, malu lah,  iya kali," desis Gatha.  Ia pun meletakkan kepalanya diatas tangannya yang ia lipat.  Juli hanya tertawa kecil.

"Iya udah,  besok gue suruh Vira tanya deh.  Oke?"

"Dari dulu gue mau bilang cuman mager ke kelasnya aja,  untung dia sepupunya," gantian Gatha yang sekarang nyengir.

Tiba dipercakapan akhir,  seorang guru masuk dan ternyata saat Gatha melihat sekeliling ternyata kelas sudah ramai.  Guru tersebut langsung memulai belajarnya.  Asyik dengan perkenalan karena Gatha dan Juli murid baru.  Ada yang memecah keasyikan tersebut.

"Sori, sir. Saya telat," ucap orang tersebut.  Gatha dengan Juli menoleh.  Gatha rasa ia kenal dengan orang lebih tepatnya laki-laki tersebut.

Gatha sedikit menundukkan kepalanya untuk melihat siapa laki-laki tersebut karena ia menggunakan topi.

Damn!

"Gath,  Gatha.  Itu kan,  Devan," bisik Juli. Badannya ia miringkan ke Gatha di sebelahnya. Gatha hanya bisa memejamkan matanya tanda bingung,  senang,  ragu,  malu,  ah pokoknya campur aduk. 

Apa ini serius itu adalah Dia?  Dia adalah Devan.  Devan Danial,  laki-laki yang sedang membuat hati Gatha terisi setelah lama kosong. Dan sekarang ia satu tempat bimbel dengannya.  Sudahlah,  Gatha akan menderita penyakit  jantung karna terus berdebar jantungnya. And all the questions from Gatha have all been answered. 

"Gatha?" panggilnya. Gatha mendongak perlahan sehabis ia menundukkan kepalanya.  Ternyata dia duduk disebelah Gatha.  Oh tuhan! Makin tidak karuan saja hati Gatha.

"Eh elo,  Dev. Ternyata les disini?  Bareng ya." Very awkwardly. Juli disebelah sudah mencolek lengan Gatha dengan pulpennya berkali-kali. 

"Iya dong,  dunia sempit ya, sampe gue sama elo bisa ketemu disini lagi.  Semoga gak bosen ya." Tawanya garing. Gatha hanya tersenyum miring, padahal dalam hatinya ia sangat sangat G U G U P. 

"Eh, hai Juli," sapa Devan, ramah. Juli disebelah Gatha tersenyum.

"Eh? Haii, Dev," balas Juli, seramah mungkin.

Hati Gatha mencelos. Ia bingung harus bersikap seperti apa kedepannya. Berada di dalam dimensi yang sama dengan seseorang yang kita harapkan kembali kehadirannya, di hati. Apa bisa Gatha menahan gejolak yang semakin tumbuh setelah orang itu tidak punya perasaan apa-apa lagi kepada Gatha?

"Tolong Devan dan Gatha keep silent," kata guru pengajar tersebut.  Gatha dan Devan mengangguk.


***

My first story. Ayo di vote dan komen ya guys. :)
100% dari imajinasi ku ya,  kalau ada kesamaan mungkin tidak disengaja :) maafin ya.
Maafkan Typo bertebaran.
24/11/17

Late Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang