10

277 22 16
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Gatha sedang membereskan bukunya dan mengecek kembali supaya tidak ada yang tertinggal.

Masalahnya yang bisa membuat sangat fatal jika buku pelajaran hari ini tertinggal adalah ia tidak bisa belajar malam ini untuk ulangan esok hari.

"Gath, cepetan." Kata Juli tidak sabaran.

"Sabar woy," Gatha geleng-geleng kepala. "Jul, kunci motor gue mana ya?" Tanyanya.

Gatha mencari-cari keberadaan kunci motornya, bolak-balik ia membuka tasnya, lalu merogoh di saku roknya dan meraba kolong mejanya. Perasaan tadi ia letakkan di kantung roknya, kenapa sekarang jadi tidak ada.

Juli menoleh saat Gatha memanggil namanya. Juli mengamati secara teliti tempat-tempat kecil seperti di kantung tas depan, kolong meja, untuk mencari keberadaan kunci motor Gatha.

Juli menggeram kecil disaat ia melihat kunci motor Gatha berada di tangannya sendiri. Dasar pikun. Batin Juli.

"Buka telapak tangan kanan lo." Suruh Juli. Gatha membukanya dan langsung tersenyum.

"Oh iya, kan daritadi gue pegang, kok tolol sih gue, ckckckck." Gatha geleng-geleng kepala. Setelah itu Gatha bangkit, dan berjalan keluar kelas menuju parkiran bersama Juli.

Tatkala baru saja ingin menuju parkiran, Gatha melihat Riska yang sedang bersama Meli. Pikirnya, bahwa mereka juga ingin pulang.

"Jul, ke Riska dulu yok?" Ajak Gatha dengan senyum terindah yang menurutnya bisa membuat Juli luluh. Jijik kali, yang padahal senyumnya gak ada bagus-bagusnya sama sekali.

"Hah?" Juli menatap jijik Gatha seraya terus berjalan menuju Riska yang berada di luar gerbang. "Senyum lo itu, gak usah ditunjukin bikin gue enek," Juli memutar bola matanya.

"Eheheh, iya udah, ayo."

"Iye."

Entah ide konyol apa yang terlintas di pikiran Gatha secara tiba-tiba. Ia mengejutkan Riska yang jelas-jelas tidak bisa dikejutkan dan akhirnya terkejut.

"Dworrrrrr!"

"AAAAHHH-" Kejut Riska. Riska menutup matanya. "Meli, itu siapa? Jangan-jangan itu setan yang lagi kita omongin barusan, datengg..."

Merasa ada yang tidak beres karena keterkejutan Riska. Gatha malah menambah menakuti-nakutinya, begitu juga dengan Juli yang malah ikutan. Mereka berdua sama saja.

"Hihihi... Riska, kasih tau hantu tentang sesuatu, hihihi." Itu kata Juli.

"Tentang pengoreksi nilai Gatha. Hihihi, siapa yang mengoreksi? Hihihi." Gantian ini kata Gatha.

"Iya, tu, iya. Ini mau kasih tau,"

Meli yang ikut tutup mata seperti Riska, merasa ada yang tidak beres. Masa iya hantu minta mau tahu tentang nilai. Meli membuka mata, tanpa disangka-sangka Meli berteriak kesal.

"Gathaaaa.. Juliii.. pea lo, gue kira setan beneran."

Riska membuka matanya juga. "TAI, GUE KIRA SETAN."

Gatha dan Juli tertawa keras.

"Eh, lo pada gak malu apa? Diliatin sama orang-orang." Kata Juli sambil terus mengatur nafas karena tertawa akibat kelakuan Gatha.

"Bangke lo berdua." Rutuk Meli.

Gatha dan Juli akhirnya mengajak Meli dan Riska ke kantin, ia ingin percakapan ini tidak boleh ada orang yang mengetahui tentang nilainya yang jelek.

"Ris, nilai gue yang koreksi anak kelas lo kan?" Tanya Gatha langsung disaat baru saja Riska mendudukkan bokongnya di kursi kantin.

"Set dah, gue baru otw duduk. Lo main nanya aje," protes Riska sambil geleng-geleng kepala.

Late Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang