14. Broken Promise

204 19 12
                                    

Gatha kembali ke kelas setelah bel berbunyi. Ia kembali ke kelas seorang diri karena ingin meminta maaf kepada Devan yang yang dikerjai oleh Panji dan dirinya.

Gatha melihat Devan sedang berkutat dengan ponselnya dan telinganya di sumpal oleh earphone.

Gatha menggoyangkan badan Devan. Devan menoleh ke samping dan melepas earphone-nya. "Apaan?" Ada suara yang bercampur dengan sedikit rasa kesal, dan itu bisa dirasakan oleh Gatha.

"Jangan marah dong, maaf ya, Dev." Gatha berminta maaf lalu nyengir.

Devan memperbaiki duduknya dan ia menaikkan sebelah alisnya. "Kabulkan satu permintaan dulu."

Ya ampun, harus ngabulin satu permintaan dulukah? Plis, jangan yang aneh-aneh.

"Apa?" Balas Gatha dengan muka yang sudah pasrah.

"Mulai sekarang lo gue anter berangkat-pulang sekolah sama gue. I don't accept rejection."

Gatha sedikit terkejut. "Harus banget ya?" Gatha memajukan bibirnya. "Kalo gue mau pergi sama temen gue gimana? Masa lo ngikutin gue juga."

"Biarin, biar lo ada yang jagain. Supaya lo senantiasa sama gue dan aman."

Aman-aman, enak bae lo ngomong, malah gue ngeri. Niatnya mau ngasih jarak sama lo malahan mulai besok lo jadi tukang ojek gue.

"Enteng banget tuh mulut bilang gitu." Gatha melirik Devan.

"Mau gak nih?"

Gatha menghembuskan nafasnya. "Oke."

"Berarti nanti lo pulang sama gue ya?"

Gatha langsung menoleh seketika. "Jangan sekarang, besok ajaa pliss." Gatha memohon kepada Devan. Masalahnya kalau ia pulang sama Devan hari ini dan sebelumnya tidak izin akan kena ceramah.

"Hmmm..." Devan tampak sedikit terlihat berpikir. "Oke-oke."

"Udah ya, jangan ngambek lagi." Gatha akhirnya pergi meninggalkan Devan dan
Devan tersenyum.

"Akhirnya gue bisa bareng lo lagi, bukan Panji yang bisa nganterin lo pulang kayak waktu itu lagi." Devan akhirnya kembali ke tempat duduk.

***

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Gatha melihat sekeliling dalam rumahnya, yang jawab salam ada, tapi orangnya tidak ada.

"Siapa yang jawab?" Guman Gatha.

"Dworrrrrrrrrrrrr."

"HAA!" Kejut Gatha dan langsung memukul bahu Zivan. "Kebiasaan ngagetin mulu ih."

Zivan nyengir. "Hehehe, maaf. Sini, sini tasnya gue bawain." Zivan mengambil tas yang menyelempang di bahu Gatha lalu ia berlari menuju lantai dua.

"Jatoh sukur lo lari-larian." Gatha menyusul Zivan menuju lantai dua.

Setelah Gatha membersihkan dirinya kurang lebih setengah jam, Gatha merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Zivan yang sudah lebih dulu merebahkan dirinya di tempat tidur akhirnya merubah posisinya sedikit untuk memberikan sedikit keluasan untuk Gatha.

"Ziv, gue minta izin banget sama lo ya, plis izinin." Celetuk Gatha dan Zivan menoleh seketika.

"Apaan?"

Late Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang