Kaki jenjangnya yang dihiasi oleh stiletto hitam berderap di lantai lobi utama sebuah hotel mewah. Tubuh langsingnya dibalut oleh gaun ketat berwarna merah marun selutut, menampakkan kulit putih serta lekuk tubuhnya yang begitu sempurna, hingga menyita perhatian beberapa laki-laki yang kini menatapnya dengan mulut setengah terbuka.
Kilatan putih terpancar dari kamera milik reporter yang terus memotret dirinya. Abriella Kirana berhenti melangkah, kemudian melepas kacamata hitam yang bertengger manis di hidungnya dengan anggun.
"Usaha anda di bidang mode dan juga kuliner bisa dibilang begitu sukses. Bagaimana perasaan anda ketika bisa menjadi seorang fashion designer ternama namun juga sebagai salah satu chef yang dikenal oleh seluruh dunia?"
Bibir merahnya menyunggingkan senyum manis. Kirana memandang wajah reporter di hadapannya secara bergantian. "Saya bahagia, dan sangat bersyukur tentunya. Semua ini bisa saya dapatkan karena dukungan dari orang-orang yang saya sayangi."
"Apakah orang yang anda maksud adalah seseorang yang selama ini selalu anda sembunyikan dari media?"
"Ya, dan dia ada di sini sekarang."
Sontak, seluruh pasang mata memandang Rana dengan begitu terkejut, sedetik kemudian pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan padanya secara beruntun bak dengungan lebah yang bergerumun. Sebelum akhirnya suara langkah kaki milik seseorang yang datang dari ambang pintu masuk utama mengalihkan perhatian mereka.
Seulas senyum manis langsung menghiasi bibir merah Rana, ketika sosok itu berjalan mendekat dan meraih pinggang mungilnya dengan satu dekapan hangat.
"Siapa anda?"
"Apakah anda adalah kekasihnya?"
"Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?"
"Mengapa anda akhirnya memutuskan untuk memunculkan diri di depan media?"
Pertanyaan demi pertanyaan itu kian terucap, namun tidak ada satupun yang terjawab. Kirana mendongak, menatap rahang tegas milik laki-laki yang kini berdiri di sampingnya tanpa suara. Detik demi detik berlalu ketika akhirnya laki-laki itu membuka mulut, yang justru membuat Rana melebarkan mata hingga nyaris copot.
"Saya..... BLACKPINK IN YOUR AREA."
Eh?
Rana melotot. Tunggu, kenapa suaranya seperti itu?
Ia berkedip, sekali... Dua kali... Masih sambil menatap mulut laki-laki yang terus saja bergerak. Namun bukannya suara bariton khas laki-laki yang terdengar, mengapa malah suara berisik seperti itu?
"Kamu ngomong apa sih?" Rana berusaha bertanya walaupun saat ini dirinya terlihat sangat konyol karena wajahnya menampakkan kebingungan yang begitu kentara.
Laki-laki itu menoleh dan berbicara padanya, semakin membuat mulut Rana melongo sempurna.
"BOOMBAYAH! YAH YAH YA YA YA YA YA YA YAH... OPPA!"
Rana menoleh ke kanan kiri, membagi pandangan antara reporter dan laki-laki disampingnya. Suara itu kian menggema di telinga, semakin lama semakin nyaring hingga nyaris membuat kepala Rana terasa ingin pecah.
Rana menutup kedua telinga, namun anehnya suara berisik itu justru semakin mendekat dan semakin keras. Lama kelamaan tubuh Rana seperti ditelan oleh lingkaran medan magnet yang begitu kuat. Menariknya pada tingkat kesadaran yang perlahan-lahan muncul.
Rana membuka mata lebar ketika lagu "Boombayah" milik blackpink yang ia gunakan sebagai nada alarm dari ponselnya telah mencapai puncak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouvaille
Teen FictionSemenjak kehilangan kedua orang tua, Abriella Kirana tidak pernah lagi memandang kehidupan dengan cara yang sama. Baginya, hidup adalah abu-abu yang bergumam sendu. Ia lupa caranya bahagia, lupa bagaimana cara mengeja tawa, lupa bagaimana cara berha...