Dua minggu sudah Rasva pindah ke sekolah ini. Selama ini ia hanya mengamati dan melihat tanpa berbicara ataupun melakukan sesuatu yang berguna menurutnya. Hanya bercerita, pergi ke kantin, ke perpus dan hanya berkeliling bersama Kinan dan Alvin.
Ya Alviano Argajati, anak baru juga sama seperti Rasva. Lebih tepatnya ia datang 3 hari setelah Rasva datang ke sekolah ini. Akrab di sapa Alvin. Mereka dekat karena saat pertama kali masuk Alvin sudah terlambat bersama Rasva. Jadi menurut mereka, anak baru yang telambat boleh berteman apalagi mereka satu kelas.
"Kenapa banyak yang suka bully bully disini? Apa gak ada yang ngelarang?", tanya Rasva sambil menunjuk ke arah beberapa anak yang mengerjai temannya.
"Mungkin karena mereka kaya dan notabene anak orang kaya jadi mereka berani melakukan hal itu.", ucap Kinan santai sambil menyeruput teh gelas miliknya.
"Kenapa gak ada yang membela mereka??", tanya Rasva lagi. Bagi Rasva, di dunia ini harus adil apalagi untuk masalah seperti ini, ia paling benci suatu hal yang di anggapnya dapat membuat matanya pedih meskipun ia tak kenal siapa yang di bully itu.
"Siapa yang berani? Ras dengerin gue, mereka itu anak orang kaya, banyak dari mereka itu hanya anak beasiswa, sekalipun mereka berkutik beasiswa mereka bisa dicabut. Sekalipun elo anak pemilik sekolah ini, susah buat membantu mereka.", jawab Kinan dengan serius tapi sedikit pelan.
Rasva hanya mangut mangut mengerti.
"Vin, udah ngerjain tugas kelompok belum?", tanya Kinan.
"Tugas kelompok yang mana?", jawab Alvin sambil megingat ngingat.
"OIYAAAAAA, MAMPUS GUE LUPA,", lanjut Alvin, ia langsung berlari terbirit-birit menuju bangkunya.
"Anterin saya ke toilet dong Kin.", ajak Rasva.
"udah dua minggu disini logat lo masih aja formal, coba deh lo pake bahasa yang gak kaku, ntar gue anter ke toilet, lo udah kebelet kan?" tanya Kinan.
"Kin, anterin aku ke toilet, ayo", Rasva menggandeng tangan Kinan kemudian berlari karena sudah tidak tahan.
****
Rasva sudah selesai dari toilet, namun keberadaan Kinan tidak terdeteksi disini. Ia melihat kesana kemari, kana kiri ia mencari Kinan, namun batang hidung Kinan tak terlihat sama sekali. Kemana ya Kinan, perasaan tadi saya minta antar deh, pikirnya.
Tanpa di sadari Rasva, ia berjalan tanpa melihat sekelilingnya, dan ....
BRUKKKK..
"AUUUU, SAKIT BEGOO!!", teriak orang itu yang ternyata wanita. Rasva berhenti berjalan lalu menoleh. Terlihat orang terjatuh dan ternyata ia menabraknya lalu membuatnya terjatuh, dan terlihat lutut wanita itu terluka.
"Maaff, saya tadi tidak sengaja.", ucap Rasva.
"Maaf maaf, lo kira kulit gue yang sekarang udah gak mulus ini mudah apa ngilanginnya.", ucap cewek itu marah marah.
"Maaf tapi saya tadi beneran gak sengaja..", ucap Rasva lagi.
"Apa lo sengaja, lo iri sama kecantikan gue? HA?", lanjut cewek itu.
"Saya beneran gak sengaja, Maaff.", ucap Rasva menundukan kepala.
"Lo sengaja ngebuat lecet kulit Sisca, berani banget sih lo.", lanjut teman di samping nya. Ohh, jadi ini yang namanya Siska, pikir Rasva.
"Woyy, malah bengong! Lo sengaja? Kalo gak suka sama gue, bilang aja!", teriak cewek yang diketahui bernama Sisca ini.
"Udah sis, nanti aja gue urus ni anak, lutut lo bersihin dulu.", ucap Shela salah satu teman Siska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir atau Kebetulan
Teen FictionIni bukan hanya cerita tentang pertemuan seorang wanita dengan lelaki, tapi juga tentang sebuah takdir yang pada nyatanya bukan sekedar kebetulan. Cerita ini bercerita tentang kisah pilu sebuah keluarga, pahit manisnya sebuah persahabatan, juga rumi...