"KAKAK TOLONG, KAKAKKKKKK TOLONGG, TOLONGIN CACAA KAKKKKK TOLONGGGGG..."
"KAKAKKKK TOLONGGG!!!!!!!"
DOR.. DOR.. DOR..
Tembakan keras itu kembali terdengar, darah berceceran dimana mana.
"Errrgghhh..", seseorang itu menggerang.
"Tuan, tuan," ucap supir itu.
"Maaf tuan, anda sudah sampai."
Orang itu mengangguk, lalu mempersiapkan diri, menghapus kringat yang ada di dahinya. Tadi gue ketiduran? untung cuma mimpi, batinnya. Ia mulai beranjak lalu memasuki rumahnya itu.
"Selamat datang Tuan Billy, bagaimana kabar anda?", sapa ramah pelayan itu yang sepertinya sudah sangat mengenal seorang yang bernama Billy itu.
Billy mengangguk, "Alhamdulillah pak, Bapak sendiri bagaimana?"
"Saya baik tuan, Nona sudah datang dari 3 minggu yang lalu."
Billy tersenyum sumringah, "Dimana dia?"
"Sedang di ruang tamu tuan sedang nonton Tv."
Billy berlari menuju ruang tamu, ia tak sabar bertemu seseorang yang sangat ia sayangin itu.
****
Rasva baru saja keluar dengan Kinan, mencari kado untuk Alvin katanya. Sesampainya dirumah ia langsung membersihkan diri setelah itu turun dari kamarnya untuk menonton televisi sambil makan cemilan, menurutnya itu adalah cara ampuh untuk menggemukan badan.
"Makanan makanan makanan.." ucap Rasva sedikit bersenandung.
Ia menuju dapur, lalu membawa berbagai snack makanan.
Kemudian ia menyalakan televisi nya,
"Yupi mana yupi.." ia mulai mengacak acak dan tak menemukan permen yupi nya, ia beranjak dari tempat nya menuju dapur untuk mengambil yupinya.
Saat Rasva kembali.
BUG!
Rasva tersentak. Sapa nih? Kok meluk tiba-tiba? Batinnya.
"Gue kangen dekk.", ucap lelaki itu. Ia melepaskan pelukannya.
Rasva terdiam, "Kak Billy?", Billy mengangguk.
Rasva melongo. Ia meraih Billy, memeluknya erat. Billy juga membalas pelukan itu. Terlihat begitu hangat.
"Kangennn..", teriak Rasvaa mempererat pelukannya.
"Ga..akk.. bi..saa.. na..pa..ass.", nafas Billy mulai sesak. Seketika Rasva melepaskan pelukanya. "Sorry."
"Bicara berdua yuk.", ajak Billy, "bicara dimana?". Billy menunjuk ke arah atas,Rasva mengangguk kemudian mereka menuju tempat itu.
****
"Nih.. dari Bi Inah." ucap Rasva memberikan segelas coklat panas untuk kakaknya itu.
"Yoi, makasiii.",
Mereka sama sama terdiam.
"Oke..", Billy membuka pembicaraan. "Maaf, gue gak bisa nolong lo waktu itu. Maaf..", Rasva tersenyum, mengusap punggung Billy pelan.
"Maaf juga ya kak, waktu itu aku udah bikin orang banyak termasuk kakak sedih." Ucap Rasva berkaca kaca.
Billy menatap adiknya itu, "Lihat mata kakak.", Rasva menoleh menghadap kakaknya itu.
"Banyak orang yang sayang sama lo, lo gakboleh merendah diri kayak gitu. Gak boleh, inget, Mama sama Papa banyak berjuang, demi kita, jadi lo gak boleh sedih sedih lagi. Udah cukup bagi kakak, 7 tahun bukan waktu yang singkat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir atau Kebetulan
Teen FictionIni bukan hanya cerita tentang pertemuan seorang wanita dengan lelaki, tapi juga tentang sebuah takdir yang pada nyatanya bukan sekedar kebetulan. Cerita ini bercerita tentang kisah pilu sebuah keluarga, pahit manisnya sebuah persahabatan, juga rumi...