1. THE VERY BEGINNING

47.8K 2.7K 66
                                    

"Udah bangun? Merasa lebih baik?" tanya Leander sambil menyesap kopi di tangannya.

"Hmm," gumam Ranice tidak jelas. Gadis itu berjalan gontai menuju meja makan, menarik kursi di seberang Leander dan duduk dengan lesu.

"Aku nggak punya persediaan bahan makanan apa-apa, jadi kalau kamu lapar delivery aja." Leander berkata sambil sibuk memeriksa ponselnya.

"Aku nggak lapar," ujarnya lesu. Gadis mana yang berselera untuk makan ketika semalam baru saja menghadiri acara pernikahan tunangannya sendiri? Salah, mantan tunangan tepatnya! Dan di sinilah dia berada pagi ini, terbangun di apartemen pria lain dengan kepala pening seperti ditimpa berton-ton karung beras.

"Masih pusing?" tanya Leander melihat Ranice hanya memegangi kepalanya tanpa melakukan apa pun.

"Hmm." Gadis itu mengangguk.

"Salah kamu sendiri! Udah tahu nggak pernah minum alkohol, kamu malah nekat menenggak sebelas gelas berturut-turut. Masih bagus kamu nggak kena serangan jantung mendadak, Rae!" ujar Leander pedas. Padahal dalam hati dia menyalahkan dirinya sendiri. Kalau saja semalam dia tidak mengajaknya ke Exo, maka gadis itu tidak akan sampai mabuk parah seperti ini.

"Maaf," ujarnya singkat. Malas berdebat dalam kondisi seperti ini.

"Coba dibaca." Tiba-tiba Leander menyodorkan setumpuk berkas ke hadapan Ranice.

Gadis itu menerimanya dengan tatapan bingung, tapi tetap memaksakan diri untuk membacanya meski dengan kepala berdenyut. Setelah lima belas menit mencoba membaca semua isi berkas yang diberikan oleh Leander, Ranice menarik nafas panjang kemudian menghelanya dengan berat. Kepalanya yang sejak tadi sudah terasa berat, kini rasanya siap untuk pecah.

"Buat apa ini?" tanyanya tidak mengerti.

"Perjanjian pranikah," jawabnya datar.

"Aku tahu. Maksud aku kenapa isinya begini?" Tentu saja dia tahu ini perjanjian pranikah, dia ini hanya patah hati, bukan buta huruf. Di lembar pertama berkas itu saja sudah tercetak jelas dengan tulisan besar dan tebal. PERJANJIAN PRANIKAH.

"Tanyain aja bagian yang kamu nggak ngerti. Kalau ada hal yang kamu nggak setuju atau ada syarat yang mau kamu ajuin, bilang aja."

"Kalau gitu aku akan tanya satu-satu. Di sini tertulis, pihak pertama dan pihak kedua akan terikat kontrak selama lima tahun. Jika selama kontrak ini berlangsung terjadi satu dan lain hal, pihak pertama berhak mengajukan perpanjangan masa kontrak kepada pihak kedua. Apa maksudnya ini?"

"Aku udah pernah bilang, aku minta kamu untuk membantu aku selama lima tahun, dengan harapan selama itu aku akan berhasil meyakinkan Papa Mama bahwa pernikahan kita nggak bisa berjalan dengan baik. Tapi kalau ternyata waktu lima tahun itu belum cukup, kamu harus membantu aku lagi untuk beberapa tahun berikutnya."

"Kalau ini," ujar Ranice sambil membalik-balik kertas dan menunjuk pada halaman keempat. "Selama masa lima tahun kontrak pernikahan, pihak pertama dan pihak kedua akan tinggal bersama di rumah yang di beli oleh pihak pertama. Setelah kontrak selesai, rumah tersebut akan jadi milik pihak kedua. Lalu bagian ini, pihak pertama akan memberikan dua puluh persen dari semua harta yang dimilikinya kepada pihak pertama. Aku nggak butuh semua ini, Lee. Aku nggak pernah minta hal-hal semacam ini dari kamu." Ranice mengajukan keberatannya.

"Kamu nggak minta, tapi aku merasa wajib untuk memberikannya. Kamu akan sangat banyak membantu aku, dan kamu berhak mendapatkan itu. Anggap aja sebagai sebuah keuntungan yang bisa kamu peroleh dari pernikahan ini." Leander menyandarkan bahunya di sandaran kursi, lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aku nggak melakukannya dengan maksud mengincar keuntungan dari kamu, Lee."

"..." Leander hanya mengangkat bahunya tidak peduli. Baginya ini adalah hal yang adil.

"Gimana dengan ini, kedua belah pihak dibebaskan menjalin hubungan dengan siapa pun selama tidak menimbulkan kecurigaan yang akan merugikan kontrak ini?" Ranice kembali membacakan potongan dari surat perjanjian yang masih dipegangnya itu.

"Kamu udah tahu dengan jelas kalau aku akan tetap berhubungan dengan Becky, karena itulah salah satu alasan pernikahan ini dilakukan. Dan itu berarti, kamu juga bebas berhubungan dengan pria mana pun yang kamu mau. Bahkan dengan Theo sekalipun. Aku nggak akan keberatan. Yang penting, nggak boleh sampai ada orang yang menaruh curiga dan menimbulkan masalah buat kita."

"Oke, satu pertanyaan terakhir. Tidak ada anak dalam pernikahan ini, dan tidak ada kewajiban untuk melakukan hubungan suami istri. Tetapi jika pihak kedua sampai kedapatan hamil, maka pihak pertama berhak mengajukan gugatan atas pelanggaran kontrak. Kenapa begini, Lee?"

"Kalau kamu sampai hamil, pada akhirnya hal itu akan berpotensi menimbulkan kecurigaan. Beruntung kalau anak yang akan lahir nanti wajahnya mirip kamu, mungkin nggak akan jadi masalah. Tapi kalau anak itu nanti malah mirip dengan pria yang berhubungan dengan kamu, yang artinya wajahnya nggak mirip sama kamu apalagi aku, itu bisa memicu kecurigaan orang-orang. Karena itu aku berhak meminta kamu mengugurkannya, atau kalau kamu keberatan aku berhak mengajukan gugatan." Leander menjelaskan tanpa perasaan sama sekali.

Seketika itu hati Ranice terasa sakit. Sakit oleh perkataan Leander yang terkesan merendahkan dirinya, karena dengan kata lain Leander berpikir bahwa dirinya akan bersedia tidur dengan laki-laki lain yang bukan suaminya.

***

Follow IG @ellewangstories untuk mengetahui cerita-cerita lainnya, melihat visual tokoh, dan mengikuti perkembangan terbaru seputar proyek yang sedang dikerjakan.

Artificial WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang