Kami sama-sama tahu untuk siapa hati kami, jadi kami tidak akan saling menuntut apa pun lebih.
"J, bangun!" Ranice mengguncang tubuh Juro yang masih terbalut selimut hingga batas dagunya. Ranice sudah terbiasa menerobos rumah Juro dengan seenaknya. Tante Mayang tidak pernah keberatan jika Ranice mengganggu tidur nyenyak putranya yang pemalas itu.
"Apa sih? Masih pagi ini, ngantuk." Juro bergumam malas.
"J, ayo bangun dong," bujuk Ranice.
"Rae, balik gih ke seberang. Ngapain ke sini pagi-pagi, kayak nggak punya kamar sendiri. Ganggu orang aja!" balas Juro kesal.
"Nggak mau, J! Aku butuh bantuan kamu. Kamu harus bangun sekarang juga, terus temenin aku ke suatu tempat," pinta Ranice sambil mulai menarik-narik selimut yang dipakai Juro.
"Shh, Rae! Sumpah ganggu banget ya! Mau apa sih?" Juro mulai membuka matanya meski berat.
"Aku mau nikah, J," balas Ranice enteng, dengan yang sama yang biasa dipakainya jika meminta Juro menemani dirinya makan es campur kesukaannya.
"What?!" Perkataan Ranice berhasil membuat semua nyawa Juro yang masih beterbangan, terkumpul dalam sekejap. Juro terlonjak dan segera duduk di ranjangnya. Selimutnya dilemparkan ke sembarang arah. Diguncangnya bahu Ranice berkali-kali. "Lo bilang apa?! Mau nikah?! Sama siapa?! Gimana caranya?!" cecar Juro berang.
"J, satu-satu nanyanya," ujar Ranice sambil tersenyum santai. Membuat Juro ingin menghantam wajah cantik di hadapannya itu dengan lampu kecil di sebelah tempat tidurnya.
"Oke, lo mau nikah sama siapa?" Juro mencoba mengendalikan dirinya dan bertanya dengan tenang.
"Pak Axel," jawab Ranice masih dengan senyum manisnya.
"Axel? Axel si produser yang katanya seksi itu?!" Juro kembali emosi.
"Hmm." Ranice melebarkan matanya membenarkan pertanyaan Juro.
"Ah, gila! Gimana ceritanya?" Juro tidak habis pikir. Bagaimana bisa dalam waktu tiga bulan Ranice bisa berpaling dari Theo.
Ranice menceritakan semuanya tanpa ada yang disembunyikan sama sekali. Dia percaya Juro tidak akan mengkhianatinya, dan jujur dia butuh seseorang yang dapat memahami keadaannya saat ini.
"Gila! Rae, ini bener-bener gila! Nggak bisa Rae, gue nggak setuju. Gue nggak akan izinin lo nekat kayak gini!" Juro mencak-mencak meluapkan keterkejutannya.
"J, please ... Tolong ngertiin aku," Ranice memohon.
"Tapi kenapa juga lo harus mengikat diri dengan pernikahan sandiwara kayak gini, Rae? Gue yakin cepat atau lambat lo juga bakal ketemu laki-laki lain, lo bakal jatuh cinta lagi, dan lo bisa nikah. Bukannya malah terjebak sama hal konyol kayak gini. Kalian berdua tuh nggak punya otak atau gimana sih?!" Juro memarahi Ranice. Dia begitu menyanyangi Ranice, dia tidak rela Ranice mengambil keputusan yang akan menghancurkan masa depannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Artificial Wife
ChickLitWattys 2018 - WINNER The Contemporaries "Jika seandainya untuk selamanya kamu tetap tidak bisa memandangku, setidaknya biarkanlah laguku tetap mengalun untukmu." Lee, seorang produser ternama, memutuskan untuk mengikat diri dalam sebuah pernikahan k...