"Ah gilaa, tuh guru ya bener - bener bisa banget bikin orang emosi!" Teriak Shilla.
"Udah biasa kali, Shil." Sahut Fika yang duduk di samping gue dengan santai.
Asal kalian tahu, ya. Bel pulang itu udah bunyi dari sekitar 15 menit yang lalu, dan Bu Desi, guru sejarah yang udah hampir menopause itu masih betah aja ceramah di kelas gue.
"Gue tuh nggak bisa diginiin." Rengek Shilla.
"Udah deh nggak usah lebay. Buru beresin barang lo, udah sore nih." Gue lihat muka Shilla yang cemberut gara - gara perkataan gue tadi.
"Eh, gue duluan, ya. Ada urusan." Pamit Fika dibarengi cengiran khasnya.
"Sok sibuk lo!" Teriak Lia yang sedari tadi memilih untuk menyimak.
"Eh, anggota basket yang tinggi tadi ganteng, ya. Lo pada tau namanya nggak?" Tanya Shilla antusias.
Tadi waktu kita keluar kelas, anggota tim basket sekolah lagi pada ngumpul di kantin. Kita lihat karena emang kelas kita nggak terlalu jauh sama kantin.
"Anggota basket banyak yang tinggi, Shilla." Jawab Lia
"Itu lho yang tinggi, putih, yang lagi bercanda sama kak Luhan tadi." Jelas Shilla.
"Kak Chanyeol." Jawab gue singkat.
"Guys gue duluan, ya. Udah laper banget nih." Tambah gue
"Oke."
Tiba - tiba ada pesan masuk di ponsel gue.
From : Bangkai
Dek, buruan keluar. Gue tungguin di gerbang.
Ya. Bang Kai itu abang kandung gue. Gue punya dua abang, yang pertama Bang Kris dan yang kedua Bang Kai. Bang Kris sekarang lagi ngerampungin study S2 nya di salah satu universitas di Bogor. Sedangkan Bang Kai, dia baru kelas 12 di sekolah yang sama dengan gue.
Meskipun gitu, nggak banyak anak yang tahu kalau gue itu adiknya Bang Kai karena emang dari awal gue udah minta dia buat ngerahasiain hubungan darah kita. Bukannya apa - apa, gue cuma nggak mau banyak anak yang deketin gue padahal cuma mau modus sama Bang Kai.
To : Bangkai
Jangan di gerbang, nanti banyak anak yang lihat. Di-
Belum selesai nulis pesan buat Bang Kai, ponsel gue jatuh gara - gara nggak sengaja nabrak orang yang lagi jalan.
"Maaf, saya tadi buru - buru jadi nggak lihat jalan." Kata orang yang tabrakan sama gue.
"Nggak apa - apa, saya juga salah karena nggak lihat depan." Gue ngerasa nggak enak karena posisi gue di sini juga salah, tapi malah dia yang minta maaf duluan.
Tangan gue terulur buat ngambil ponsel gue yang jatuh. Untungnya ponsel gue tahan banting, jadi nggak ada kerusakan yang berarti pas jatuh tadi.
"Ponsel kamu nggak apa - apa kan? Kalau gitu saya duluan ya." Dia pergi tanpa nungguin jawaban dari gue.
Sesampainya di gerbang, gue lihat Bang Kai lagi ngobrol seru sama cewek yang gue tahu namanya itu Krystal. Gue nggak mau Krystal ngira gue sama Bang Kai ada apa - apa lebih milih buat naik angkot.
To : Bangkai
Lo pulang bareng cewek lo aja. Gue naik angkot.
From : Bangkai
Kenapa nggak ngomong daritadi, nyet?
To : Bangkai
Maaf bangkai sayang
From : Bangkai
Mati aja lo!
Bayangin muka Bang Kai yang lagi kesel gara - gara pesan tadi bikin gue ketawa. Suara deheman orang di samping gue menyadarkan kalau gue di sini itu nggak sendirian. Gue menoleh dan cukup terkejut karena ternyata orang itu adalah Kak Chanyeol.
"Maaf, kak." Kata gue nggak enak.
"Nggak apa - apa, santai aja." Jawab dia.
"Lagi nunggu angkot atau nunggu jemputan?" Tambahnya.
"Nunggu angkot, kalau kakak?" Jawab gue.
"Sama. Nggak usah kaku gitu ngomong sama gue, anggap aja gue temen lo."
"Iya, kak." Jawab gue seadanya.
"Oh ya, gue Chanyeol. Nama lo siapa?" Tanya Kak Chanyeol. Gue yakin kalo Shilla yang ditanya, dia bakal curhat sambil jerit - jerit kesenengan besok pagi.
"Rere." Jawab gue sambil menyambut uluran tangannya.
***
Vote and coment please ^-^
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika - Liku
FanfictionDamai. Satu kata itu dapat mewakili perasaan gue saat ini. Menurut gue, pantai adalah tempat yang paling nyaman untuk mengeluarkan segala keluh kesah yang ada dalam hidup. Gue berdiri di tepi pantai sambil merentangkan kedua tangan. Menikmati sepoi...