Hari ini hampir aja gue telat masuk sekolah. Untung aja gue udah baikan sama Bang Kai tadi. Jadi gue berangkat bareng sama dia. Coba kalau gue naik angkot. Mungkin sekarang gue masih di tengah jalan.
"Tumben lo berangkatnya siang?" Tanya Shilla.
"Kesiangan." Jawab gue tanpa minat.
"Dari pagi Kyungsoo nyariin lo, tuh!" Gue melihat ke arah Kyungsoo yang lagi duduk baca buku.
"Biarin."
"Lesu amat. Kenapa lo?" Dari gue sampai di sekolah, gue cuma duduk diem. Efek ngantuk benar-benar bikin mood gue hancur berantakan. Mau ngapa-ngapain rasanya mager banget.
Gue hanya menggelengkan kepala, "Ngantuk."
"Lia sama Fika kemana?" Tanya gue saat menyadari ketidakhadiran Lia dan Fika.
"Lia lagi latihan sama band nya. Fika ngurus club mading."
"Lo nggak ke OSIS?"
"OSIS. Ini lagi nungguin Daniel."
Gue cuma menganggukkan kepala sebagai respon. Diantara kita berempat, gue adalah satu-satunya orang yang nggak ikut organisasi apapun. Itu karena gue orangnya nggak mau terlibat dengan suatu hal yang bikin gue ruwet sendiri.
Tiba-tiba Kyungsoo berdiri lalu jalan menghampiri gue.
"Gue udah ada ide buat lomba besok." Katanya dengan semangat.
"Oh ya? Apa?" Gue antusias akan jawaban Kyungsoo.
"Kita bikin kue terang bulan."
"Terang bulan? Serius?" Gue menatap Kyungsoo nggak percaya.
Kyungsoo menganggukkan kepalanya disertai senyuman manis yang terpatri indah di wajahnya, "Besok kita belanja."
"Tapi gue kan nggak tahu gimana cara buatnya! Masa gue cuma lihatin lo doang besok!" Protes gue.
"Gue juga belum terlalu paham gimana caranya. Jadi besok kita percobaan dulu. Gimana?"
Gue terdiam berfikir sejenak, "Dimana?"
"Lo maunya dimana?" Tanya Kyungsoo balik.
Kalau di rumah gue itu sangat nggak mungkin. Nanti yang ada Kyungsoo malah tahu rahasia gue selama ini.
"Rumah lo gimana?" Tanya gue yang dijawab dengan anggukan kalem oleh Kyungsoo.
"Cieee Rere, Kyungsoo hati-hati, ya! Rere itu tukang modus!" Ledek Shilla yang ternyata sedari tadi menyimak pembicaraan gue sama Kyungsoo.
"Cieee Shilla, nggak terima kalah start dari gue, ya?" Shilla langsung mengerucutkan bibirnya mendengar gue yang gantian ngeledek dia. Selama ini diam-diam dia suka sama Kyungsoo. Cuma orang di sekitar dia aja yang kurang peka sama perasaan Shilla.
Kalau kalian pikir Shilla itu suka beneran sama Kak Chanyeol, kalian salah besar. Dia bersikap kayak gitu cuma buat menutupi perasaan yang sesungguhnya.
Kenapa gue tahu? Ya iyalah. Selama ini kan nggak ada kalimat 'gue suka sama Kak Chanyeol' atau semacamnya dari mulut nyinyirnya. Dia cuma histeris kesenengan aja kalau pas ketemu Kak Chanyeol. Ya semacam fans yang ketemu sama idolanya lah.
"Apanya yang kalah start?" Kyungsoo terlihat kebingungan mendengar interaksi dua cewek di depannya.
"Enggak. Oh, ya! Apa aja yang perlu kita beli?" Tanya gue mengalihkan topik pembicaraan. Kasihan juga gue sama Shilla.
Untung aja pencernaan Kyungsoo agak lambat soal beginian. Jadi dia nggak terlalu nangkep maksud pembicaraan tadi.
"Nggak banyak kok. Nanti gue catet aja." Gue hanya mengacungkan ibu jari menyetujui omongan Kyungsoo. Dia lalu kembali lagi ke tempat duduknya dan membuka buku yang tadi dia baca.
"Parah tuh mulut!" Shilla menoyor kepala gue yang gue balas dengan cengiran tanpa dosa.
"Btw, lo tahu darimana?" Dia penasaran juga toh.
"Shilla, gue itu Rere. Cuma dengan lihat mata lo aja gue tahu apa yang ada di hati lo." Jawab gue bangga.
"Masa?" Tanya Shilla masih nggak percaya.
Gue mengendikkan bahu tak peduli dan memilih mengabaikan Shilla. Kalau tahu hari ini bakal jam kosong, gue tadi nggak akan berangkat ke sekolah. Mending di rumah bisa tidur dengan nyaman.
Ngomong-ngomong tidur, kenapa gue nggak kepikiran daritadi, ya? Gue kan bisa pergi ke UKS dan tidur nyenyak di sana tanpa ada yang ganggu.
Dengan langkah perlahan, gue jalan menuju UKS. Suasana di UKS sepi banget. Tapi ya kebeneran, deh! Gue jadi bisa tidur dengan nyenyak.
Di salah satu ranjang, gue lihat ada Kak Chanyeol yang lagi duduk selonjoran sambil memainkan ponsel dalam genggamannya.
"Kak Chanyeol sakit lagi?" Tegur gue dan langsung membuat sebuah cengiran muncul di wajahnya.
"Enggak. Gue cuma bosen aja di kelas. Kalau di sini kan bisa tidur sekalian. Nah, sekarang lo ngapain di sini?"
"Sama." Kita berdua terkekeh bersamaan.
"Gue dari kemarin kirim pesan ke lo nggak dibales, ditelepon juga nggak aktif. Kenapa?"
Gue menarik bangku yang ada di dekat ranjang kemudian mendudukinya, "HP gue rusak. Kemarin jatuh."
"Emang ada keperluan apa lo nelpon gue?" Tanya gue heran.
"Gue mau ngajak lo jalan pulang sekolah. Bisa?"
Gue berfikir sejenak. Sangat disayangkan jika tawaran Kak Chanyeol ditolak. Tapi kalau gue iyain nanti malah kena amuk orang rumah kayak dulu.
"Kalau gue pulang kemaleman tante suka marah." Kata gue menolak secara halus.
"Enggak lama, kok. Cuma nemenin beli kado buat mama aja. Nanti juga kita kan pulang cepet. Mau, ya?" Bujuknya lagi.
"Iyakah?" Kok gue nggak tahu kalau nanti pulang cepat.
"Iya. Nanti gue anterin sampe rumah sekalian, deh!"
Gue nggak enak buat nolak ajakan Kak Chanyeol. Pada akhirnya gue menganggukkan kepala dan membuat sebuah senyuman terbit di wajah tampannya.
"Tapi gue minjem ponsel lo dulu buat ngabarin tante gue." Gue nggak mau aja kejadian yang lalu terulang kembali. Beneran dibacok sama Bang Kai gue sampai rumah.
Kak Chanyeol nyodorin ponselnya yang gue terima dengan senang hati. Gue pergi keluar mengantisipasi biar nggak ada orang yang nguping.
"Kupret! Sama-sama di sekolah pake nelpon segala lo! Lagi banyak pulsa?!"
Buset! Baru juga diangkat telponnya. Udah nyerocor aja si Bangke!
"Ini gue!"
"Kok lo, dek?!"
"Gue nanti mau pergi sama Kak Chanyeol. Bentar doang kok! Boleh ya?"
"Nggak usah!"
"Bentar aja! Semalem kan lo udah main, ninggalin gue sendirian di rumah. Itung-itung sebagai penebus kesalahan lo itu!"
"Huufft!! Oke! Tapi jangan pulang malem!"
"Siap bosku!"
Yeeayy! Akhirnya gue bisa jalan sama Kak Chanyeol. Kapan lagi coba bisa jalan berdua sama pangeran sekolah. Ya, meskipun pangeran buaya. Tapi tetap aja gue senang. Banyak cewek yang pengen ada di posisi gue saat ini. Jadi kalau gue ngerasa sebagai cewek yang emm... istimewa, nggapapa kan?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika - Liku
FanfictionDamai. Satu kata itu dapat mewakili perasaan gue saat ini. Menurut gue, pantai adalah tempat yang paling nyaman untuk mengeluarkan segala keluh kesah yang ada dalam hidup. Gue berdiri di tepi pantai sambil merentangkan kedua tangan. Menikmati sepoi...