Gue buka pintu rumah dan nemuin Bang Kai lagi selonjoran sambil nonton tv, di tangannya ada bungkus makanan ringan dengan ukuran yang lumayan besar.
"Tante belum pulang, bang?" Tanya gue sambil jalan ke kamar.
"Belum." Jawabnya tanpa mengalihkan perhatiannya dari tv.
Gue sama Bang Kai tinggal di Jakarta bareng sama tante Irene. Tante Irene itu adik dari nyokap yang umurnya nggak beda jauh dari Bang Kris, ya meskipun masih tuaan tante Irene dikit sih. Biasanya juga Bang Kris main kesini kalau pas ada waktu longgar.
"Dek, beli makan sana!" Teriak Bang Kai. Dia kira ini hutan apa pakai teriak - teriak segala.
"Abang aja, sih. Gue kan baru pulang, capek." Kata gue.
Gue duduk di sebelah Bang Kai sambil sesekali nyomot cemilan yang dia pegang.
"Tadi lo pulang bareng Chanyeol?" Tanya dia setelah hening sesaat.
"Enggak. Lo kenapa tiba - tiba nanya gitu?" Tanya gue balik.
"Lo tahukan mata gue banyak di sekolah?" Tanya dia retoris.
"Dek, gue jadi temen Chanyeol sejak lama. Gue udah tahu Chanyeol itu orangnya kaya gimana. Chanyeol itu sama kaya gue, dia bukan cowok baik - baik. Jadi jangan sampai lo ada apa - apa sama dia." Kata Bang Kai dengan nada yang cukup serius.
"Apaan sih, bang. Orang tadi cuma nggak sengaja ketemu di gerbang kok." Kata gue setelah ngerasa suasana berubah tegang.
"Lo jadian sama Krystal?" Tanya gue berniat mengalihkan pembicaraan.
"Iya." Jawab dia singkat.
"Gila lo?! Terus Joy lo kemanain?" Seru gue histeris.
Gue nggak habis pikir sama Bang Kai. Baru tiga hari yang lalu dia nembak Joy, temen seangkatan gue. Dan sekarang udah gandeng sama yang lain.
"Ya gue kan cuma ngasih kesempatan setiap cewek di muka bumi ini jadi pacar gue." Jawab dia cuek.
"Gue bilangin Bang Kris baru tahu rasa lo!" Ancam gue.
Bang Kris sama Bang Kai punya sifat yang berkebalikan.
Bang Kris itu nggak suka yang namanya mainin perasaan cewek. Padahal kalau menurut gue, Bang Kris itu tergolong cowok ganteng. Setiap ditanya kenapa, dia pasti jawab karena nggak mau adik cewek dia satu - satunya yang nanggung karmanya. Ini yang bikin gue sayang banget sama dia.
Sedangkan Bang Kai, ya you know lah. Dia pacaran aja paling lama seminggu. Tapi nggak tahu kenapa, banyak cewek yang masih mau ngejar - ngejar dia meskipun mereka udah tahu kalau Bang Kai itu playboy akut.
"Lo mah ngancemnya gitu, nggak asik." Ujar dia dengan wajah ditekuk.
"Mending gue cari makan aja." Imbuhnya sambil ngeloyor pergi.
"Tungguin, gue ikut!" Teriak gue saat Bang Kai udah sampai teras.
"Buru!"
Gue sama Bang Kai memilih untuk makan di cafe deket rumah. Sambil nunggu makanan yang kita pesen siap, Bang Kai pamit pergi ke toilet. Buat ngilangin bosen, gue mainin segala game yang gue punya di ponsel.
"Rere! Sendirian?" Suara Kak Chanyeol yang tiba - tiba dateng bikin gue tersentak.
"Ha?" Tanya gue cengo.
"Lo di sini sendirian?" Ulangnya.
"Nggak, kok. Temen gue masih di toilet." Gue nggak nyangka ternyata Kak Chanyeol di sini nggak sendirian. Di belakangnya beberapa anak basket yang gue tahu namanya itu Kak Sehun, Kak Suho, sama Kak Luhan.
"Boleh nggak kita gabung di sini?" Itu bukan Kak Chanyeol yang nanya, tapi Kak Suho.
Pertanyaan itu sukses bikin gue tergagap. Bingung mau jawab apa. Gue takut indentitas yang selama ini gue sembunyiin bakal terbongkar.
"Iya, silahkan."
Gue nggak punya alesan yang logis buat nolak mereka. Dan sekarang, gue cuma bisa berdoa dalam hati semoga Bang Kai peka dan nggak balik kesini. Mereka memperkenalkan diri ke gue dan mulai duduk memutari meja.
Saat ini, kemalangan kayanya lagi ada dipihak gue. Bang Kai balik lagi ke meja gue dengan ekspresi bingungnya.
"Lo pada ngapain di sini?" Tanya Bang Kai bingung.
"Main basket." Jawab Kak Sehun datar. Begonya, Bang Kai malah manggut - manggut denger jawaban Kak Sehun yang nggak masuk akal.
"Re, temen yang lo tungguin daritadi itu bukan Kai, kan?" Pertanyaan yang paling gue takutin pun terlontar dari mulut Kak Luhan.
"I - iya bukanlah, kak. Baru aja temen gue ngirim pesan dan bilang kalau dia ada urusan mendadak. Jadi dia pulang duluan." Semoga mereka nggak sadar akan kegugupan gue.
Gue udah kasih kode - kode kecil ke Bang Kai. Semoga aja dia nangkep maksud gue dan bisa ngikutin permainan yang gue buat.
"Oh, gue kira lo mau makan sama Kai." Ucapan Kak Luhan sukses bikin gue menghela nafas lega karena mereka nggak curiga.
"Jangan mau makan sama Kai, Re. Paling lo cuma dimodusin abis itu ditinggalin." Kata Kak Chanyeol yang bikin Bang Kai natep dia tajam.
"Buaya dilarang teriak buaya." Pernyataan Kak Sehun mengundang gelak tawa kami semua, terkecuali Kak Chanyeol dan Bang Kai.
Akhirnya, kita semua makan bareng dengan diiringi candaan lucu dari temen - temen Bang Kai. Sikap mereka yang easy going bikin gue nggak canggung buat ngobrol sama mereka.
"Re, lo mau gue anterin pulang nggak?" Tanya Kak Chanyeol setelah kita selesai makan.
"Nggak usah, kak. Rumah gue deket kok dari sini."
"Kai, lo bilang rumah lo sekitar sini kan. Berarti kalian tetanggaan?" Tanya Kak Luhan.
"Iya. Dia pindah kesini belum lama." Jawab Bang Kai mewakili gue.
"Yaudah kita bareng aja. Sekalian kita main rumah lo Kai." Ajak Kak Suho.
"Kalian duluan aja. Gue masih ada urusan lain." Gue berusaha cari alesan yang akal buat nolak mereka.
"Oh, kalau gitu kita duluan ya."
Gue jalan ke arah yang berlawanan dengan mereka. Gue yang nggak punya tujuan pasti, lebih memilih buat duduk di taman yang ada di samping cafe.
Udara di sini bener - bener sejuk dan bisa bikin hati gue tenang. Banyak anak kecil yang main - main di sini dan ada beberapa ibu - ibu membentuk gerombolan untuk sekedar menggosip.
Sosok laki - laki yang duduk di bawah pohon yang ada di tengah taman berhasil menarik perhatian gue. Gue ngerasa nggak asing sama sosok itu. Gue inget. Dia itu orang yang nggak sengaja tabrakan sama gue di sekolah waktu itu.
Setelah cukup lama duduk, gue beranjak berniat untuk pulang. Semoga aja temen - temen Bang Kai udah pada pulang.
"Aduhh!!"
Pandangan gue menelisik sekitar mencari suara anak kecil yang mengaduh. Seorang anak laki - laki jatuh dari sepeda nggak jauh dari posisi gue saat ini.
"Adik ada yang sakit nggak?" Tanya gue setelah membantu dia berdiri.
"Enggak, tante. Macih." Jawab dia imut.
"Kamu di sini sama siapa?"
"Cama om aku."
Gue gemes banget sama anak ini. Pipinya yang chubby, matanya yang bening, sama cara bicaranya bikin pengin gue bawa kabur dia.
"Om Lay!" Seru anak ini bikin pandangan gue beralih ke arah yang dia tunjuk.
***
Vote and coment please^-^
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika - Liku
FanfictionDamai. Satu kata itu dapat mewakili perasaan gue saat ini. Menurut gue, pantai adalah tempat yang paling nyaman untuk mengeluarkan segala keluh kesah yang ada dalam hidup. Gue berdiri di tepi pantai sambil merentangkan kedua tangan. Menikmati sepoi...