Gue dan Bang Kai sama-sama melengoskan wajah ke arah berlawanan. Keributan gue dan Bang Kai membuat beberapa orang yang lewat berhenti sejenak untuk memandang kita.
Tahu gini nggak akan gue ladenin si 'mahkluk raflessia'. Malu gue jadi pusat perhatian orang-orang.
Sesaat kemudian pandangan gue beralih ke arah Kak Lay. Entah kenapa wajahnya terlihat memucat dari sebelumnya. Bahkan bulir keringat menghiasi sekitar pelipisnya.
"Kak Lay, lo kenapa?" Tanya gue khawatir. Seketika Bang Kai dan Bang Kris ikut menatap Kak Lay.
Sama sekali nggak ada sahutan darinya. Pandangannya yang terlihat kosong mengarah ke gue, Bang Kai, dan Bang Kris yang ada di depannya.
"Lay?!"
Panggilan Bang Kris yang sedikit keras disertai tepukan di bahu membuatnya tersentak kaget. Dia dengan refleks mundur satu langkah karena keterkejutannya. Gue nggak tahu kenapa Kak Lay tiba-tiba jadi kayak gitu. Padahal tadi dia masih biasa-biasa aja.
"Lay, lo sakit?" Tanya Bang Kai
"Gu-gu-gue nggak papa kok." Jawabnya gugup.
Siapapun yang denger jawaban Kak Lay nggak akan percaya kalau dia baik-baik aja, "beneran?"
Dia cuma menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan gue. Perlahan warna pucat yang mendominasi wajah Kak Lay mulai menghilang. Kayaknya dia beneran udah nggak papa.
"Kak, lo di sini sendirian?" Tanya gue penasaran.
"Iya."
"Lah! Emang ngapain sendirian di sini?" Rasa penasaran gue meningkat dua kali lipat.
"Kepo!"
Serius. Itu bukan Kak Lay yang jawab. Yang punya mulut super duper nyinyir kan cuma Bang Kai.
"Mulai, deh!" Sela Bang Kris sebelum keributan kembali terjadi.
"Gue cuma pengen refreshing aja, kok." Kata Kak Lay menjawab pertanyaan gue.
"Ya udah, sekarang mending kita lanjut main aja. Gimana?" Usul Bang Kris.
"Kuy lah!" Jawab gue semangat.
"Lay ikut kita aja," ajak Bang Kai.
"Iya."
***
Capek. Satu kata itu dapat mendeskripsikan keadaan gue saat ini. Meskipun kita baru naik beberapa wahana, seperti roller coaster, hysteria, dan kora-kora, tapi rasanya gue udah nggak kuat untuk naik yang lain lagi. Tenggorokan gue sakit karena setiap wahan bergerak gue nggak berhenti teriak.
"Bang, udah. Gue capek." Kata gue lirih.
"Payah lo!"
Gue nggak memerdulikan ejekan yang dilontarkan oleh Bang Kai. Tenaga gue udah habis meskipun untuk sekedar bales dia.
"Kalian tunggu di sana aja. Gue beli minum dulu." Kata Bang Kris sambil menunjuk bangku yang disediakan.
"Eh! Gue ke toilet bentaran, yak!" Bang Kai buru-buru lari pergi.
Gue dan Kak Lay duduk di bangku yang tadi ditunjuk Bang Kris. Kak Lay duduk di sebelah kiri gue. Dan di sebelah kanan gue ada seorang anak kecil cewek yang lagi asik main gelembung sabun sendirian. Mungkin orang tuanya lagi ke toilet atau beli makanan.
Gue berusaha untuk mecari posisi yang enak buat duduk. Tanpa sengaja, tangan gue nyenggol tangan si anak kecil yang lagi megang gelembung. Cairan yang terbuat dari sabun itupun tumpah. Untungnya baik gue maupun si anak kecil nggak kena tumpahan karena gerakan refleks yang kami lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika - Liku
FanfictionDamai. Satu kata itu dapat mewakili perasaan gue saat ini. Menurut gue, pantai adalah tempat yang paling nyaman untuk mengeluarkan segala keluh kesah yang ada dalam hidup. Gue berdiri di tepi pantai sambil merentangkan kedua tangan. Menikmati sepoi...